***Zia turun dari taksi, setelah menemui Agatha tadi dia merasa sangat lelah. Pikirannya terkuras hari ini. Saat masuk, Zia di kejutkan dengan keadaan rumah yang berantakan.
Suara ribut di dapur membuat dia berjengit kaget. "Syafira itu semua perbuatan kamu? Gak tau terimakasih kamu sebagai anak!"
"Udah, Gauri. Kasian Syafira." Suara ayahnya sedang melerai Gauri dan Syafira.
Syafira menangis. Keadaannya sangat parah. Pipinya terlihat ada bekas tamparan. Sekujur tubuhnya penuh dengan bekas pukulan. Zia terus memandangnya, Syafira juga terluka batinnya.
"Maaf, Ma. Syafira selalu ingin dapet kasih sayang seperti, Zia." Syafira menatap sendu agar maafnya diterima.
"Kamu itu selalu bikin Mama sama Papa marah Syafira!" Gauri semakin murka.
"Mama, udah. Kasian Kakak," ujar Kenzia. Dia mendekati Syafira yang sedang terduduk.
"Zia, kamu masih kasian sama dia? Dia itu bukan kakak kandung kamu. Jangan selalu belain dia!" ucap Gauri.
"GAURI!" Bagas berteriak. "Kamu udah keterlaluan!"
Mendengar itu semua, Syafira dan Zia terkejut. Jadi, selama ini Syafira bukan anak kandung mereka? Kenyataan itu membuat dada Syafira merasa tercabik-cabik, dia merasa kecewa dengan keadaan, orangtuanya tak pernah bilang bahwa dia bukanlah anak kandung mereka. Pantas saja mereka selalu berbeda dengan Syafira, tidak seperti Zia yang selalu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Hatinya merasakan sakit yang amat dalam.
"Apa? Sudah saatnya dia tahu, yang sebenarnya. Dia harus tau diri, siapa dia di rumah ini."
"DIAM!" Bagas kembali membentak. "Zia, bawa kakak kamu ke kamarnya. Papa mau bicara sama Mama."
***
Zia membuka pintu kamar Syafira, membawa kakaknya itu untuk masuk. Kamarnya gelap, lalu dia menyalakan lampunya. Kamar ini, ketika kecil keduanya selalu bermain di kamar ini. Tapi semenjak kecelakaan yang menimpa Zia. Dia tak pernah lagi memasuki kamar ini.
Suatu hari, ratusan, mungkin ribuan hari yang lalu, pada musim kemarau, Zia pernah terjebak di dalam rumah bersama Syafira. Mereka duduk di balkon kamar, menatap langit malam yang bersih tak tersapu awan. Banyak bintang bertebaran di langit, menerangi langit malam yang kelam bersama bulan.
"Ngapain sih? Banyak nyamuk tahu enggak?" protes Zia.
"Ssstt... bawel lo ya, kayak anak monyet gak di kasih makan," ujar Syafira acuh.
Zia mencelos. "Yeee, enak aja."
"Diem, ini saatnya merenung."
"Pret."
Namun Syafira memilih diam, memilih tidak melanjutkan perdebatan mereka. Dia malah menatap langit, membuat Zia mau tak mau mengikuti kelakuannya. Keduanya seakan terhanyut memandang samudra luas berisi bintang-bintang yang tak bisa terhitung.
"Kalau lo nanti nih yah, dilahirkan kembali, lo mau jadi apa?" tanya Zia tiba-tiba.
Syafira menoleh, lantas menatap adiknya dengan tatapan sayang yang jarang muncul di matanya. "Gue mau jadi, bintang."
"Kenapa?" tanyanya tak mengerti.
"Karena... apa ya? Bintang tuh berguna. Enggak ada satu hal pun yang bintang lakuin enggak berguna," ujar Syafira.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Wan't Understand [TAMAT]
Fiksi RemajaKenzia Ratu Ofelia, si gadis yang hidupnya penuh dengan lika-liku. Mulai dari permasalahan keluarganya, hingga kisah asmaranya dengan seorang pria yang sangat ia cinta, Elvan. Disisi lain, Alister. Sahabatnya, menginginkan dia lebih dari seorang sa...