Chapter 15 🎁 Penduduk Kashmir (2)

102 21 1
                                    

Melihat kepergian Jaisudha, wajah Akshita terlihat sangat kecewa. Sepertinya kedatangannya ke tempat tersebut akan sia-sia. Gadis itu pun membalikkan badan hendak ke tempat naik dan turunnya perahu.

Namun, dari belakang terdengar suara Jaisudha. "Akshita."

Merasa terpanggil, perempuan asal Indonesia itu pun melihat ke arah sumber suara. Akshita mendapatai Jaisudha yang sedang mendekatinya.

"Saya lihat sekolah akan selesai satu jam ke depan. Tadi saya meninggalkan tugas untuk siswa agar mereka tidak ribut."

Akshita tersenyum dan merasa sangat senang mendengar ucapan Jaisudha. Pria di hadapan gadis asal Indonesia itu mengajak duduk di kursi yang tidak begitu jauh dari kelas. Di sana, mereka mulai membicarakan tentang kisah Jaisudha.

"Istri saya orang Indonesia. Dulu, dia adalah turis Indonesia yang mampir ke kafe milik orang tua saya, semasa saya masih menjadi tentara India." Jaisudha berhenti seolah mengingat masa lalunya.

"Lalu, Bapak pacaran dengan beliau?"

"Tidak, kami tidak pacaran. Saat mengenal dia, saya sudah memiliki perempuan lain. Lebih tepatnya calon istri. Dia hampir setiap hari datang ke kafe bersama teman-temannya. Saya sering sekali mengobrol dengan dia. Bertukar pengalaman hidup di Indonesia dan di Kashmir. Dia juga menceritakan tentang pacarnya."

"Oh, istri Bapak juga punya pacar saat pertama mengenal? Maaf, Anda itu kan tentara, kenapa setiap hari ada di kafe?" tanya Akshita.

Jaisudha menganggukkan kepalanya. "Iya, kami berdua sama-sama memiliki pacar. Saya setiap hari di kafe karena sedang libur bertugas. Saya mengambil cuti selama tiga minggu karena mau menikah dengan pacar saya. Hari libur pertama, saya bertemu dia di kafe itu. Tapi, kisah kami berawal dari tragedi bom teroris yang terjadi di Kashmir."

Wajah Akshita berubah menjadi tegang. "Dulu keadaan di sini masih sangat panas, ya."

"Iya, terjadi banyak konflik. Serangan bom itu membuat Srinagar tidak aman. Semua turis dipulangkan, kecuali istri saya yang saat itu masih jadi teman. Dia tidak bisa pulang karena kehilangan tas beserta paspor dan visa setelah menaiki shikara. Karena saya merasa kenal dan sudah menganggap dia sebagai teman. Saya bawa dia ke rumah nenek di Desa Aru. Selama sepuluh hari berada di sana, saya yang mencarikan makan setiap hari untuknya. Saya akan menemui dia setiap jam makan. Kami tidak tinggal berdua, karena saya tinggal di rumah kakak perempuan yang sudah berkeluarga. Hari ke sebelas berada di Aru, saya pergi ke Srinagar untuk membantu menemukan berkas dia yang hilang dan menemui calon istri saya."

Jaisudha tak melanjutkan ceritanya, matanya terlihat berkaca-kaca. Hal itu membuat Akshita bingung karena tidak tahu apa yang sedang dirasakan pria di hadapannya.

"Saya mendapati calon istri pergi dengan tentara lain yang tidak saya kenali. Dia terlihat bahagia. Saya ikuti ke mana dia pergi, ternyata dia masuk ke bangunan mirip hotel. Karena lelaki yang bersamanya tentara India, maka diizinkan masuk. Saya tidak tahu apa yang dia lakukan di kamar itu. Karena saya juga tentara India, saya meminta petugas di sana untuk mengantarkan ke ruangan mereka. Tidak pernah saya duga sebelumnya, saya menyaksikan dengan mata sendiri, dia berselingkuh. Padahal, kami sudah lama berpacaran dan akan menikah dalam hitungan hari."

"Lalu, bagaimana dengan perempuan yang menjadi istri Bapak?"

"Malam-malam saya pulang ke Aru dalam keadaan patah hati, emosi dan jiwa yang terasa kosong. Pikiran saya kembali ke masa-masa berpcaran dengan dia. Teringat ucapan teman-teman saat bertugas bahwa perempuan terkadang tidak puas dengan satu laki-laki, jadi kita berhak menikmati mereka. Dulu, saya selalu membantah pendapat itu, saya selalu berkata bahwa perempuan harus dilindungi. Tapi, malam itu nafsu menyelimuti saya."

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang