Chapter 9

1.7K 102 16
                                    

Banyak follow, vote dan comen baru up
__________________________

Happy reading 💋

Rose sedang berbaring di atas ranjang empuknya. Menatap langit-langit kamarnya yang penuh dengan tempelan stiker bintang.

"Mah, Pah, apakah pekerjaan lebih penting dari pada Rose anak kandung kalian!"

"Sampai demi perusahaan kalian menjual ku pada keluarga park!" Rose mulai terisak.

Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Apakah dulu Rose begitu jahat. Sampai Tuhan menghukumnya seperti ini. Rose sudah tidak tahan lagi. Berkali-kali ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya dari semua penderitaannya.

Tapi ia selalu teringat tentang Jisoo. Penderitaan yang sahabatnya alami tidak sebanding dengan yang ia rasakan. Mungkin benar yang dikatakan orang. Ia hanya kurang bersyukur dengan semua yang ia miliki.

Tit... tit... ponselnya berdering. Rose segera mengambilnya di atas nakas. Mengusap air mata dipipinya dan menormalkan suaranya kemudian mengangkat panggilan telpon itu.

"Hallo Rose. Ini aku Soya!" Ucap Jisoo dari seberang sana

"Iya ada apa Soya!" Tanya Rose lembut Tanya Rose khawatir

"Aku merindukan mu!" Ucap Jisoo mulai terisak

"Kamu kenapa Soya?" Tanya Rose khawatir

"Aku-" Jisoo tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Hatinya terlalu hancur untuk berbicara.

"Kamu kenapa Soya? Coba cerita ke aku!" Kata Rose sangat khawatir

Jisoo tidak menjawab, ia terus menangis di dalam telpon. Rose semakin khawatir dengan sahabatnya itu. Apakah terjadi sesuatu yang buruk padanya? Tuhan baru kemarin ia melihat senyuman bahagia Jisoo. Rose tidak ingin senyuman itu hilang lagi.

"Soya kamu yang tenang ya. Sekarang kamu dimana biar aku kesana!" Ucap Rose menenangkan

"Aku di Jeju sekarang!" Jelas Jisoo masih sesunggukan

"Jeju? Bagaimana bisa! Bukankah kamu bersama lelaki yang bernama Suho itu!" Kata Rose

"Dia.." Jisoo menjelaskan semua yang terjadi padanya 4 bulan yang lalu. Saat Suho menghina dan menyakitinya, saat paling menyakitkan yang Jisoo rasakan.

Rose terdiam. Marah dengan takdir, marah dengan semuanya. Sekali lagi sahabatnya di sakiti. Baru kemarin dia melihat senyuman bahagia Jisoo dan sekarang ia harus melihat air mata kesedihan sahabatnya itu lagi. Tuhan kenapa Jisoo tidak bisa bahagia sebentar saja.

"Sudah jangan menangis lagi Soya. Mungkin ini yang terbaik untuk mu. Terlepas dari lelaki berengsek itu!" Katanya menguatkan

Jisoo mengangguk iya, mengusap air mata di pipinya dan mengatur deru nafasnya kembali normal.

"Trimaksih Rose, selalu ada untuk ku" ucap Jisoo tersenyum tulus

"Always Soya. Kapan pun kamu butuh aku akan selalu ada!"

"Kalo begitu, aku tutup dulu. Aku masih harus membantu Lim untuk berkemas!" Pamit Jisoo

"Baiklah, jaga dirimu disana"

"Iya kamu juga Rose!"

Setelah itu Rose mematikan sambungan telponnya. Meletakkannya kembali ke atas nakas kemudian merebahkan badannya kembali ke ranjang.

Tit.. tit.. ponsel Rose kembali berdering. Ia segera bangkit dari ranjang untuk mengambil ponselnya. Dilihatnya di layar ponselnya sebuah panggilan telepon dari mamanya, Rose segera menekan tombol angkat kemudian meletakan spiker ponselnya ke telinga.

Im Normal | Chanrose |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang