Bad mission
Kalau dia suka
Belum tentu sayang
Jadi jangan terlalu jauh terbang
-AlgeroPagi ini pukul 06.00
Tiga inti The Lion minus Gero dan Aqlan, sudah bersantai di sekolah. Ini merupakan sebuah keajaiban untuk mereka yang berpapasan. Tak ada sejarahnya anggota The Lion yang berangkat sepagi para anak nerd.Jika mereka sudah sampai pasti ada sesuatu yang akan direncanakan. Jadi, mereka yang melihat, memilih pergi dan menjauh dari radar pandang mereka. Kadang menjadi tak terlihat demi keamanan itu penting. Tak ada yang berani bersinggungan dengan anggota geng motor itu.
Kabar yang dulu berhembus kencang, sudah menjadi akar kuat untuk alasan mereka menghadirkan tabir tersendiri.
"Anjir sih, gue nggak percaya bisa berangkat sepagi ini" ucap Reza berbinar cerah.
"Iyalah biasanya lo masih kencan sama guling" ejek Rean tergelak.
"Sialan! Ngaca nyet! Lo sama gue hampir mirip" dengus Reza acuh.
"Emang mirip" timpal Vano sekenanya.
"Jangan bilang lo mau ngatain gue sama dia gila dan sejenisnya!" ucap Reza hafal dengan mulut cabe milik Vano.
"Bagus kalau sadar" sinis Vano.
"Duel bacot sama Vano, sama aja kita nyosor sambal Emak-nya Dede!" pasrah Reza diangguki oleh Rean.
"Gue jadi inget minggu lalu. Pas kita makan sambal Emak-nya Dede, beuh pedes banget gila! Roh gue serasa melayang terbang ke kayangan" gerutu Rean mencak-mencak. Memang sambal buatan salah satu anak The Lion itu terkenal saking pedasnya. Rasanya pingin nangis kalau keinget gimana pedesnya plus nyari galon buat minum☺.
"Iya anying! Gue jadi trauma sama sambal itu! Mana dibo'ongin sama Dede" geram Reza ikut emosi.
"Kenapa bahas sambal sih? Nggak ada elit-elitnya sama sekali!" hardik Vano.
"Ini juga, mana sih mereka?!" sentaknya tak sabaran. Sedangkan Rean dan Reza menelan ludah gugup akibat sentakan Vano.
-----------
Aqlan bersenandung pelan menapaki tangga melingkar di rumahnya. Rumah yang nampak sepi penghuni itu hanya ditinggali oleh ia dan Mama-nya. Bahkan Papa-nya yang jarang pulang tak pernah peduli dengan keadaannya. Terakhir mereka bertemu saat ia kelulusan SD. Sudah lama sekali bukan? Bisa dipastikan jika Papa-nya bertemu ia di jalan ataupun di tempat umum, beliau tidak akan mengenali fitur wajah anak semata wayangnya itu.
Padahal sedari kecil, sosok yang ia banggakan kepada teman-temannya di sekolah adalah Papa-nya. Dulu ia sering pamer karena ia yang sering dibelikan mainan baru, dan bermain bersama Papa-nya. Mungkin Tuhan juga tak suka melihat kesombongan itu, hingga ia dan Papa-nya dipisahkan sampai bertahun-tahun tanpa sebab. Sosok itu terakhir kali bertemu dengannya saat ia merengek menginginkan beliau datang ke acara kelulusannya, dan untungnya disetujui begitu saja. Walaupun akhirnya ia mendapat kalimat menyakitkan seperti 'kelulusan kamu menyita waktu saya. Tidak ada rasa bangga untuk anak sepertimu' begitulah kalimat beliau sebelum dia keluar dari acara itu dan menghilang.
"Mama masak apa?" tanyanya setelah sampai di lantai dasar.
Mamanya hanya melongok sebentar, lalu berkutat dengan ponsel digenggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGERO
Teen FictionTOLONG FOLLOW AKUN AUTHORNYA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN! Bagaimana jika kamu menunggu seseorang yang dianggap semua orang telah mati? Tahun demi tahun kamu jalani, menampik segala kebahagiaanmu sendiri. Akankah Tuhan mengerti dan membawanya kembali...