Part 2

1.4K 188 20
                                    

•••••


Suzy tengah berkutat dengan spaghetti panggang yang rencana ia akan jadikan sarapan untuk Sury. Sudah dua jam ia berdiri di dapur, memasaknya dua kali percobaan, memakai keju yang ternyata sudah kadarluarsa, dan terakhir ia menunggu makanan itu sejenak di oven. Matanya tak lepas memandangi kaca oven, takut ia salah atau membuat onar lagi.

"Ma!"

Tiba-tiba suara Sury membuat Suzy berjengit. Wanita itu menoleh pada sosok gadis kecil yang baru saja datang, lengkap dengan seragam sekolahnya. Wajahnya cemberut di sana.

"Hai, Sweety," sapa Suzy hangat. "Sarapannya sebentar lagi matang. Tunggu sebentat ya." ucap Suzy kembali pada ovennya yang sama sekali belum menunjukan kemajuan untuk menyelesaikan makanan itu. Ayolah, Sury menunggunya!

"Aku tidak mau sarapan, Ma." terdengar suara tertahan milik Sury, membuat Suzy menoleh lagi dengan tatapan bingung.

"Ada apa?" tanyanya.

Sury menghela nafas, mengeluarkan sebuah kertas dari ranselnya. Ia menyodorkan itu pada Suzy.

"Hasil prakaryaku kemarin tidak dinilai Bu Guru." katanya kecewa.

Suzy mengernyitkan dahi, sambil melihat komponen nilai yang tercantum pada kertas itu. Dan benar saja, hasil prakarya Sury yang ia kerjakan selama seminggu lebih tidak mendapatkan hasil yang baik.

Wah, apakah guru itu sedang mencari ribut dengan Suzy? Oke, Suzy akan menenangkan anak gadisnya dengan kata-kata semangat.

"Wah gurumu itu, apakah Mama harus ke sekolah menemuinya? Bukankah hasil prakaryamu kemarin sudah sangat baik? buktinya teman-temanmu memujinya kan?" sela Suzy mencoba menyemangati Sury yang masih menunduk gelisah di sana.

Sury menggeleng, ia menatap Mamanya dengan mata hampir berair. "Bukan karena hasil karyaku jelek, Ma. Tapi, Bu Guru tahu kalau, karyaku bukan hasil kerjaanku sendiri."

Suzy menelan ludah, "Jadi?"

"Dia tahu, kalau Mama yang membuat prakarya itu dan menyuruhku lagi untuk membuatnya sendiri!" sunggut Sury kini menunjukan kekesalannya.

"Tapi bukankah kemarin kamu yang meminta Mama untuk membuatnya?"

"Iya, tapi harusnya Mama jangan membuatnya terlalu bagus. Bu Guru curiga dan satu kelas mengejekku, anak manja!" Kini Sury bangkit dari kursinya seraya mengambil ransel. Gadis itu menghentakan kaki, seraya menatap Suzy kesal.

"Pokoknya Mama harus tanggung jawab!" pekiknya sebelum berlalu begitu saja meninggalkan Suzy yang berusaha membujuknya untuk duduk kembali, sarapan bersama. Namun, Sury tidak menggubrisnya dan tetap keluar, mungkin menunggu Suzy di dalam mobil.

Suzy tahu walau putrinya sedang marah, gadis itu tidak berani untuk pergi kemana-mana. Dia masih membutuhkan Suzy untuk mengantarnya ke sekolah, bukan?

Suara timer oven berbunyi menandakan sarapan yang ia buat telah selesai. Suzy menghela nafas panjang, seraya mengeluarkan mangkuk almunium foil itu dari sana. Ia pikir, pagi ini Sury akan memujinya karena memasak soaghetti yang ia ketahui sangat jarang ia sajikan pada gadis itu. Namun, nyatanya anak itu malah berbalik kesal karena hasil prakarya yang Suzy buat.

Memang, kemarin Suzy sengaja menyuruh temannya yang lulusan desain seni, untuk mengerjakan tugas Sury. Ia pikir dengan membuatnya dengan sebagus mungkin, Sury akan mendapat nilai tertinggi. Namun, nyatanya berbanding balik. Heol~ Suzy jadi pusing sendiri, bagaimana ia menyelesaikan masalah ini.

Baiklah Suzy akan memikirkan itu saat mengantar Sury. Ia tak punya banyak waktu untuk memikirkan itu, mengingat jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh di mana ituwaktu yang sanga singkat untuk mengantar Sury. Mau terlambat dan mendengar omelan gadisnya lagi? oh jangan sampai.

BAD MOM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang