1. Pocky dan Cincau

5.5K 666 67
                                    

Brukkk

"Mahes di sini ada yang pingsan!"

Mahes dengan sigap langsung datang ke barisan kelas 11 IPA 2, dan benar saja di sana sudah ada cewek pingsan. Pucet banget kulitnya.

"Minggir! Jangan dikerumunin, nanti gak bisa napas." Mahes mengusir orang-orang di sekitarnya agar tidak berkerumun dan tetap fokus upacara.

Diangkatnya tubuh ringkih gadis pucat itu, buset enteng bener bor kayak kotak tisu, decak Mahes dalam hatinya.

"Nyusahin aja. Jek! Lu jaga sini, gue mau ngurus dia."

Yang dipanggil Jek hanya mengangguk sambil ngangkat tangannya, membentuk simbol ok.

Mahes langsung berlari menuju ruang kesehatan. Selalu aja ada yang pingsan kalau upacara gini, mereka gak sarapan dulu apa? Udah tau sarapan itu penting.

"Eh? Hes siapa lagi itu yang pingsan?" tanya Mina, salah satu anggota PMR yang tugasnya menjaga UKS hari ini.

"Gak tau. Anak 11 IPA 2."

Mina mangut-mangut lalu mengode Mahes untuk menaruh cewek itu ke ranjang yang sudah dirapihkan.

"Eh! Ini mah si Oci, primadona anak IPA." Mina kaget ketika tau cewek yang pingsan itu ternyata Rosiella.

Mahes hanya mengangkat alisnya sebelah. Primadona? Yang bener aja orang lemah kayak dia jadi primadona. Cih!

"Lu gak kenal dia? Sumpah? Padahal hampir seluruh cowok sekolah ini ngejar-ngejar dia."

Mahes hanya mengedikan bahunya acuh lalu langsung berjalan ke tempat obat.

"Lu urus yang lain aja. Dia biar sama gue."

Dahi Mina mengeryit, tumben-tumbenan si Mahes mau ngurusin orang sakit, cewek lagi.

"Ok, jangan lu apa-apain ya bos. Pawangnya banyak."

Mahes hanya berdecih saja mendengar kata-kata Mina barusan. Gila aja dia mau macem-macem, badan Rose aja kayak lidi, mana bisa puas.

Mahes ini berdosa banget:(

"Tidur kali ya? Pingsannya lama banget."

Mahes udah lakuin segala cara buat bangunin Oci, tapi hasilnya nihil. Kayaknya Oci emang ketiduran.

"Bangun. Jangan simulasi mati."

Mahes menggosokan minyak kayu putih ke hidung Oci. Untung aja anaknya langsung bangun, tadinya kalo belum bangun juga mau Mahes jorokin dari rooftop.

"Enghhh, di mana nih? Gue udah mati ya?" Oci mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya.

"Iya, gue malaikat maut." sewot Mahes, tumben-tumbenan ini orang ngejokes.

"Serius lo?! Anjir malaikat maut ternyata cakep ya. Tau gitu mah gue matinya kemaren-kemaren aja."

"Gila! Nih minum."

Oci melongo, malaikat mautnya malah pergi keluar UKS.

"Astaga! Oci lu pingsan lagi! Mama maafin Oci ya, tadi gak sempet makan nasi goreng buatan mama." sesal Oci, coba aja tadi dia makan setidaknya tiga suapan nasi goreng, tambah telur mata sapi, dan setengah piring ketoprak bang Chandra. Pasti dia sekarang gak bakal pingsan.

"Eh Oci udah bangun? Si Mahes mana?" tanya Mina yang baru selesai ngecek pasien lainnya.

"Mahes siapa?" tanya Oci bingung, masalahnya cowok-cowok yang deketin dia banyak. Kan susah hapalinnya hehe.

"Yang tadi bopong lu ke sini. Tadi pas gue tinggal dia masih ngurusin lu kok."

"Oalah! Si malaikat maut maksud lu? Barusan dia keluar. Btw Min gue boleh minta tolong gak?"

Alis Mina menyatu, "Minta tolong apaan?"

"Beliin gue somay mang Dimas dong. Gue belum sarapan."

"Lu-"

"Nih. Lagi sakit, gak usah aneh-aneh."

Baru aja Mina mau nasehatin Rose eh bapak ketua PMR kita udah dateng. Pake segala bawa semangkok bubur kang Asep lagi.

"Gue gak suka bubur." tolak Oci, dia tu paling gak suka sama makanan yang jemek-jemek gitu. Mulutnya reflek ditutup dengan kedua tangannya.

"Makan atau lu beneran mati."

Tapi kalo dipaksa sama Mahes gini sih kicep dia. Mukanya gak santai banget.

"Min jagain. Kalo belum abis jangan bolehin keluar. Gue balik ke lapangan." ucap Mahes sebelum keluar lagi dari UKS.

"Mending lu abisin deh Ci, masalahnya si Mahes jarang-jarang perhatian sama orang. Sekalinya perhatian harus diturutin, kalo gak nanti beneran kejadian." Mina meyakinkan Oci.

"Yaudah deh, gue titip teh botol aja." pinta Oci sambil memberikan puppy eyes andalannya.

"GAK OCI! MAKAN SEKARANG ATAU GUE PANGGILIN MAHES!"

Astaga! Orang kayak Mina kalo marah serem juga ya. Anak-anak PMR kayak gini semua kah?

"Minum obatnya! Gue cek bilik sebelah dulu. Lima menit gue balik, makanan lu harus udah abis."

Oci ngangguk-ngangguk patuh kayak patung kucing depan toko emas.

"Makasih Mina, jangan marah-marah ya cantik nanti cepet tua."

Tahan Mina tahan, primadona mah bebas. Kita kaum kentang cuma bisa sabar.

÷-÷

"Mahes!" panggil Oci saat melihat punggung Mahes lewat depan dia.

"Hm?" datar banget sih, senyum dikit kek. Ham hem ham hem. Sakit gigi lo Hes?! Pengen banget rasanya Oci ngomong kayak gitu, tapi nanti doi ilfeel.

"Nih. Anggep aja bentuk terima kasih gue karena tadi pagi gue ngerepotin lu." Oci menyodorkan sekotak pocky rasa coklat dan cincau kalengan yang ada pandanya. Tau kan gais?

"Gak perlu. Itu udah tugas gue."

"Eh! Tapi ini gue serius, ikhlas kasihnya buat lu."

Mahes melirik jajanan yang dibeli Oci, terus ngangkat satu alisnya, "Gak konsumsi. Glukosanya terlalu banyak."

Lalu Mahes pergi begitu saja, menghiraukan Oci yang masih diam mencerna semua ucapan Mahes.

"Jadi selama ini gue gak sehat dong?"

"Jadi selama ini gue gak sehat dong?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tbc

Hola!

Ada yang bisa nebak karakter Mahes di sini kayak gimana?:v

Vommentnya ya bund, kalo udah rame nanti chippy kasih double up 😶

÷Chippy Pasta÷

[2] Ketua PMR | Kim Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang