14 | Your Existence

61 27 5
                                    

PLAYLIST:
Blue by Taeyon

Diam dan mengamatimu dari jauh adalah pilihan terbaikku. Tunggu sebentar, selagi aku mengejar mimpiku. Tetaplah disana dan tetaplah tersenyum, karena kau adalah bagian dari mimpi-mimpiku.

 Tetaplah disana dan tetaplah tersenyum, karena kau adalah bagian dari mimpi-mimpiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bibi Narr berlari tergopoh-gopoh saat melihat Qila muncul dari balik pintu rumah. Wajah wanita paruh baya itu nampak panik dan kebingungan.

"Astaga ... apa yang terjadi? Aduh ... aduh ...." Dia meringis sendiri melihat keadaan kaki Qila yang membuat gadis itu berjalan terseok-seok. Segera Bibi Narr membantu Qila berjalan hingga sofa dan mendudukkan gadis itu.

Qila tertawa. Bibi Narr mendongakkan kepala dan menatap takut kearah majikannya tersebut.

"Apa yang lucu, Nona? Apa yang terjadi? Kenapa ini? Kenapa kakinya? Jatuh dimana?"

Qila kembali terkekeh. Dia merasa lucu melihat wajah panik Bibi Narr yang sudah merah biru seperti itu. Tidak tega untuk berlama-lama membuat Bibi Narr panik, Qila mengedikkan kedua bahunya. "Hanya jatuh, Bibi."

"Tunggu disini, kubawakan obat." Bibi Narr melesat pergi kedalam berniat mengambil kotak obat.

Gadis itu menatap bingung. Kenapa perlu? Lukanya sudah diobati bersih. Dia memilih untuk berjalan menaiki tangga. Tungkainya berhenti di anak tangga teratas saat mendengar Bibi Narr yang meneriakinya.

"Aku baik-baik saja, Bibi. Lihat lukanya juga sudah diobati, Bibi tidak perlu khawatir begitu."

Bibi Narr mendekati Qila lalu menatap luka di kaki gadis itu dan kemudian beralih menatap wajahnya. Diobati yang sebelah mananya? Darahnya bahkan hingga mengering dan sisi luarnya merah lebam. "Jika tidak mau diobati, Bibi akan bersihkannya saja."

Qila menggeleng. "Sudah bersih Bibi. Luka ini sudah diobati juga. Lihat, sudah dibalut." Telunjuknya menunjuk tepat di luka lututnya.

Sekarang Bibi Narr menatap Qila dengan tatapan aneh, sulit diartikan. Matanya mengerjap dua kali siapa tahu dia salah lihat. Tapi tidak. Luka itu menganga lebar. Mulutnya kembali terbuka hendak berusara tapi Qila lebih dulu berucap yang tambah membuatnya khawatir.

"Aku minta tolong pada Bibi untuk mencuci sweater basah ini saja. Cuci sampai bersih dan wangi ya?"

"Sweater yang mana?"

Pandangannya menatap Qila secara keseluruhan. Gadis itu tidak mengenakan sweater basah. Pagi tadi dia juga baru saja mencuci semua baju kotornya dan tidak ada yang terlewat sekalipun itu sweater basah.

Qila tertawa. "Tentu saja sweater yang kupakai. Aku akan naik dulu. Terimakasih karena sudah mengkhawatirkan aku."

Begitu Qila melangkah pergi, Bibi Narr masih diam diposisinya menatap punggung Qila yang hilang dibalik pintu kamar. Mendadak sekujur tubuhnya meremang. Hatinya seperti ditepuk-tepuk hingga terdengar suara berdentum yang membuat tangannya refleks memegangi dada, menahannya.






SPERANZA  ✓ [Revised]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang