Ingat terakhir kali Chandra menghubungi Jeka? Itu juga saat terakhir Mahes bisa merasakan arti kehidupan.
Jika kalian berpikir Mahes sudah tiada kalian salah besar, alih-alih bogeman mentah yang ia dapatkan dari Chandra ia malah mendapatkan kabar yang benar-benar tak ingin ia dengar.
Mengetahui bahwa saat ini Oci terpuruk dan mengalami trauma mental hingga harus di rawat jauh ke negeri seberang. Keluarga Oci juga memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kenangan buruknya di sini. Dengan berat hati Mahes harus menerima semua bayaran atas kesalahannya.
Andai kini ia bisa berjalan, andai dirinya kini bisa mendekap, andai dirinya kini bisa mengatakan maaf dan memberitahu perasaan yang sebenarnya kepada Oci. Namun naas, sepertinya itu semua hanya angan-angannya saja.
Ia sadar kesalahannya sungguh fatal, tapi apakah dia harus terus-terusan di siksa seperti ini? Menghabiskan seluruh hidupnya tanpa cinta, baik dari keluarga, sahabat, ataupun perempuan spesial yang memang tulus memberikan perasaannya kepada Mahes.
Benar kata orang, kita baru akan sadar arti kehadiran seseorang ketika dia pergi meninggalkan kita. Sekarang yang tersisa di hidup Mahes hanyalah penyesalan.
"Kenapa Tuhan hukum gue gini banget? Apa gue gak bisa minta maaf ke Oci? Gue pengen lihat keadaan dia." Mahes menangisi kesedihannya seoarang diri, apa gunanya ia sembuh jika tidak ada satu orang pun yang mendukungnya.
Bayangan Oci kembali lagi ke pikirannya, ia ingat persis bagaimana gadis itu selalu membawakannya bekal setiap hari. Menemaninya sekedar untuk mengisi kotak obat yang sudah kosong. Atau bahkan bertingkah konyol dan ceroboh hanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Jika waktu bisa diputar kembali Mahes akan dengan suka rela memberikan seluruh waktunya hanya untuk gadis manis itu.
"Ci, gue kangen. Maafin gue."
÷-÷
Australlia terasa sangat dingin sekarang, apa itu hanya karena Oci merasakan kehampaan di hidupnya. Kata dokter keadaannya sudah cukup membaik, sekedar untuk bercanda atau tertawa ringan. Tapi jauh dilubuk hatinya ia sama sekali tidak merasa bahagia, ia merindukan rumahnya.
Nyatanya melupakan seseorang yang sudah memiliki hati kita sepenuhnya memang tak semudah membalikan telapak tangan. Sekalipun orang itu sudah melakukan hal paling buruk dalam hidupmu.
"Until this time i'm still love you. Do you? Hahaha! Gak mungkin, Oci itu cuma mainannya Mahes. Hahaha! Iya mainan murahan." Oci berbicara sendiri, tertawa, lalu menangis.
Chandra yang melihat kondisi adiknya hanya bisa menahan rasa sesaknya, bagaimana cara dia mengembalikan Ocinya yang dulu?
"Dek? Ngapain kok sendrian di sini?" Ingat Chandra tugas lo di sini ngembaliin keadaan Oci, lu gak boleh ikutan lemah.
"Nothing. Cuma ngelihatin salju yang jatuh doang. Oci kangen hujan air." ucap Oci, tiba-tiba ingatannya terputar ketika ia diantar pulang oleh Mahes. Pertama kalinya ia merasa bahwa lelaki itu mempedulikannya. Namun ternyata itu adalah langkah awal sebuah kehancuran.
"Masuk gih, di sini dingin." Chandra mengusap-usap telapak tangan Oci. Bahkan tangannya terlalu kecil untuk bisa melawan tubuh pria dewasa. Rasa ingin menghancurkan Mahes terpikir lagi di benaknya.
"Kak, jangan berpikir buat nyakitin Mahes. Aku gak mau kakak ngelakuin hal yang salah kayak yang Mahes lakuin. Balas dendam itu cuma bom waktu yang bisa meledak kapan aja." Oci berucap sambil menyandarkan kepalanya di bahu lebar kakaknya.
"Gimana bisa ada orang yang tega nyakitin malaikat kayak kamu Ci?"
"Don't cry kak, malu ih diliatin orang. Nanti kakak diledekin hehehe."
Chandra mendekap tubuh adiknya erat, "Oci kalo sakit bilang ke kakak ya? Jangan ditahan sendirian."
÷-÷
"Eh kalian tau gak sih? Katanya Mahes itu penyebab Oci pindah."
"Eh serius lo?"
"Iya! Katanya masalahnya parah banget."
"Pantesan dia gak masuk juga beberapa hari."
Mahes semakin mengencangkan volume lagu yang ia dengarkan. Apapun masalah yang ia hadapi ia tidak boleh menyesalinya terus menerus, hidupnya masih panjang. Masih ada yang bisa ia selamatkan. Masa mudanya masih bisa cemerlang jika ia ingin berubah. Kenangannya bersama Oci maupun sahabat-sahabatnya akan selalu tersimpan rapi dalam hati dan pikirannya.
Oci semoga lo selalu bahagia di manapun lo berada sekarang, gue bakal selalu menjadi pantai tempat senja akan pulang.
"Woy!"
Mahes mengangkat alisnya, ini cowok memble siapa sih? Sksd banget, dia jadi inget sama Oci lagi kan.
Mahes tidak menggubrisnya, lebih baik ia duduk seharian di perpustakaan.
"Ah elah sombong lu bro! Kenalin nama gue Junet, asli betawi. Kalo mau belajar silat sama aye aje." Junet mengejar Mahes, entah kenapa rasa kemanusiaannya langsung berkobar ketika melihat Mahes yang sendirian menjadi bahan omongan. Dengan wajah babak belurnya.
"Hm."
"Jadi temen gue yuk! Kebetulan gue masih baru di sini. Gak terlalu punya banyak temen."
Entah kenapa kepribadian Junet ini mengingatkannya tentang Oci. Gadis itu pantang menyerah dan kelewat bawel. Apa Junet merupakan reinkarnasi dari Oci?
"Gak." tolak Mahes mentah-mentah. Ia tidak mau membuat Junet terkena masalah jika berteman dengannya.
"Woy! Para fans Junet sini!" tiba-tiba Junet berteriak memanggil 'fansnya' yang ternyata itu adalah mantan-mantan sahabat Mahes. Kecuali Miles, entah sampai detik inipun Mahes belum melihat batang hidung bangir pria Tionghoa itu.
"Woy anak betawi! Sini! Jangan main sama itu orang." Jeka memanggil Junet agar bergabung dengan mereka bertiga.
"Lah kenapa? Ini orang ganteng loh, kok gak masuk geng kalian?" Junet sudah tau lingkup pertemanan di sini. Semuanya didasarkan pada kasta dan tampang, ia pikir lelaki berkulit tan di sampingnya juga salah satu dari mereka bertiga, kelas pangeran sekolah.
"Ganteng doang, jemput cewek diperkosa."
Tbc
Hola!
Kasian Oci sampe harus pergi ke aussie hiks😭
/forum pesan untuk Mahes\
Inget ya Mahes bukan Kiming, Mingyu aku mah anak baik-baik wkwk
Vomment terus ndeee💚
÷Chippy Pasta÷
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Ketua PMR | Kim Mingyu ✔
Fanfic「Ketua Series」 ❝Obatin gue dong biar gak jatuh cinta sama lo.❞ Start: 22/12/2020 End: 22/01/2021