Sabtu pagi yang dingin, cukuplah untuk membuat Triana yang pagi-pagi buta berdiri di depan gerbang tinggi menjulang Gana, berdiri memegang pagar itu masuk angin. Jam setengah enam Triana sudah berdiri di sana, ia beberapa kali mengusap kasar wajahnya menahan kantuk.
"Jadi bucin itu seru yaa," kekeh Triana, ia tersenyum, pandangannya beralih ke arah banyaknya kantong belanja di sampingnya. Ia ke pasar jam setengah lima, memutuskan setelah pulang dari rumah Gana langsung mandi tanpa istirahat ia ke pasar dan berbelanja.
"MISI!"
"MISII BANG GANA ... CALON IMAM!" "MISII PAKET! ISINYA CALON ISTRI."
Teriakan-teriakan Triana membuat satu kompleks elit bermain ekpresi, ada yang melotot, ada yang sinis, ada juga yang kabur berlari mengira Triana orang gila. Wilayah yang biasanya hening pagi ini dihebohkan dengan gadis bucin alay, drama yang mengejar cintanya. Ibu-ibu, tukang sayur bahkan beberapa pembantu rumah tangga menatapnya seakan ia adalah buronan.
Apa salahnya bucin? Pikiran Triana memang secetek itu. Tak beberapa lama Triana tersenyum melihat pagar yang tergeser, ia berbinar saat Gana terlihat mengucek matanya dengan muka bantal yang masih melekat.
Triana menghembuskan nafas dengan senyumanan, ia membayangkan saat-saat indah setiap pagi menatap muka Gana yang seperti ini. "Mungkin lima tahun lagi pagiku pandangannya bakal kaya gini."
"Maksudnya dia mau jadi pengemis?" Tak berani Gana ungkapkan, kata-kata itu hanya Ia pendam. Ia tak berani merusak kejiwaan Triana yang sudah hancur.
"Ke-kenapa lagi ya?" tanya Gana membuat Triana menggeleng sambil mempertahankan senyumnya. "Abang ijinin Triana masuk dulu dong!"
Gana berdehem, ia memiringkan badannya menyuruh Triana masuk. Triana berjalan riang mendahului Gana, dengan Gana yang menghela nafas pasrah di belakangnya. Tak lupa Gana menyerngit menatap kantongan belanjaan yang Triana bawa.
"Jadi karena camer lagi pada keluar, aku mau masakin Abang. Aku udah bawa bahan-bahannya Abang gak perlu khawatir!" Triana mengoceh, ia membuka pintu rumah Gana tanpa disuruh.
Terserahlah, "sa-saya mau mandi." Gana sedikit ragu, ia menatap Triana yang sudah menaruh belanjaannya di lantai sembarangan. Ia menunjuk lantai atas namun tatapannya masih menyerngit ragu ke arah Triana.
"Yaudah masa aku mandiin?"
Frontal. Gadis itu adalah gadis ternekat yang pernah Gana temui. Gadis itu alieen nanti akan Gana bawa ke para ahli dan dirinya menjadi kaya. Gana mengangguk ragu, ia melangkah ke tangga namun matanya masih memperhatikan Triana yang tersenyum manis.
"Gak! Lo siapa? Gue udah punya cewek," lirih Gana yang sudah berbalik meninggalkan Triana, tentu saja tak akan Triana dengar, Gana belum cukup nyali untuk mengatakannya
Sementara Triana sudah bersorak, ia bahkan berjingkrak-jingkrak. "Yess Gana luluh sama aku," pekik Triana heboh.
Triana bersiul, ia mengangkat belanjaannya dan pergi ke dapur, ia mengeluarkan udang, berniat membuat udang crisspy ia juga mengeluarkan kentang untuk membuat perkedel. Untuk memasak Triana sangat hobi, tapi untuk membersihkan rumah, Triana sangat malas.
Tak beberapa lama Gana muncul dari pintu dapur, ia menyerngit menatap Triana yang bernyanyi lirih. Ia berjalan sedikit ke arah pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupu Ganteng [LENGKAP]✅
Novela Juvenil[LENGKAP!] "Ka-kamu bukannya cantik, kenapa suka sama saya?" "Isi dompet." "Ha?" "Iya, isi dompet abang tebel, kartunya no limit semua lagi hihi." "Apa?" pekik Gana terkejut. Bagaimana miss centil ini tahu isi dompetnya. Trianalah jadinya bila seora...