13. Karma

2.2K 420 58
                                    

Lagi-lagi Miles benar, karma Mahes belum cukup sampai di situ saja. Ketika pulang kedua orang tuanya sudah berada di rumah dan mengetahui perbuatan bejatnya. Ibunya menangis tersedu-sedu, melihat dirinya yang terus dihajar tanpa ampun oleh sang ayah.

Ia hanya bisa terus merapalkan kata maaf kepada Tuhan serta Oci. Ia berharap kesempatan masih tersisa untuknya. Seperti kata Cey kemarin ia akan menjaga yang tersisa, iya perasaannya kepada Oci yang akan ia jaga.

Pagi ini ia terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa. Sekujur tubuhnya sama sekali tidak bisa ia gerakan, ia tahu ruangan bernuansa putih ini. Ruangan yang ia impi-impikan suatu saat nanti bisa ia tempati. Namun bukan sebagai pasien lemah yang terbaring penuh luka, tapi menjadi seoarang malaikat penolong yang tidak lelah berjuang.

Ia merasa bersyukur masih ada yang tersisa, impiannya. Iya ia masih bisa menyelamatkan impiannya, karena sahabat serta orang tuanya tidak melaporkan perbuatan buruknya kepihak berwajib.

"Akhhh!" Susah payah ia menyandarkan dirinya. Bahkan tidak ada yang sudi menemaninya di sini.

Ceklek

"Mahes?"

Lelaki itu menoleh melihat teman-teman sekelasnya datang menjenguknya, apa ini? Mereka berpikir dirinya yang sakit? Rasa bersalah semakin menggerogoti hatinya, bagaimana keadaan Oci sekarang?

"Kok lu bisa kayak gini sih bro?" Deka sebagai ketua kelas di kelasnya merasa turut prihatin akan apa yang menimpa salah satu teman sekelasnya. Wali kelas bilang kalau Mahes habis kena begal semalam.

"Parah lo biasanya kita ngobatin orang bareng-bareng, sekarang malah lu yang sakit." ejek Mina sambil meletakan parsel buah di nakas samping lelaki tan itu berbaring.

Mahes hanya tersenyum kecil, bibirnya sangat sakit barang untuk bergerak sedikit saja. Namun hatinya kembali berdenyut nyeri ketika tidak mendapati Miles di sini. Biasanya lelaki itu akan selalu menemaninya dalam hal tidak berguna sekalipun, tapi untuk pertama kalinya sahabatnya pergi menjauh darinya. Semua ini karena perbuatan bodohnya.

"Miles tadi juga gak masuk. Gue gak tau kenapa, tapi dia izin ada acara keluarga katanya." ucap Deka mengerti akan apa yang Mahes cari.

Mahes mengangguk kecil sebagai jawaban, lagi pula ia sadar diri. Orang tuanya saja sudah enggan melihatnya, apalagi Miles dan Oci. Ia jadi semakin merindukan gadis yang sudah menemaninya selama satu semester itu.

"Oh ya Hes lo tau gak sih? Berita yang lagi heboh di sekolah?" Mina bertanya dengan semangat, dasar perempuan suka bergosip.

"Hm?"

"Oci pindah sekolah. Gue gak tau alasannya apa tapi tadi pagi gue lihat bokap sama abangnya ada di sekolah."

Deg!

Apakah karmanya harus separah ini? Bahkan ia belum sempat mengucapkan kata maaf untuk gadis malang itu.

Mata Mahes mulai berkaca-kaca, perkataan Miles dan Cey terus terputar di otaknya seperti kaset rusak. Bayangan Oci meminta ampun semalam semakin terasa mencekiknya kuat-kuat.

"Hes? Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Mina khawatir karena tiba-tiba badan Mahes begetar.

'Hati gue Min! Hati gue yang sakit! Tolong bawa Oci ke sini!' Jika saja Mahes bisa berbicara seperti itu, andaipun bisa ia harus sadar diri. Iblis sepertinya tidak akan cocok untuk malaikat seperti Oci.

Ia jadi ingat di mana pertama kali ia menolong Oci, dia memang malaikat maut. Ia sudah membunuh kehidupan Oci, ia sudah membunuh harapan serta hati lembut gadis itu.

Apa masih ada kesempatan buat dia?

÷-÷

"Sayang? Udah siap?" Mama Oci bertanya sambil mengelus lembut surai putrinya. Ia tidak menyangka jika kehidupan SMA putrinya akan menjadi seperti ini.

Oci masih terdiam, ia menatap jijik tubuhnya dari pantulan kaca meja rias. "AAAAA! PERGI! LEPASIN AKU! HIKS! PERGIII!!! PAPA! TOLONGIN OCI HIKS! LEPAS! JANGAN SENTUH OCI!"

Mama Oci menangis melihat kondisi putrinya, "Pa! HIKS! PA! OCI PA!"

Dengan segera papa Oci menghampiri putri kesayangannya, ia memeluk gadis itu erat seolah takut kehilangannya. Ia sudah hampir kehilangan putri satu-satunya ini. Tak akan ia biarkan seorangpun menyakitinya lagi.

"Tenang sayang, ada papa di sini. Shtttt."

Oci menangis histeris di pelukan papanya, "Hiks! Pa! Mahes jahat! Mahes jahat HIKS! MAHES JAHAT!"

Chandra yang melihat itu semua dari jauh hanya dapat menahan emosinya, adiknya yang sudah ia jaga baik-baik sedari kecil nyaris menjadi korban kebejatan remaja bodoh yang bahkan belum bisa bertanggung jawab.

Ingin sekali rasanya ia menghancurkan tangan lancang yang sudah menyentuh tubuh adiknya, seharusnya ia kemarin mengantarkan dan menemani Oci. Pasti semuanya tidak akan menjadi seperti ini.

"Tenang aja dek, orang itu pasti bakalan terima akibat setimpal. Abang janji." ucap Chandra penuh tekat dan langsung menjauh dari sana.

Tujuannya sekarang hanya satu, menghancurkan hidup lelaki brengsek bernama Mahes. "Halo Jek? Lo bertiga temenin gue ke rumah sakit sekarang."

Siapapun yang berani nyakitin Ocinya dia harus berhadapan sama Chandra.

Siapapun yang berani nyakitin Ocinya dia harus berhadapan sama Chandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

Ocinya tetep sama Mahes atau gimana nih gais?:)

Vommentnya jangan lupa readers nim kesayangan Chippy <3

÷Chippy Pasta÷

[2] Ketua PMR | Kim Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang