Kookga - Bad Liar

949 74 12
                                    

Cast : Jungkook and Yoongi (gs)
Rate : M

.
.
.

Tujuh bulan. Tujuh bulan sudah yoongi berhasil bertahan. Bertahan dalam hampanya kehidupan rumah tangganya bersama suami. Dua insan yang tak saling mencintai yang dipaksa untuk bersatu. Yoongi kira hingga kapanpun baik dirinya maupun suaminya tak akan ada kata mencintai. Namun dugaannya salah, karena faktanya yoongi sudah jatuh lebih dulu. Jatuh terperosok begitu dalam kedalam lubang bernama cinta bertepuk sebelah tangan. 

Yoongi tidak tahu pasti kapan rasa ini datang dan membuatnya tak nyaman. Namun yoongi pun tak akan diam dan membiarkan dirinya terus hidup dengan kesakitan ini. Bagaimanapun caranya, yoongi akan membuat suaminya merasakan hal yang sama dan kehidupannya akan terasa lengkap setelahnya. Tak perlu berpura-pura bahagia karena itu melelahkan.

Seperti siang ini, dimana yoongi tengah bersiap untuk menuju kantor suaminya guna memberikan bekal makan siang. Ini pertama kalinya dirinya melakukan ini, karena sebelumnya keduanya tidak saling peduli. Dengan pakaian sederhana namun menampakkan bahwa dirinya bukan sembarang orang, yoongi siap pergi ke kantor suaminya dengan bantuan supir.

Supir yang disediakan suaminya, bukan karena khawatir, ayolah  dia tak akan peduli, hal ini dilakukannya semata-mata tidak ingin yoongi merepotkannya. Yoongi hanya tersenyum memikirkan alasan suaminya, padahal yoongi sudah khatam belajar mengendarai kendaraan beroda empat itu.

Tiba di kantor, yoongi segera menuju lift setelah beberapa kali membahas sapaan para karyawan suaminya. Tentu saja semua orang mengenalnya, pernikahan mereka dihelat besar-besaran hingga disiarkan di salah satu stasiun tv nasional. Menekan angka 20, dimana ruangan suaminya berada. Setelah bunyi ting, yoongi melangkahkan kakinya yang dibalut sepatu dengan hak rendah berwarna cream itu menuju ruangan dengan pintu berwarna hitam yang nampak mendominasi lantai ini. 

Dengan senyum tipisnya, yoongi menghampiri meja resepsionis disana, namun karena tidak melihat eksistensi siapapun disana, akhirnya yoongi langsung mengetuk pintu didepannya beberapa kali hingga suara suaminya terdengar dari dalam mempersilahkannya masuk. Yoongi menutup pintu di belakangnya dengan perlahan. "Mas", panggilnya lembut namun berhasil membuat sang empu mendongak.

"Ngapain kamu disini? Saya nggak nyuruh kamu dateng", ucapnya tanpa melepas tatapan tajamnya pada objek didepannya. Namun seolah sudah kebal, yoongi kembali melangkah dan mendudukkan dirinya di sofa panjang yang tersedia disana. "Aku bawain mas makan siang".

"Saya nggak minta", jawabnya terlampau cepat.

"Mas memang nggak minta, tapi aku pengen bawain mas makan siang sesekali", ujar yoongi seraya membuka tas yang dibawanya kemudian menata makanannya diatas meja tak memperdulikan tatapan tidak suka dari suaminya.

"Lebih baik kamu pulang, saya nggak ada waktu bahkan buat sekedar makan siang".

"Mas pengen aku cepet pulang kan? Kalo mas cepet makan ini, aku juga bakal cepet pulang tapi kalo mas nggak makan ini, berarti mas pengen aku lama-lama disini"

Berhasil. Suaminya bergerak melepas jasnya dengan kasar dan melemparkannya ke sofa disamping yoongi namun dengan cepat yoongi merapikannya dan menyampirkan di punggung kursi suaminya. "Dihabisin ya mas", ucapnya penuh harap. 

"Saya yang makan kenapa kamu yang repot". Jawabannya membuat yoongi mencebik namun kemudian tersenyum tipis memperhatikan suaminya memakan masakannya. Suaminya tidak kejam, pun tidak begitu dingin namun terasa sulit digapai. 

"Mas, kita kan nggak pernah dinner berdua selama ini, gimana kalo na—"

"Saya sibuk"

"Tapi besok hari minggu loh mas"

"Kalo saya bilang sibuk ya sibuk yoongi"

Dengan jawaban mutlak itu, yoongi hanya bisa menghela nafasnya. Tangannya bergerak merapikan peralatan makan yang dibawanya ketika suaminya telah menyelesaikan makan siangnya. "Mas bahkan nggak pernah ada waktu buat istrinya sendiri", gumam yoongi pada dirinya sendiri, tak berharap didengarkan sang suami.

"Kamu bilang sesuatu?", tanya suaminya seraya berdiri dan duduk kembali di kursi kebanggaannya.

"Enggak, yaudah mas aku pulang dulu", pamit yoongi tanpa menatap wajah suaminya lagi.

.
.
.

Pukul 9 malam, setelah yoongi menyelesaikan semua tugas rumahnya, yoongi memutuskan untuk pergi menuju kamarnya dan sang suami yang berada di lantai dua. Mengecek ponselnya meski tahu bahwa usahanya sia-sia. Suaminya bahkan tak repot-repot memberinya kabar. Maka yoongi lah yang lebih  dulu mengirim pesan menanyakan jam berapakah suaminya itu akan tiba dirumah.

Detik berubah menjadi menit, menit menjadi jam dan ponselnya tak menunjukkan notifikasi apapun. Dengan kesal yoongi mematikan ponselnya kemudian menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

"Mas jungkook nyebelin", teriaknya didalam selimut kemudian menendang angin dari dalam selimut.

Namun tidak lama setelahnya yoongi berhasil melupakan semuanya dan memejamkan mata, terlelap dalam dunia mimpi, dunia dimana kehidupan rumah tangganya dapat berjalan baik.

Sementara itu, diluar sana jungkook baru saha memarkirkan mobilnya di garasi. Memasuki rumah pukul 11 malam tepat saat semua lampu  dirumahnya sudah mati dan istrinya sudah terlelap, seperti hari-hari sebelumnya. Bukan tanpa alasan, jungkook memang seorang yang sangat sibuk hingga keluarganya pun kerap kali mengatakan pada yoongi bahwa suaminya itu gila kerja dan bukan lagi mencintai namun sangat terobsesi dengan pekerjaannya.

Jungkook membuka pintu kamarnya seraya melepas dasi dan jasnya kemudian melirik ke arah ranjang dimana yoongi sudah tertidur menghadap dirinya. Tersenyum kecil, jungkook memilih untuk menghampiri ranjang daripada kamar mandi untuk membersihkan diri.

Menyingkap helai-helai rambut hitam sang istri yang 6 tahun lebih muda darinya. Menatap wajah sang istri yang terkena pantulan cahaya rembulan membuat jungkook hanya bisa berdecak kagum. Istrinya yang cantik.

Menyempatkan diri untuk mengecup keningnya sekilas, jungkook kemudian benar-benar menuju kamaf mandi untuk menuntaskan urusannya. Urusan yang setiap malam datang mengganggunya dan memaksa untuk segera diselesaikan. Bukan hanya setiap malam, setiap saat jungkook berusaha menahan gejolak yang muncul ketika berada didekat istrinya.

Jungkook yakin dirinya pria normal, hanya saja dirinya harus menahan. Bukan tanpa alasan, baginya yoongi masih terlalu muda. Istrinya berusia 21 tahun sementara yoongi harus melayani pria berusia 27 tahun dengan gairah yang siap meledak jika dekat dengannya. Jungkook hanya tidak tega.

Selesai dengan urusannya, jungkook menarik celana pendek nyaman dan kaus putih berlengan pendek untuk tidur. Berusaha tidak menimbulkan suara, jungkook menaiki ranjang dan menarik selimut. Jungkook sudah siap memejamkan matanya ketika sebuah suara mengejutkannya.

"Mas kalo kamu mau sentuh aku, aku siap ko, gaperlu muasin diri sendiri kaya gitu", gumam yoongi.

Sesaat jungkook hanya diam. Diam-diam malu mengetahui bahwa yoongi mungkin mendengar suaranya saat di kamar mandi. Jungkook mendengus.

"Kamu masih kecil, tidak akan bisa mengimbangi saya", jawab jungkook meremehkan.

Dan kemudian tanpa diduga, yoongi sudah berada diatas tubuhnya. "Mas yakin ngatain aku anak kecil?", bisiknya diantara keheningan malam. Jemarinya bahkan tak canggung bergerak random diatas dadanyan, menarikan jari-jari lentiknya dengan manja.

"Saya nggak pernah nggak yakin sama omongan saya sendiri"

"Kalo gitu aku bakal buktiin kalo apa yang mas bilang itu adalah salah"

"Ah shit", umpatnya ketika tangan yoongi dengan lancang meremas kejantanannya dibawah sana sementara dirinya menggerakkan tubuhnya seolah menggoda.

"Gimana mas? Masih belum cukup membuktikan?"

Tidak mendapat jawaban, yoongi kemudian melakukan hal yang lebih berani yaitu mengecup leher jungkook dan menjilatnya sesekali kemudian bibirnya bergerak semakin turun, dibarengi dengan tangannya yang lain yang mulai masuk kedalam celana longgar milik suaminya.

"Stop yoongi. Kamu melewati batas kamu. Sekarang biar saya kasih tau cara main saya"

.
.
.

-end.

Her (Oneshoot Collection)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang