Bab 3

74.2K 5.7K 178
                                    

Jangan lupa pencet bintang yaaa ⭐

---

Tiada yang mengira bahwa Tuan Duke, Argent Kara, hari itu akan pulang cepat. Biasanya, lelaki tersebut hanya akan sampai di kediamannya saat tengah malam.

Namun, entah mengapa sore ini, pria bertubuh kekar itu sudah sampai di depan mansion. Langkah lebarnya dengan segera menuntunnya ke dalam bangunan megah tersebut.

Akan tetapi, suara teriakan wanita serta isak tangis anak kecil dengan segera menyapa gendang telinganya.

Argent mengerutkan dahinya bingung, anak kecil siapa lagi yang ada di mansion kalau bukan putranya?

Tapi kenapa bocah itu kini menangis? Dan siapa yang mengeluarkan bunyi melengking itu?

Segera saja ia menjejakkan kakinya menuju sumber suara. Untuk yang didapatinya adalah sang istri yang berseru marah dengan sebelah tangan terangkat ke atas.

Ketika Argent mengalihkan pandangannya sedikit, ia mendapati Arsenio sedang merunduk, duduk, bersimpuh dengan kedua lengannya yang berusaha melindungi diri.

Melihat hal tersebut sontak saja membuat Argent murka.

"Kau gila, ya?!" Bentaknya kasar. Suara maskulin laki-laki itu menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.

"Bisa-bisanya memukuli darah dagingmu sendiri? Begini yang selalu kau lakukan saat aku tak ada?"

Ia begitu berang. Argent seolah-olah lupa bahwa dirinya memang tak pernah ada di dalam rumah ini.

Hei. Walaupun tak acuh, setidaknya Argent tak pernah menyiksa putra mereka!

Ia membela diri saat alam bawah sadarnya mengingatkan sikapnya selama ini.

"D-duke..." Carmine tercicit pelan. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Rambutnya tidak beraturan. Penampilannya sungguh acak-acakan.

Badannya berguncang, takut. Ia begitu terkejut akan suara sang suami yang tak pernah ia dengar selama lima tahun terakhir, tiba-tiba memasuki indra pendengarannya.

Seolah tersambar petir, wanita itu seketika melihat ke arah putranya yang masih terduduk di lantai dengan keadaan yang menyedihkan.

Oh, Tuhan!

Lagi?

Apa yang telah ia lakukan pada buah hati kesayangannya! Ia benar-benar tak sadar, sungguh.

"Nio...." Wanita itu berujar pelan. Bibirnya bergetar hebat. Perasaan sesal seketika menelusup relung hatinya.

"I-ibu..."

Air mata turut jatuh di kedua pipi mulusnya saat melihat putra semata wayangnya itu terlihat begitu tersiksa.

Di kala Carmine ingin menghampiri Arsenio, sebuah tangan kekar menahan pergerakannya.

"Gila, mau apa lagi kau?"

I Suddenly Transmigrated and Got PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang