Chapter 13 🎁 Pernah di Indonesia (2)

109 21 0
                                    

"Saya mengidolakan muslim India. Dia sangat bermimpi bisa hidup di Temboro. Waktu saya berkunjung ke Temboro, teman di sana mengatakan bahwa wajah idola saya seperti orang Kashmir. Katanya, wajar saja jika beliau berkeinginan tinggal di tempat tersebut, kemungkinan besar idola saya itu Jamaah Tabligh." Akshita berhenti sejenak dan kembali bersuara. "Makanya, saya mau tanya apa itu Jamaah Tabligh dan ada kaitan apa antara Temboro dan Kashmir?"

"Jadi, yang saya tahu, Jamaah Tabligh itu gerakan dakwah secara global non-politik. Dakwah tersebut berfokus pada mengajak umat muslim untuk kembali menghidupkan Islam, sebagaimana yang terjadi selama masa hidup Rasulullah. Khususnya dalam hal peribadahan, pakaian, dan perilaku pribadi." Jaisudha masih dengan santai mendayung shikara miliknya.

Akshita berpikir bahwa jawaban yang disampaikan Jaisudha sama persis dengan apa yang dikatakan 'Aisyah semasa di Temboro.

"Jamaah Tabligh itu didirikan oleh syeikh Muhammad Ilyas bin Syeikh Muhammad Ismail.  Beliau dilahirkan di Kandahlah sebuah desa di Saharnapur, India. Sebelumnya, beliau seorang pimpinan militer Pakistan yang belajar ilmu agama, menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi." Jaisudha meneruskan penjelasannya.

Akshita mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi perekam suara. "Boleh saya rekam ucapan Bapak?"

Jaisudha mengangguk dan Akshita segera menekan tombol berwarnah merah untuk mulai merekam.

"Di Indonesia, saya mengetahui hanya dua dekade terakhir ini. Jamaah Tabligh sudah mulai menggurita di sana. Setahu saya, hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh oleh model dakwah Jamah Tanligh. Tanda kebesaran dan keluasan pengaruh Jamaah Tabligh sudah ditunjukkan pada saat mengadakan pertemuan nasional di Pesantren Al-Fatah Desa Temboro pada tahun 2004. Nah, di Kashmir juga banyak orang-orang Jamaah Tabligh. Makanya di sini banyak yang menerapkan nilai-nilai Islam. Wajar jika ada orang Kashmir yang bermimpi tinggal di Temboro. Karena kehidupan di sana sudah seperti kehidupan di zaman Rasulullah dan para sahabat."

Akshita mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan dari Jaisudha. Perempuan itu mulai memahami kenapa Althaf sangat ingin tinggal di Temboro. Kemungkinan idolanya termasuk dalam kelompok Jamaah Tabligh.

Satu fakta baru yang diketahui Akshita tentang idolanya cukup membuat pikirannya terbuka. Karena hal itulah ia timbul rasa ingin menggunakan hijab selama dan setelah pulang dari Kashmir.

"Kalau di Indonesia pusatnya di Temboro. Kalau seluruh dunia pusatnya di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Setiap orang dari Jamaah Tabligh diharap meluangkan waktu untuk berdakwah ke luar daerah atau negara. Jika ke negara disarankan ke India-Pakistan-Bangladesh."

"Oh, iya, Pak. Sekarang saya mengerti. Maaf, Pak Jaisudha waktu di Temboro selama tujuh tahun itu berarti sebagai Jamaah Tabgligh?"

Jaisudha tersenyum dan berkata. "Saya di Temboro mencari anak dan istri saya."

Akshita merasa kaget dengan pengakuan Jaisudha. "Mencari? Memangnya istri Pak Jaisudha ada apa ke Temboro?"

"Istri saya memang asli orang Temboro. Tetapi, sudah tujuh tahun di sana, saya tidak pernah bertemu dengan mereka."

Akshita pun berinisiatif untuk membantu Jaisudha mencari anak dan istrinya. "Maaf, jika Pak Jaisudha mengizinkan, saya bisa membantu Bapak mencari anak dan istri lewat video saya. Bapak mau?"

Jaisudha terdiam dengan tetap mendayung shikara ke arah lain yang belum dilewati. Wajahnya seolah menggambarkan, bahwa ia memikirkan ucapan Akshita.

"Gini, Pak. Sebenarnya saya vloger trafeler, saya bisa menyampaikan informasi tentang anak dan istri Pak Jaisudha lewat video saya. Supaya para Sobat Waja membantu untuk menemukan keluarga Bapak.".

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang