Chapter 9 🎁 Misi

109 21 10
                                    

Akhsita kembali terdiam dan memikirkam ucapan Reynaldi. Benar kata sahabatnya, kalimat yang mengatakan ‘temukan cintamu di sana sebelum hari itu tiba’ membuatnya bingung. Sebenarnya hari apa yang dimaksud?

Perempuan yang hobi berlibur itu pun berusaha memecahkan pesan tersembunyi dalam surat serta benda-benda yang diberikan pada dirinya.

"Hari apa, ya, Rey?" tanya Akshita.

"Althaf ngasih penjelasan enggak. Dia ngasih waktu berapa lama?"

Akshita berusaha mengingat video blog milik idolanya yang ditonton beberapa waktu lalu.

"Aku, sih, cuma ingat, Althaf bilang jangan buat status atau ngasih kabar orang lain tentang misi ini selama lima minggu. Hal itu terhitung sejak sampainya misi itu pada kita."

"Coba lihat di kalender, lima linggu dari hari ini tanggal berapa?" tanya Reynaldi.

Akshita pun melihat kalender berukuran mini yang baru saja ia dapatkan.

"Dua puluh enam Mei... ulang tahun aku yang ke dua puluh lima!" ungkap Akshita.

"Kok, bisa pas gitu?" tanya Reynaldi.

"Astaga, Rey! Mungkin, ini alasan Althaf meminta kita semua untuk menuliskan nama, alamat dan tanggal lahir. Aku udah ngerti sekarang. Dia ngasih aku misi untuk mengenal kebudayaan Kashmir supaya bisa menemukan cinta sebelum hari ulang tahunku tiba. Jam pasir dan kalender itu mungkin sebagai bahan pengingat dan menandakan waktu yang akan segera habis."

"Jangan ngaco kamu, Jita! Mana mungkin jodohmu ada di Kashmir!"

"Rey, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Semua pasti bisa saja terjadi! Apa salahnya kalau memang jodoh aku itu Althaf!"

"Ingat, Jita. Surat itu cuma berisi, cintamu ada di sana. Bukan cintamu Althaf!"

"Rey, yang ngasih misi ini tuh Althaf. Alasan Althaf nanyain aku tahu daerah Temboro enggak. Mungkin, dia mikir mau tinggal di Indonesia selamanya." Akshita berhayal terlalu tinggi.

"Bukannya kamu sendiri yang bilang, nggak mau ketemu jodoh, sebelum ketemu cinta pertama. Kenapa sekarang ngotot banget mau nemuin jodoh kamu di tempat asing itu?"

Akshita terdiam ia mengingat kembali pertanyaan Reynaldi saat malam tadi.

"Semalam kamu tanya, kan? Gimana kalau ada orang yang lamar aku? Sebenaenya aku nggak jawab itu karena butuh waktu untuk berpikir. Sekarang, aku udah tahu jawabannya. Kalau memang ada laki-laki yang melamar, akan aku terima. Karena, mungkin dia memang jodohku. Tapi, dengan satu syarat. Aku ingin kita berdua, aku dan laki-laki itu sama-sama mencari keberadaan Papa. Apakah beliau sudah meninggal? Atau masih ada di dunia? Jika meninggal, aku ingin tahu di mana kuburannya, jika masih hidup aku ingin tahu di mana beliau tinggal."

Reynaldi menarik napas dan berniat ingin mengatakan sesuatu. "Jita, kita sudah lama mengenal. Sejak kecil aku selalu menemani kamu, pun sebaliknya. Sekarang, aku ingin mengungkapkan satu hal yang sudah lama aku tahan..." Akshita membungkam mulut Reynaldi dengan telapak tangannya.

"Rey, aku udah mutusin, aku akan pergi berlibur ke India. Tabungan untuk jalan-jalan ke Turki, aku pakai dulu untuk pergi ke Kashmir dulu saja. Seandainya Althaf ngelamar aku di Kashmir nanti, aku akan terima. Kamu harus dukung sahabatmu."

Reynaldi terpaku mendengar ucapan Akshita. Pemuda itu berusaha melepas bungkaman tangan perempuan di hadapannya. Ia terus memandangi Akshita dengan lekat.

"Aku kembali dulu ke rumah. Aku mau riset tentang keadaan di Kashmir dan cari tiket pesawat. Makasih banyak kamu udah banyak bantuin aku. Daah..." Akshita berlalu.

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang