Part 21

910 164 53
                                    

Butuh keberanian yang tinggi untuk sekedar mengajak Sury keluar malam ini. Soohyun sungguh takut saat mendekati putrinya yang ia kira akan menolaknya lagi. Namun, Sury tidak menolak atau mengusirnya. Gadis itu mengangguk saat Soohyun mengajaknya bermain bola bersama di taman perumahan mereka.

Tidak ada hal yang mereka bicarakan saat diperjalanan menuju taman. Soohyun tidak tahu akan memulai apa, sementara Sury nampaknya tidak sabar untuk kembali menendang bola.

"Ayo, Pa!"

Soohyun tersentak ketika gadis itu tiba-tiba berlari, mengambil bola ditangannya lalu menggiringnya menggubakan kaki. Awalnya Soohyun mematunh layaknya orang bodoh tetapi, suara lantang Sury kembali terdengar membuat Soohyun akhirnya ikut berlari menyusul anak itu.

Keduanya saling berebut bola yang sebenarnya sangat mudah Soohyun dapatkan. Tetapi, dia akan memberika kesempatan untuk Sury memegang kendali atas permainan ini sekaligus melihat keterampilan Sury yang menurut Soohyun cukup baik.

Yah, walau ini adalah permainan seorang lak-laki.

"Minggir, Pa!"

"Papa, kau bisa berlari tidak sih! Lambat sekali!"

"Gunakan matamu, Pa! Lihat bolany masuk parit!"

Dan beberapa lontaran lainnya yang sukses membuat Soohyun tercengang. Tidak menyangka Sury bisa selantih itu dalam hal berbicara. He, Suzy yang mengajarinya ya?

"Sudah capek ?" tanya Sury yang baru saja kembali mengambil bola dari semak-semak akibat ulah Soohyun.

"Lumayan," jawab Soohyun. "Kita duduk dulu, bagaimana?"

Sury mengangguk. Membiarkan bolanya berada di atas tanah, sementara keduanya beranjak duduk di bangku taman seraya menatap pemandangan depan.

"Sury hebat bermain bola. Siapa yang mengajarkan?" tanya Soohyun sukses membuka pembicaraan.

"Pelatih Choi," jawab Sury.

"Karena aku pernah menendang bola sampai mengenai kaca, Pelatih Choi memberikan pujian padaku," lanjut Sury seketika membuat Soohyun menoleh.

"Mengenai kaca?" ulangnya sekali lagi. Jujur, Soohyun tidak menyangka jika putrinya sebar-bar itu.

Sury mengangguk santai. "Aku tidak terpilih untuk masuk ke kelas balet. Jadi Mama marah dan menyuruhku memecahkan jendela ruangan balet."

Cerita Sury sebenarnya bisa membuat Soohyun marah tetapi, pria itu malah tertawa. Membuat Sury menoleh memerhatikan wajah sang papa yang tercetak jelas memperlihatkan tawa renyahnya di sana. Perlahan Sury menyinggungkan senyum kecil.

"Papa bisa tertawa," komentar Sury.

Soohyun menoleh, masih menyisakan sisa tawanya yang kini berubah menjadi wajah sendu karena ucapan Sury barusan.

"Sury, apa kau menyayangi Papa?"

Kini ia bertanya dengan serius namun, sebisa mungkin ia utarakan dengan nada selembut mungkin.

"Tentu saja. Aku sangat sayang padamu, Pa." Jawaban Sury yang sukses membuat Soohyun tersentuh.

"Aku menyayangi Papa, sama seperti aku menyayangi Mama. Apa juga begitu?" Kini Sury bertanya balik, membuat dada Soohyun semakin sesak karen menahan perasaan haru sekaligus menyesal.

Ya, menyesal atas perilakunya selama ini.

"Sangat menyayangimu. Papa sangat mencintai Sury," Soohyun menjawabnua dengan tulus. Tanganya meraih tubuh mungil itu, memeluknya dengan penuh kasih sayang. Jika Soohyun bisa melanjutkannya dia ingin berkata lagi bahwa, ia sangat mencintai putrinya melebihi nyawanya sendiri.

BAD MOM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang