ένα (1)

26 4 0
                                    

Assalamaulaikum..
Bissmillah...

Hidup itu dibawa santai aja bray

-Radya

---

"Zahra turun sini bantuin bunda" ucap Aira Bunda Radya.

"..." namun tak ada jawaban dari seorang gadis yang sedang rebahan manja di kasurnya.

"ZAHRA" ucap lagi Bunda sambil teriak sedikit ngegas. Ingat, perlu digaris bawahi hanya 'sedikit' ngengas.

"Iya Bunda ini otw" jawab Radya sedikit teriak dari dalam kamarnya. Bilangnya otw eh taunya masih lanjut rebahan.

"Bener ya"

"Iya Bunda"

Karena titah ibu negara sudah diberikan
kepada Radya pagi menjelang siang ini, akhirnya Radya mau meninggalkan kasurnya yang katanya possesif itu.

Radya hanya mencuci mukanya dan gosok gigi tanpa mandi dan berjalan keluar kamarnya masih dengan piama lengan panjang warna hitam dengan motif panda. Radya keluar dari habitatnya dengan malas menuruni tangga menuju ketempat dimana ibu negara berada.

"Ada yang bisa dibantu nyonya" ucap Radya sambil menunduk sopan kearah Bundanya.

"Ih ngangetin Bunda aja kamu" jawab Bunda sambil melirik sekilas kearah Radya yang lagi nyengir karena membuat kesal Bundanya.

"Bagus yah anak gadis jam 9 baru keluar kamar. Belum mandi lagi" ucap Bunda setelah melihat piama yang masih dikenakan oleh Radya.

"Kan ini hari minggu Bun. Lagian aku nggak mau kemana-mana juga. Jadi ngapain harus mandi pagi. Air masi dingin Bun" jawab Radya dengan santai dan langsung duduk dikursi meja makan sambil melipat salah satu kakinya diatas kursi.

"Kamu tuh perempuan Zahra. Bagimana nanti kalau kamu nikah. Kasian Bunda sama suami kamu nanti. Udah nggak bisa masak, pemalas, jarang mandi. Ck ck" ucap Bunda sambil berdecak diakhir kalimatnya. Bunda mengucapkan kalimat itu dengan ekspresi yang dibuat menyedihkan.

"Bunda gitu banget deh sama aku. Sakit hati dedek. Lagian aku kan bisa masak Bun" jawab Radya dramatis. Memang Radya bisa memasak jangan salah. Radya memang sedikit tomboi dan mageran tapi kalau soal masak memasak Radya juga bisa.

"Terus kenapa nggak bantuin Bunda masak kalau kamu bisa?" Sindir Bunda sambil melirik sekilas kearah Radya yang masih duduk dengan posisi sama seperti tadi. Tapi kali ini Radya sudah memegang sebuah apel ditangannya.

"Kan aku udah pernah bilang sama Bunda. Kasur aku tuh terlalu sayang sama aku Bun. Jadi karna anak mu yang imut ini baik, aku nemenin lah" jawab Radya menjelaskan dengan raut wajah yang dibuat serius.

"Prett mana ada" ucap Bunda Airin.

"Ya udah kalau Bunda nggak percaya" jawab Radya.

"Ayah mana Bun?" Tanya Radya karena belum melihat Ayahnya pagi ini. Biasanya hari minggu begini Dimas Ayahnya Radya akan duduk dengan tenang dikursi meja makan sambil membaca koran.

"Joging sama sahabatnya" jawab Bunda tanpa berbalik kearah Radya.

"Lah tumben Bun. Bukannya sahabat ayah tuh jauh yah Bun?" Tanya Radya lagi karena masih penasaran. Pasalnya sahabat Ayahnya memang tidak berada satu kota dengan keluarga mereka.

Radya's Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang