#4

2K 131 0
                                    

Marco pov

Hebat! Aku kembali merusak suasana hati anak ku, lisa meninggalkan meja makan dalam keadaan marah. Dia selalu sulit mengendalikan emosi nya, aku sangat paham tentang itu. Dan jennie kim juga ikut mengejarnya, aku tersenyum memandang mereka berdua. Ya tuhan wanita itu membuatku menggali ingatan yang telah ku kubur begitu dalam.

Lalisa manoban, dia putri ku satu-satu nya. Sudah lama aku tidak melihat berbagai raut di wajah nya. Anakku itu sangat berbeda dari kebanyakan anak di luaran sana, dia suka melakukan semua nya seorang diri. Ya dia cukup membuat ku resah, dia selalu melakukan hal-hal yang seharusnya bukan untuk anak seumuran nya. Aku tidak bisa melarang ataupun memarahinya, aku tau apa alasan nya melakukan semua itu.

Apa salah, jika lebih awal aku berharap pada wanita itu. Jennie kim. Aku merasa lisa akan baik-baik saja selama bersama nya.

Jennie pov

Aku perlahan membuka mata ku, aku terkejut. Lisa berbaring di sebelah ku, membentangkan tangan kiri nya untuk ku. Astaga, bagaimana bisa aku tertidur begitu cepat. Arghhhh! Padahal aku menyombongkan diri ku pada nya, bahwa aku ini pemain yang handal. Ottokeeee..!!!
Aku merasa malu untuk menatapnya, ommo aku tidak bisa berpaling dari mata ku.

Lisa terlihat begitu menawan saat terlelap, dia cantik dan dia tampan. Aku mengutuk diri ku karena sekarang aku semakin mencintainya, ku harap dia tidak seperti diri nya. Semoga.

"Nini."

"Lili, maaf aku tidak bermaksud membangunkan mu."

Lisa tersenyum kepada ku, dia beranjak. Duduk di samping ku, dia kembali menatap ku dengan senyuman menawan nya. Arghhhh, aku tidak tau rasa nya semua ini seperti mimpi. Aku sangat senang, sungguh.

"Awhhh.." Teriaknya kesakitan memegang tangan kiri nya

Aku merasa bersalah, bodoh. Jennie kim! Karena mu lisa mengorbankan tangan kiri nya, bisa-bisa nya kau lakukan itu.

Aku terus memaki diri ku, sial. Air mata ku tiba-tiba mengalir, aku melukainya.

"Lili maaf, apa itu sakit? Lili aku seharusnya tidak tertidur dan membuat mu menderita seperti ini, aku. Aku.."

"Hei nini tenang lah, aku tidak apa-apa oke. Berhentilah menyalahkan diri mu, jika aku harus kehilangan tangan ku untuk mu maka akan ku relakan itu. Jadi tenang lah, sekarang. Ya, aku mengkhawatirkan mu. Apa kamu baik-baik saja?"

"Aku hanya merasa sedikit lelah, dan lili. Mengapa rasa nyeri berasal dari sini, aku merasa sepertinya setelah ini aku tidak bisa berjalan."

Aku menunjuk area intim ku, ini benar-benar sakit. Apa begini rasa nya jika pertama kali melakukan itu, tapi tadi kenapa rasa nya berbeda. Rasa yang begitu memberi kenikmatan, dan terus ingin ku lakukan. Sekarang bahkan aku kesulitan menggerakkan kaki ku, lisa tertawa melihat ku.

Wanita itu, kenapa dia sangat puas menertawakan keadaan ku. Apa dia tidak sadar dengan perubahan wajahku? Sangat jelas aku tidak menyukai lelucon nya itu.

"Yaaaa! Bisakah kau menghentikan tawa mu itu lisa, tidakkah kamu lihat betapa menderitanya aku saat ini. Lisa, ini perbuatan mu setidaknya berhentilah tertawa agar kau tidak melihat sisi lain dari ku. Dan aku yakin, kamu tidak akan bisa meredakan itu."

"Nini, maafkan aku. Aku tidak bisa berhenti tertawa, kamu tau itu. Oke baiklah, aku akan menghentikan ini. Tapi kau melupakan sesuatu nini, dan aku sangat kecewa."

Aku mengerutkan dahi ku, melupakan? Apa maksud nya perkataan lisa itu, aku benar-benar tidak mengingat apapun di otak ku saat ini.

"Aku? Lili ku mohon berhentilah, kamu sudah membuatku kesulitan untuk bejalan dan sekarang kamu kembali membuat ku kesulitan dengan bertanya seperti itu."

Moon vs Night [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang