Part 9

116 9 2
                                    

Untuk hal perasaan, gue nggak mempermasalahkan umur.
Gue 5 tahun aja udah bucin abis.
-Algero Sean.

-------------

Turunan Bucin

Jangan tanya bagaimana keadaan kamar Gero setelah para sahabatnya itu puas bermain. Tentu saja keadaannya sangat mengenaskan, contohnya seragam sekolah yang berserakan, bungkus snack yang bertebaran, dan bantal-bantal yang sudah kehilangan sarung pembungkusnya.

Padahal bantal itu udah sohiban lama ama gue kampret! Sedih nih gue😭.

Sedangkan para manusia penghuninya, serempak terlentang acak memenuhi kasur king size milik Gero. Rean sedang membalas antrian chat dari para gebetannya.

Miris banget, gebetannya segudang, itupun kalau minat dijadiin pacar! Kasian😂.

Reza, Aqlan, dan Vano sedang mabar game. Maklum, Reza memang tidak bisa jauh-jauh dengan kata game, dalam hidupnya. Aqlan sendiri hanya ikutan, dan Vano juga sepertinya mulai tertarik dengan permainan Reza yang mengagumkan.

Gero, sang pemilik kamar hanya mendegus malas. Dia ingin keluar cari angin, tapi kasian sahabatnya. Dia di kamar, eh dia juga dikacangin. Dahla Gero pusing~

Saat ini sudah pukul 8 malam. Artinya, Opa Gero sudah pulang dari kantor. Orang tua itu memang suka lupa dengan umur, tetap saja ingin memegang perusahaannya yang berkembang sangat pesat itu.

"ANJIR.. capek juga" keluh Vano mengibaskan tangannya berulang kali.

"Reza main ginian nggak pegel tangannya?" heran Aqlan memiringkan kepala.

"Gue udah biasa kali" sahut Reza membanggakan diri. Bahkan Reza juga menyisir ujung rambutnya yang ia cat pirang. Gaya banget emang😭.

"Tangannya patah baru tahu rasa" cerca Vano sinis.

"Omongan lo sehari aja difilter, nggak bisa Van?" tanya Reza meremat selimut, gregetan.

"Udah disetting dari rahim Mama, gue ngomong harus ada boncabenya minimal level 30" sahut Vano melipat tangan di dada.

"Fyi, kuping gue ada asapnya" celutuk Reza mengusap kupingnya.

"Dosa lo mendidih" timpal Gero.

Ledakan tawa menyambut ucapan Gero, bahkan Rean yang sedang sibuk chattingan, ikut tertawa terpingkal-pingkal.

"ASTAGHFIRULLAH TOLONGIN AQLAN NGGAK BISA BERHENTI KETAWA" teriak Aqlan berguling, sambil melihat ke arah Reza yang menahan emosi sambil meringis, jatuhnya kaya' orang nahan boker.

"Parah sih kalau Gero ngatain" ucap Rean menahan tawa.

Gero hanya mengendikkan bahunya tak peduli. Jujur, ia tadi hanya sedikit menjahili sahabatnya itu.

"Untung gue nggak nangis" celutuk Reza.

"Cowok lemah" cerca Gero.

"Letoy lagi" timpal Vano.

"Kalian nggak ada yang mau nambah ngatain gue?" tawar Reza menatap Rean dan Aqlan bergantian.

ALGEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang