Part 10

104 10 1
                                    

Gadis bersinar

Tidak semua kenangan wajib dilupakan
Ada kalanya kepercayaan dan harapan masih berpijar
-Algero Sean

Di sebuah ruangan dengan penerangan redup, nampak dua sosok laki-laki sedang duduk berseberangan. Ketegangan begitu kentara di ruangan itu.

Kedua sosok berbeda generasi itu masih saling bersitatap. Satu sosok memandang bola mata lawan bicaranya, nampak mencari kebohongan dari sorot mata itu. Tapi... nihil tak ada kebohongan di dalamnya.

"Kamu masih menganggap saya berbohong?" tanya sosok yang dipandanginya.

"Saya... hanya ragu dengan perkataan anda" jawabnya gugup.

"Saya tak memaksamu untuk percaya. Tapi itulah kenyataannya, saya meminta kamu untuk mengawasinya... dan mungkin untuk menyadarkannya juga" tegas sosok itu langsung berdiri, meninggalkan sosok lain yang melamun, mencerna apa yang ia dengar barusan.

---------------

Gero sedang duduk sambil mencacat di buku diary miliknya. Tubuh tegapnya nampak nyaman bersandar di kursi belajar. Jemari kekarnya sesekali mengetuk, beradu dengan meja belajar.

"Hm... " gumam Gero, mengetuk lagi pada meja.

Beberapa detik kemudian, jarinya dengan lincah mencoret buku di hadapannya.

7 Januari 2020

Rasanya hariku tampak membosankan. Semuanya bergulir searah setiap harinya. Tak ada batu yang membuatnya tergelincir. Tak ada lemparan bunga yang membuatnya tersenyum.

Masih tampak menyedihkan..
Kehilangan sosoknya, membuat aku mati rasa.
Ragaku bergerak tanpa hati nurani.

"Arghh... gue nulis apaan sih?" gerutunya menggaruk kepalanya geram.

Dengan kesal, Gero menutup buku tersebut lalu menyimpannya di rak yang menggantung.

"Tidur enak kali ya?" gumamnya pelan.

Gero mengendikkan bahu, bingung dengan dirinya yang kadang terlihat konyol.

Beberapa menit kemudian, deru napas Gero mulai teratur, menandakan ia sudah terlelap dalam tidurnya.

Gero mengucek matanya pelan, kepalanya terasa berat dan sedikit pusing. Seingatnya tadi ia sedang menulis diary kemudian memutuskan tidur.

Di sekelilingnya hanya ada ruang hampa warna putih bersih. Sejauh mata memandang hanya putih, tak ada campur tangan noda warna lain.

"Gue di mana?" heran Gero melirik sekitar. Mulai panik saat ia tak menemukan jalan.

"SIAPAPUN! TOLONG SAYA TERSESAT" teriak Gero bingung.

Ada sosok lain yang menggumamkan bait-bait lagu. Terdengar lembut seakan menuntunnya mendekat, Gero memejamkan matanya.

Kaki Gero yang semula menapak di ruang hampa, perlahan merasakan gelitik dari rerumputan. Seolah tersetrum aliran listrik, Gero membuka matanya cepat.

Ia menengok kanan kiri, ia ada di tempat lain. Tempat ini terlihat seperti taman, dengan nuansa keelokan yang memanjakan mata memandang.

Banyak pohon tumbuh kokoh, bunga mekar dengan indahnya, dan hewan-hewan kecil berlarian. Sejenak, Gero merasa ia telah mati. Namun, alunan lembut itu terdengar lagi, kali ini terdengar jelas, seolah benar-benar ada di belakangnya.

Gero menoleh dengan reflek, matanya membola saat melihat sosok perempuan memunggunginya.

Sosok yang memunggungi Gero itu nampak anggun, berdiri di tengah beberapa kelinci. Rok putihnya selutut, mengingatkan Gero pada ruang hampa tadi. Kulitnya terlihat putih mulus dan bersinar. Di rambutnya yang hitam kecoklatan dan sedikit bergelombang, ada bandana bunga mawar putih.

ALGEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang