G

25.6K 3K 384
                                    

Di sini saya pernah bahagia, sebelum kota ini menjadi kota terburuk saya.

"Bang astaga ini keren," pekik Triana saat mobil klasik Gana melaju di tol, ia beberapa kali mengelus bagian bawah jendela dan memegang atap-atap mobil. Triana sudah berganti pakaian dengan baju yang ia beli di butik, tentu saja menggunakan uang Gana. Tadi saat di butik Gana tanpa banyak bicara menyerahkan uangnya ke kasir. Triana sudah berbasa-basi menolak. Tapi Gana tetap kekeuh. Hal itu semakin membuat Triana melambung.


"Bang Gana saldo e-tollnya banyak juga, sering ke luar kota?" tanya Triana membuat Gana mengangguk ragu. "Mau kemana?" tanya Triana lagi membuat Gana berpikir sejenak.


"Kadang saya sering ikut tour mobil kodok yang cukup jauh," sahut Gana, Triana sontak membinarkan matanya.

"Astagaaa hobinyaa keren banget." Triana memekik lagi, Gana hanya menggaruk lehernya ia sedikit melirik sekilas ke arah Triana.

"Btw, Bang Gana kok pake saya-kamu? Padahal udah bagus di pertama pake aku-kamu."

"Emm yang di pertama saya hanya sopan saja," alibi Gana membuat Triana mangut-mangut saja walau tak puas.

Awalnya memang Gana kira Bandung tak seganas Triana, makanya ia memakai logat aku-kamu ia hanya ingin lembut seperti yang rata-rata SMA Cakra lakukan walau tidak semua.

"Aku pengen sering-sering quality time bareng Bang Gana, kayanya seru." Triana menoleh ke arah Gana. Gana yang bingung mau menjawab apa hanya mengangguk. Bukan tanpa alasan Gana menerima ajakan Triana ke Jakarta, namun ... Gana juga butuh hiburan dan Triana lah yang mengajaknya. Triana tak se-frekuensi dengan Gana tapi, Triana tau selera orang dan Gana cukup nyaman berbicara dengan gadis bar-bar dan agresif ini.


"Ke rest area dulu aja Bang," pinta Triana yang di angguki Gana, ia membawa mobilnya menyamping ke rest area yang sudah berada tepat di depan mereka.

Gana menyetir mobilnya mencsri parkiran yang kosong, tak susah ia akhirnya dapat parkiran. Setelah mematikan mesin, ia melepas sabuk, namun ....

"Bang Gana bentar jangan dulu turun!"  Triana mengamcam, membuat Gana menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Gana was-was dan kembali memasang sabuknya.

"Jelek-jelekin dulu mukanya! Aku gak suka bagi-bagi ke gantengan Abang." Sontak Gana melotot heran. Apa-apaan Gana menoleh pada Triana dan berkata, "cupu kaya gini ganteng ya Tri?"

"Ganteng pake bangett kalo bisa pake masyaallah, beneran Bang." Triana mengangguk dengan muka seserius mungkin, siapa yang bilang Gana tidak ganteng?

Bukan tanpa alasan Gana di katai cupu, Gana cukup sadar ... dengan kacamata tebal, gaya rambut yang dibelah di tengah, juga baju seragam yang selalu rapih dimasukkan, jalan yang agak menunduk juga buku membosankan yang selalu Ia bawa kemana-mana. "Yaudah turun, mau nitip apa?"

"Soft banget Bang, Triana nitip nama Triana aja deh di sepertiga malam Abang," goda Triana, Gana tentu sudah memerah malu. Ia tidak mengerti ada apa dengan pipinya yang memanas

"Saya jarang sholat tahajud, jam 3 malam saya baca buku," sahut Gana santai membuat Triana memberenggut.

"Sama sih, jam 3 malam kita nikah," ucap Triana sekenangnya.

Cupu Ganteng [LENGKAP]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang