Bonchap: Pulang

2.9K 393 114
                                    

1 Tahun Kemudian

Tebakan Miles salah besar. Mahes tidak mendapatkan karma lima kali lipat dalam hidupnya. Namun sepuluh kali.

Jika dulu Mahes hanya dijuluki lelaki es ataupun kulkas kini hidupnya lebih nampak seperti mayat hidup. Mungkin lebih baik jika matanya menutup untuk selamanya ketimbang harus bernapas dalam tubuh yang tak berjiwa.

Ia merasa benar-benar tersiksa, dulu ia mengira hidup tanpa gangguan orang lain pasti akan sangat menenangkan dan nyaman. Tapi semuanya salah, memang seharusnya sebagai manusia ia harus hidup bersosial. Namun siapa yang ingin berteman dengan penjahat sepertinya?

Teman-teman di sekolahnya bahkan enggan menyapa atau sekedar melemparkan senyum padanya. Hanya Mina, Deka, ataupun Miles yang masih bisa menerimanya.

Hari ini hujan lebat mengguyur kota tanpa ampun. Ingatannya kembali terputar di saat ia mengantarkan gadis manis yang cemberut di depan pos satpam.

Ya Tuhan rindu yang begitu besar ini seolah membunuh Mahes perlahan-lahan. Semakin lama bukannya melupakan Oci perasaannya malah kian membesar. Ia akan sangat bersyukur jika memang masih ada kesempatan sekali lagi untuknya.

"Itu bukannya Miles? Sama siapa dia?" Dengan berbekal payung hitam digenggamannya, Mahes berjalan cepat mendekati orang yang dianggapnya Miles tadi.

Bughhh!

"Maksud lo apa?! Kok lu jalan sama Cey?!" Mahes langsung membogem mentah rahang lelaki bermata sipit itu ketika mengetahui bahwa yang bersamanya adalah Cey, sahabat lamanya.

Miles mengusap darah di ujung bibirnya, "Kok lo marah? Lo cemburu?!" tanya Miles ketus.

"Ngapain gue cemburu. Lo harusnya sadar lo itu pacar Oci! Kenapa malah selingkuh kayak gini?!" Mahes semakin mencengkram kerah baju Miles.

Cey yang berada di tengah pertengkaran itu terkejut, "Mahes sabar dulu kamu salah paham."

"Salah paham apanya?! Jelas-jelas kalian selingkuh di belakang Oci."

"Heh sahabat! Pacar gue tu Cey, bukan Oci." Miles terkekeh melihat wajah konyol Mahes.

"Hah?! Bukannya lo dulu bilang udah pacaran sama Oci?!" tuding Mahes, ia tak akan mudah dibodohi. Miles hanya mencari-cari alasan bodoh saja.

Miles dan Cey saling menatap, lalu tertawa renyah, "Oh jadi orang yang lu cintai itu Oci. Gue kira Cey."

Mahes terdiam sebentar, jadi maksudnya? Selama ini dia mengalah untuk apa? Buat apa dia susah-susah melupakan Oci jika gadis itu masih belum dimiliki orang lain?

"Bangsat ya lo sipit!"

"Anjing! Sakit Hes ampun!!!"

÷-÷

"Sia-sia gue ngelupain lu Ci. Susah banget. Kapan pulang sih? Gak kangen apa sama gue?" Mahes sekarang berada di tempat kesukaannya dan Oci dulu. Netranya tak lelah bahkan untuk tidak berkedip barang sedetik saja, foto ditangannya adalah pemandangan paling indah seumur hidupnya.

Jika Tuhan memberinya satu permintaan maka Mahes akan dengan cepat meminta agar Oci dikembalikan padanya, duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dan mengatakan.

"Hes aku rindu."

Mahes terdiam, bahkan halusinasinya semakin parah sekarang, sebelumnya ia hanya melihat siluet-siluet gadis itu. Dan sekarang dia bisa mendengar suaranya, "Kayaknya gue beneran udah gila."

"Iya kamu gila, dan aku orang bodoh yang mau sama kamu."

Kali ini Mahes semakin terdiam ketika mendapati seseorang duduk di sampingnya, menatapnya penuh makna. Menyiratkan kerinduan yang begitu besar.

[2] Ketua PMR | Kim Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang