Chapter 19 🎁 Pelaku Teror Bom

117 23 3
                                    

Lima hari setelah berita teror bom beredar, Akshita mendengar berita dari anak pertama Dhabushi bahwa pelaku sudah tertangap. Hal yang membuat dirinya semakin terkejut sekaligus merasa bangga adalah ketika tahu, bahwa Jaisudha turut andil dalam penangkapan tersebut.

Perempuan asal Indonesia itu merasa sedikit lega. Ia yakin dalam beberapa hari ke depan bisa kembali ke Srinagar.

Tiba waktu malam, Akshita berbaring di kamar yang dulu menjadi tempat istri Jaisudha tidur ketika berada di Aru. Gadis itu mengingat kembali kegiatan-kegiatan yang telah dilewati selama hampir dua minggu di Kashmir.

Akshita berpikir bahwa ia sudah sangat memahami kebudayaan dan kebiasaan orang-orang Kashmir.

"Apakah misi aku berhasil? Sepertinya aku harus memosting vlog tentang Kashmir, supaya Althaf tahu kalau aku sudah berhasil memecahkan dan menjalankan misi ini," gumam Akshita seraya memandangi langit-langit kamar.

Tidak mau terlalu jauh memikirkan misi yang telah dijalankan, Akshita memilih memejamkan mata dan terlelap hingga pagi tiba.
***

Keesokan harinya, Jaisudha tiba di Desa Aru pukul sembilan pagi. Akshita adalah orang paling bahagia yang melihat kedatangan pria pemandu shikara saat kali pertama menikmati pemandangan Danau Dal.

"Assalamu'alaikum, Akshita," ucap Jaisudha.

"Wa'alaikumussalam, Pak. Kenapa tidak ada yang mengabari kalau Anda akan kembali?"

"Iya, saya tidak sempat mengabari keluarga lain karena fokus pada kamu. Saya khawatir jika kamu berlama-lama di sini tidak aman dan itu jelas menjadi tanggung jawab saya." Jaisudha memberikan tas terbuat dari kertas dengan bingkisan di dalamnya. "Ini milik kamu."

Akshita melihat paspor serta visa lengkap dengan kabel pengisi baterai ponselnya.

"Terima kasih banyak, Pak." Wajah Akshita terlihat begitu sumringah.

Vloger traveler itu segera mencolokkan kabel casan yang sudah tersambung dengan aliran listrik pada ponselnya. Tak lama kemudian, ia segera mengaktifkan layar pintar itu.

Selang beberapa saat setelah ponsel Akshita menyala, notifikasi pun berhamburan di layar pintarnya. Gadis itu sudah menebak, ibu dan sahabatnya akan khawatir. Perempuan itu pun bergegas menghubungi wanita paling berharga dalam hidupnya.

Akshita menempelkan layar ponsel pada telingah kanannya.

Tak lama kemudian, ia berkata, "Assalamu'alaikum, Ma. Ini Shita."

Suara Rasinta terdengar begitu jelas di telingah Akshita.

"Ma syaa Allah, Shita. Kamu kemana aja? Mama khawatir banget. Rey bilang, di Srinagar ada serangan bom?"

"Mama yang tenang, Shita nggak kenapa-napa. Shita nggak bisa hubungin siapa pun karena kehabisan baterai. Cuma mau kabarin kalau Shita baik-baik aja. Kalau sampai di Srinagar nanti Shita telefon lagi, ya. Sekarang Shita lagi di Pahalgam, sama Pak Jaisudha."

"Mama mau kamu langsung pulang besok."

"Besok?" Akshita terdiam mengingat belum ada kabar dari Althaf tentang misinya. "Kenapa, besok Ma? Shita masih ada urusan."

"Pokoknya kamu harus pulang secepat mungkin."

"Shita harus ke Srinagar dulu, Ma. Nanti malam Shita telefon lagi."

"Ya sudah, terus kabarin Mama, ya. Kamu hati-hati kalau jalan ke Srinagar. Kabarin Rey juga, dia setiap pagi dan malam selalu datang ke sini tanyain kabar kamu."

Akhsita tersipu malu mendengar ucapan Rasinta. Perasaannya mendadak kacau ketika mengetahui sahabatnya begitu mengkhawatirkan dirinya.

"Siap, Ma. Nanti Shita kabarin Rey. Udah dulu, ya, Ma. Assalamu'alaikum." Akshita melihat layar ponsel dan sang ibu sudah mematikan sambungan telefon.

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang