Jennie pov
Mata ku terasa sangat berat, sial. Ternyata yang ku lakukan hanya menangis semalaman, menyesali perbuatan bodoh ku itu. Melihat lisa pergi dengan wajah yang begitu marah, sangat membuat ku terisak. Sakit.
"Lili, aku selalu menciptakan jarak di antara kita. Aku menyesali itu, ku mohon dengarkan aku."
Aku mendatangi lisa, namun dia dengan sengaja menghindari ku.
Apa dia sebegitu marah nya pada ku? Jebbal, aku benci melihatnya mengabaikan ku. Lagi dan lagi.
"Ya!!! Lisa, berhenti. Aku mohon jangan diam saja, aku lebih suka melihat mu meneriaki ku daripada kamu seperti."
Aku berteriak, lisa menghentikan langkah nya. Tidak, aku kesulitan mengatur nafas ku. Aku tidak bisa menahan air mata yang hampir tertumpah, aku takut. Aku takut melihat mata nya, mata yang begitu penuh amarah.
Lisa, berbalik. Dia menatap ku.
"Nini, lupakanlah yang terjadi di antara kita. Aku mau kamu menghapusku dari ingatan mu. Pergilah sejauh mungkin, agar aku tidak bisa menyakiti mu lagi. Ku mohon, ikuti perkataan ku."
Deg..
Deg..Aku merasa tubuh ku sekarang melemah, tubuh ku bergetar hebat.
Tanpa sadar tubuhku mundur beberapa langkah, jelas aku kesulitan mengatur keseimbangan ku setelah apa yang ku dengar barusan. Apa ini nyata? Apa ini benar-benar berasal dari bibir nya yang dulu mencium manis bibir ku?
Tidak, aku yakin ini hanya mimpi. Aku menyakinkan diriku sebegitu keras nya namun mengapa semua ini nampak nyata!
"Apa yang barusan kamu ucapakan lili, jebbal. Aku minta maaf soal semalam, aku benar-benar tidak serius tentang itu."
"Jennie, lakukan saja. Lupakan aku. Bisakah kamu melakukan nya, aku membenci diri ku. Aku tidak pantas di dekat mu, jadi ku mohon jangan membuat ku mengulangi kata-kata ku."
"Lili, apa kamu masih marah. Lili aku benar-benar minta maaf soal semalam, aku.."
"Jennie, hentikan! Aku muak mendengar itu, ini soal kamu dan aku. Tidak ada hubungan dengan apa yang terjadi semalam, jennie. Aku mohon lepaskan aku."
Lisa pov
Aku melihat jennie, melihat mata nya yang hanya ada aku di sana membuat aku membenci itu. Aku merasa bersalah atas perbuatan ku, dia pasti sangat terluka.
Haruskah aku jujur soal jisoo?
Aku tidak bisa melihat nya menangis, itu kelemahan terbesar ku. Lalu aku harus bagaimana, aku tidak bisa membuatnya masuk kedalam dunia ku yang seperti ini. Aku menyayangi nya, entah kapan perasaan ini mulai muncul untuknya tapi aku benar-benar menginginkan jisoo bukan yang lainnya. Aku tau aku cukup egois soal itu, aku telah melibatkan orang yang seharusnya tidak ku hadirkan di sana.
"Tidak. Aku mencintai mu lisa, tidakkah kamu sadari sebesar apa cinta ku itu untuk mu. Lisa, aku tidak akan meninggalkan mu. Aku begitu mencintai mu, sampai-sampai aku begitu miskin nya di depan mu. Aku ingin melakukan semua nya agar aku bisa melihat mu bahagia, namun itu tidak cukup untuk mu. Aku mohon, jangan ambil perasaan ini dari ku. Kau tau, hanya dia yang ku punya."
"Jennie, aku bukan orang yang seperti kamu pikirkan. Jebbal. Jangan menangis, aku tidak bisa melihat itu. Nini, aku menyayangi mu."
"Benar, kamu tidak seperti di pikiran ku lisa. Karena cinta ku terlalu besar pada mu sehingga aku melewatkan semua itu, yang ku lihat hanyalah semua hal yang terbaik dari mu. Semua hanya tentang diri mu, lihat betapa bodoh nya aku memiliki khayalan terbesar ini berharap suatu saat kamu akan menyadari perasaan ku untuk mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon vs Night [JENLISA]
FanfictionDia menarik, siapa yang akan menolak? Dia baik, tidak bisa di ragukan. Aku tidak bisa menghindari mata nya yang terus menangkap ku, celaka! Permainan nya semakin membuatku gila. Aku wanita normal, tapi bagaimana bisa aku berteriak seperti itu ketika...