9. Egois

2K 410 16
                                    

"One, two, three, four, five, six! Ya bagus terus, Oci pertahanin. Juwi jangan terlalu cepet. Iya bagus."

Seperti hari Rabu biasanya Oci dan timnya akan selalu melakukan ekstrakulikuler Cheers sepulang sekolah. Oci yang kembali bersemangat membuat semuanya merasa senang, happy virus mereka sudah kembali. Mbak Ayu juga senang melihatnya, ia tahu di masa remaja seperti mereka ini gejolak-gejolak hormon memang tengah berada di puncaknya. Ia senang karena menurutnya murid kesayangannya itu sudah berhasil mendapatkan apa yang mengganggu pikirannya selama ini, jadi ia tak perlu khawatir.

"Mbak Ayu duduk aja, kita bisa latihan sendiri kok." ucap Oci yang tengah mengatur napasnya dan meminum sebotol air mineral.

Mbal Ayu tersenyum, "Ya udah deh, karena hari ini kalian semangat mbak mau traktir kalian."

"Serius mbak?!" tanya Caera heboh yang dihadiahi toyoran dari Juwi yang berada di sebelahnya.

"Congor lu anjir Cae!"

"Iya, udah sana lanjut latihan. Mbak pesenin dulu makanannya."

"HORE! MBAK AYU EMANG YANG TERBAIK!"

Sepeninggal mbak Ayu anak-anak Cheers mulai bangkit kembali dari duduknya, "Ayo latihan lagi!" ajak Oci sambil membersihkan pasir di roknya.

"C'mon!"

"One, two, three, four, five, six, seven, eight! Bagus! Mala kamu langsung pindah ke belakang, Hanna ikutin ketukan. Cae ambil posisi lu, tahan gue mau naik. One, two, three, four, fi- AAA!"

Happp

Oci menutup matanya erat-erat, ia sudah mempersiapkan dirinya yang akan kembali terbanting ke lapangan. Tapi bukannya semen keras lapangan yang menghantamnya, ia malah merasa bahwa dirinya sedang melayang.

Perlahan ia buka matanya, hal yang pertama kali ia lihat adalah sosok Mahes yang sedang menggendongnya. Pantas saja tidak sakit, ternyata ia jatuh di dekapan malaikat tampan.

"Hati-hati, nanti luka lagi." perlahan Mahes menurunkan Oci ke tanah, entah sadar atau tidak tangannya masih betah bertengger di pinggang ramping gadis manis itu.

"Thanks, mmm gue mau lanjut latihan lagi." pamit Oci menjauh dari Mahes, dengan jarak sedekat itu ia tidak berani mengambil waktu terlalu lama, kesehatan jantungnya bisa melemah.

Mahes tersadar akan apa yang dilakukannya, ia mengelus tengkuknya canggung, "Pulang bareng?"

Oci terdiam untuk sesaat, apakah memang perubahannya sedasyat itu? Ia harus segera pulang dan memeluk mamanya dan berterima kasih nanti. "Boleh?"

"Hm." Mahes mengangguk tipis, memasukan secarik surat ke kantung rok Oci sebelum akhirnya pergi meninggalkan area lapangan.

Oci memegang dadanya, mengecek seberapa kencang detak jantungnya sekarang, ia yakin pipinya pasti sudah berubah semerah kepiting sekarang. Dirogohnya kantungan miliknya, mengecek apa yang diberikan oleh Mahes tadi.

'Gue tunggu di parkiran. Jangan lama, gue gak suka nunggu.
Semangat latihannya. -Mahes.'

Astaga! Ternyata Mahes bisa selembut ini, Oci rasanya ingin meleleh sekarang juga.

÷-÷

"Kenapa berubah?" tanya Mahes sedikit kencang karena suaranya teredam angin jalan.

Oci yang duduk di belakangnya langsung mengeryitkan dahinya, kenapa setiap pulang bareng Mahes lelaki itu selalu menuduhnya berubah. "Gue gak berubah."

"Kenapa gak bawel lagi?"

Skakmat! Sekarang Oci harus menjawab apa?

"Kan gue bilang jangan berubah." lanjut Mahes

Oci semakin panik, kenapa Mahes harus membicarakan topik ini sih. Masa iya dia harus bilang kalau dia berubah demi Mahes, biar cowok itu bisa suka sama dia.

"Turun!"

Tiba-tiba Mahes menghentikan motornya, Oci menoleh melihat betapa indahnya padang rumput ini. Bagaimana Mahes bisa tau daerah seindah ini? Oci pikir akan sulit menemukan lapangan hijau dengan ilalang yang masih nampak asri.

Mahes mengikatkan jaket denimnya kepinggang Oci, "Nanti gatel kalo duduk."

Mahes lebih dulu merebahkan tubuhnya di tengah-tengah lapangan, tangannya mengode Oci agar melakukan hal sama seperti yang ia lakukan.

"Kok lu bisa tau tempat sebagus ini sih?" Oci bertanya sambil duduk di samping Mahes, ia terlalu malu untuk ikut merebahkan dirinya di samping lelaki pujaannya.

Mahes menatap wajah Oci lamat-lamat dari bawah, lalu kembali menatap langit sore yang sudah mulai berwarna jingga, "Dulu gue suka ke sini bareng sahabat gue. Sekedar nenangin pikiran."

"Oh, jadi Miles juga suka ke sini?!" Oci langsung meruntuki mulutnya yang terkadang suka kelepasan, ia harus bersikap kalem.

"Bukan Miles. Sahabat gue cewek." Mahes menopang kepalanya dengan satu tangannya, menghadapkan dirinya penuh ke Oci.

"Oh ya? Gue baru tau lu punya sahabat cewek, siapa?"

"Gak penting. Lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa berubah?"

Lagi-lagi Oci meruntuk dalam hati, bisa gak sih Mahes nikmatin suasana romantis ini tanpa banyak tanya. Masalahnya pertanyaan dari Mahes itu adalah hal yang paling Oci hindarin sekarang.

"Gak kenapa-napa, pengen aja. Emang gak boleh ya?" jawab Oci berusaha setenang mungkin, jauh di lubuk hatinya ia ingin berteriak mengungkapkan perasaannya pada Mahes.

"Gue kan udah bilang, gue gak suka."

"Ya terus kenapa? Kan cuma lu yang gak suka, orang lain suka."

"Gue egois, cuma gue yang boleh suka."

"Eh?!"

"Eh?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

Hola!

Akhirnya ada momen sweet Mahes Oci lagi xixixi

Vommentnya hyung ❤

÷Chippy Pasta÷

[2] Ketua PMR | Kim Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang