Chapter 3 🎁 Temboro (2)

186 30 3
                                    

"Hai Sobat Waja... Jadi, Prasasti Sendang Kamal juga bisa di sebut dengan Prasasti Kwambang Kulwan. Di tempat ini terdapat empat buah Batu Gilang. Tiga prasasti terletak di selatan sendang atau sumber air dan di Dukuh Sumber atau Kraton Trimur."

Akshita mencoba berjalan ke arah tempat yang ia bicarakan dalam rekaman.

"Nah, Sobat Waja. Di prasasti ini juga terdapat pemandian. Pemandian tersebut terkenal dengan nama Sendang Kamal. Sendang Kamal adalah kolam pemandian peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun seribu sembilan ratus dua puluh satu. Di samping pemandian ini Shita juga bisa lihat ada sebuah bangunan bekas orang-orang Belanda, dengan arsitektur bergaya khas negara sana."

Gadis berwajah India itu masih berbicara dengan kameranya mengenalkan tentang situs budaya Prasasti Sendang Kamal. Akshita tidak dapat berlama-lama di tempat tersebut. Karena, tujuan utamanya adalah Temboro, daerah yang hanya berjarak dua belas menit saja dari area yang sedang ia singgahi sekarang.

Akshita tahu bahwa di tempat tujuannya tidak ada wisata alam, karena hal itulah ia memilih pergi ke Hutan Jogorogo dan Prasasti Sendang Kamal, agar tetap bisa menjalankan profesinya sebagai vloger traveler.

Tidak lebih dari lima belas menit, akhirnya Akshita sampai di tempat tujuannya. Daerah yang sangat dimimpikan sang idola untuk bisa tinggal di tempat tersebut, yaitu Temboro.

Temboro sendiri adalah sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Daerah ini terdapat pondok pesantren yang sudah terkenal. Karena hal itulah, Akshita yang semula tidak berkerudung, ia mendadak mencari tempat penjualan perlengkapan muslim di lingkungan sekitar.

Akshita sangat terkejut begitu mendapati pemandangan yang tak biasa. Gadis itu melihat hampir seluruh warga Desa Temboro berpakaian sesuai syariat Islam. Ia tahu bahwa ada pesantren di kampung tersebut, tetapi Akshita tak pernah berpikir bahwa seluruh warga akan berpakaian serba syar'i.

"Astaga, mereka berpakaian seperti pada zaman nabi saja!" gumam Akshita.

Gadis itu terus menyusuri aspal dengan berjalan kaki. Ia mulai merasa tidak nyaman karena hanya dirinya yang berbeda. Namun, walau ia tidak berpakaian seperti orang-orang di sekitarnya, warga di Desa Temboro terutama para perempuannya terlihat ramah dan senyum menduduk saat berpapasan dengan Akshita.

Seorang perempuan berpakaian serbahitam dengan wajah tertutup berjalan berlawanan dengan Akshita. Perempuan itu hanya tinggal kedua matanya saja yang terlihat. Lalu, ia datang memdekati Akshita.

"Assalamu'alaikum, Ukhty. Ada yang bisa saya bantu? Mau kemanakah?" tanya perempuan bercadar.

"Walikumsalam. Maaf, Kak, di sini ada penjual kerudung biasa yang nggak besar-besar begitu? Kalau ada, di mana, ya?" balas Akshita.

"Kalau penjual kerudung yang tidak besar-besar, rasanya tidak ada, Ukhty. Tapi, kalau mau, mari ikut dengan saya. Insya Allah saya ada."

"Kakak penjual kerudung?"

Perempuan bercadar itu pun mengangguk. "Enggih, Ukh. Saya penjual perlengkapan muslim dan muslimah."

Karena merasa butuh, akhirnya Akshita mengikuti perempuan asing itu. Gadis bercadar itu membawa Akhsita ke salah satu rumah yang tidak jauh dari tempat tersebut.

Akshita merasa takut, apa yang sebenarnya akan dilakukan perempuan bercadar itu pada dirinya.

"Mari, Ukhty, masuk," ajak perempuan tersebut.

Akshita tak banyak bertanya atau menolak permintaan perempuan tersebut. Ia tidak akan berbuat sesuatu selama gadis bercadar itu masih memperlakukan dirinya dengan baik.

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang