Chapter 4 🎁 Bercerita (1)

161 31 4
                                    

Setelah jelajah di Hutan Jogogoro menikmati indahnya pemandangan air terjun serta bekunjung ke situs budaya Prasasti Sendang Kamal, Akshita menginap di salah satu rumah warga yang ada di Desa Temboro selama tiga hari. Hal itu ia lakukan demi mengetahui, apa yang membuat idolanya bermimpi untuk bermukim di wilayah yang sering dijuluki Kampung Madinah tersebut.

Satu minggu berlalu, Akshita pulang dengan pakaian yang dibiarkan tertutup. Gadis itu mengetuk pintu rumahnya. Suara benturan tangan Akhsita pada papan kayu pun terdengar oleh Rasinta yang sedang menjahit baju. Wanita berusia empat puluh tujuh tahun itu menghentikan aktivitasnya dan segera membuka pintu untuk menyambut kedatangan putri semata wayangnya.

"Asalamualikum, Ma," sapa Akshita yang masih berdiri tegap di depan pintu.

Rasinta menatap Akshita dengan pandangan yang tak biasa. "Wa'alaikumussalam."

"Mama kenapa mandang Shita kayak gitu banget?" tanya Akhsita. "Nggak mau nyuruh Shita masuk?"

"Yuk, masuk. Habis... Shita beda, sih. Cantik banget." Rasinta berjalan di depan anaknya.

Akshita pun mengekor di belakang Rasinta dan berkata. "Oh, jadi, selama ini Shita nggak cantik?"

"Cantik, Sayaang... tapi, hari ini Shita jauh lebih cantik." Rasinta pergi ke dapur. Ia membawa wadah berisi makanan. "Nih, makan dulu. Mama masakin kamu ayam kari."

Gadis yang baru saja pulang berlibur itu segera melepaskan kerudung yang sejak tadi melingkar di kepalanya. Akshita segera menuju meja makan dan menyantap masakan ibunya.

"Kenapa kerudungnya dibuka?" tanya Rasinta.

"Ya, nggak kenapa-napa. Kan, gerah, Ma! Lagian, Shita mau makan."

"Ya udah, sok, makan dulu, terus mandi. Nah, habis mandi, jangan lupa cerita sama Mama, di sana ngapain aja." Rasinta berlalu menuju mesin jahitnya.

Namun, belum sampai Rasinta ke tempat duduk. Akshita memanggil ibunya. "Ma..."

Rasinta menengok. "Iya?"

"Ma, wajah Akshita ini kenapa mirip sama artis India? Emang, Papa orang mana?" tanya Akshita.

Rasinta terdiam dan melanjutkan langkahnya menuju mesin jahit. Akshita sudah menebak, pasti ibunya tak akan mau menjawab pertanyaan tersebut.

"Bego banget, sih, kamu, Shita! Ngapain juga nanya hal itu lagi!" Akshita bergumam di depan makanannnya.

Setelah menghabiskan makanannya, Akshita bergegas untuk membersihkan diri. Ia tak ingin ibunya membisu selama beberapa jam akibat pertanyaan yang diajukannya.

Usai mandi, gadis itu dengan semangat mendekati Rasinta yang masih sibuk menjahit.

"Ma, mau dengarin cerita Shita enggak?"

Rasinta tak menyahuti anaknya. Wanita itu pura-pura tak mendengar suara Akshita.

"Oh, ya udah. Kalau nggak mau dengar cerita Shita. Mau cerita sama Rey ajalah!" Akshita pun membalikkan badannya ke arah pintu keluar.

Lalu, dengan sigap Rasinta mencegah putrinya.

"Iya, Mama mau dengar cerita kamu." Wanita itu melemparkan senyumnya.

Akshita duduk di ruang tengah, tepat di kursi empuknya yang menghadap ke televisi. Rasinta pun mengusul putrinya.

"Di sana ngapain aja?" tanya Rasinta.

"Banyak, Mah. Shita nggak bisa ceritain semuanya. Tapi, Shita akan cerita semua kejadian yang dialami waktu di Temboro!"

Rasinta mengernyitkan keningnya. "Temboro?" Wanita itu merasa terkejut.

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang