4. Jangan Sampai Terluka

2.7K 504 37
                                    

Pagi ini Oci tampak lebih bersemangat dari hari-hari sebelumnya. Dia gak tau ada apa sama dirinya, pertama kalinya jantungnya bisa berdetak dua kali lebih cepat gara-gara lawan jenis.

Padahal cowok itu cuma kontak fisik langsung sama dia kalo dia pingsan doang, sisanya mana sudi. Tapi damagenya bener-bener berhasil buat Oci mules setiap ketemu dia. Sedangkan sama Jeffrey, Enzo, kak Teo atau kak Ead dia biasa aja.

Oci mau pura-pura bego buat ngehirauin perasaan itu, tapi setiap hari rasa penasaran dan sisi fuckgirlnya semakin bertambah, Oci jadi gak bisa ngendaliin diri dia sendiri buat deketin Mahes.

Jadi mulai hari ini Oci putusin dia bakalan ngejar Mahes. Dia yakin sama pilihan hatinya.

"Pagi Oci cantik!" Sapa Jeffrey ketika dirinya berpapasan dengan gadis pujaannya.

Oci tersenyum membalas sapaan Jeffrey, "Pagi Jeff! Udah sarapan?" Sebenarnya itu cuma formalitas ajasih, Oci kan gak mau dicap sombong kalau langsung pergi.

"Belum nih, kamu mau nemenin?" tanya pria berlesung pipi itu, telinganya kelihatan memerah. Lah dia yang ngegoda dia yang kegoda dasar Jepri.

"Oh yaudah kalo gitu makan gih, mumpung kantin lagi sepi. Gue duluan ya!" pamit Oci lalu langsung berlari pergi.

"Ck! Oci Oci kenapa gak peka sih?!"

"Mampus lo ditolak kan! Lagian Oci itu jatah gue lu diem aja."

Jeffrey menatap tajam Enzo yang baru datang tapi sudah membuat moodnya buruk. Bisa-bisanya cowok bermuka dingin ini nyebelin banget.

"Lo juga sama aja ya tolol! Gak pernah dianggep Oci." ketus Jeffrey lalu meninggalkan Enzo di koridor sendirian.

"Lah pundung si Jepri." Enzo yang ditinggalkan sendiri hanya mengedikan bahunya acuh, lalu pergi.

÷-÷

"Mahes! Pagi! Nih gue buatin lo bekel. Takarannya aman kok, lo gak bakal kena diabetes kalo makan ini." Oci dengan semangat menyodorkan kotak bekal berwarna baby blue kepada Mahes.

Lelaki berkulit tan itu tetap bergeming di tempatnya, terlalu malas untuk merespon.

Oci yang melihat itu tak langsung menyerah, "Lagi baca apaan sih sibuk banget kelihatannya."

Mahes masih diam, semenjak pensi kemarin Mahes seperti menjaga jarak dari Oci. Yang awalnya mereka tidak dekat sekarang menjadi semakin jauh, seolah Mahes tak pernah berhubungan dengannya.

"Hes~ Oci ada salah ya?" Oci itu gak bisa kalau ada orang lain yang gak suka sama dirinya, bukan dalam artian pacar saja. Tapi dia gak mau orang lain ngerasa benci dan gak nyaman berada di dekat dirinya, makanya dia berusaha selalu baik dan ramah di sekolah.

"Bacot."

Setelah mengatakan itu Mahes langsung pergi keluar perpustakaan, meninggalkan gadis malang itu sendirian.

"Oci salah apa ya? Perasaan kemarin Oci gak ngapa-ngapain."

÷-÷

"Oci! Ayo dong semangat! Jarang-jarang loh kita ikut lomba cheerleader gini." Caera sedari tadi tak berhenti menyemangati Oci, dia merasa heran ada apa dengan sahabatnya hari ini.

"Iya ih Oci! Lu kenapa sih?" Juwi dan yang lainnya juga merasa aneh, Oci itu sudah seperti virus bagi mereka. Setiap hari Oci selalu bersemangat dan itu membuat mereka semua bersemangat juga. Tapi hari ini Oci murung, seluruh anggota cheers juga turut menjadi murung melihatnya.

"Ah! Gak apa-apa kok. Ayo latihan lagi! Gue cuma capek sedikit doang hehe." Oci langsung tersadar saat teman-teman satu timnya menatap melas ke arahnya.

Masa cuma gara-gara Mahes laki-laki dingin yang gak punya perasaan itu Oci jadi gak semangat. Gak boleh Oci! Kamu harus tetep semangat.

"Kalian ngapain malah santai-santai?! Oci saya minta kamu fokus hari ini, kali ini itu lomba, bukan buat pensi. Jadi saya minta kerja samanya." mbak Ayu sebagai pelatih cheers sekolah ini tentu mau hasil yang terbaik, ia tidak ingin usahanya sia-sia.

"Iya mbak."

"Ok girls ambil posisi kalian!"

Mereka melakukan formasi dengan gerakan-gerakan yang cantik, semuanya melakukan team work yang bagus. Kekompakan memang sangat dibutuhkan.

"Akhhh!"

"OCI!"

Semuanya langsung menghampiri Oci yang gagal melakukan selebrasi akhir, untung saja mereka tadi belum sempat melemparkan gadis itu tinggi.

"Oci kamu gak kenapa-napa kan?" tanya mbak Ayu khawatir, walaupun ia dikenal sangat tegas dan galak tapi tentu saja keselamatan muridnya adalah yang terpenting.

Oci meringis pelan, kakinya terasa terkilir, "Ah, gak apa-apa kok mbak. Cuma terkilir doang. Ayo lanjutin latihan lagi. Tadi udah bagus guys! Ayo lanjut, semangat!"

Oci kembali berdiri, terkilir itu wajar. Setidaknya ia belum terluka parah, ia masih bisa latihan. Oci tidak mau timnya tidak jadi latihan hanya kerena kesalahan satu orang.

Semuanya berpandangan ragu, tapi menatap Oci yang mengangguk semangat seolah mengatakan ia tidak apa membuat semangat mereka terbakar lagi.

"Mari saling menjaga! Jangan sampai terluka!" teriak mereka bersamaan, seolah itu adalah yel-yel tim mereka.

Mahes yang berdiri cukup jauh dari sana melihat semuanya, dia tersenyum penuh arti menatap Oci.

"Tolong kasihin ini buat kapten Cheers. Bilangin jangan sampai terluka."

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

Hola!

Rasa pengen unpub book ini hiks kayaknya gagal deh 😭
Semoga aku masih bisa ngelanjutin:')

÷Chippy Pasta÷

[2] Ketua PMR | Kim Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang