Vano marah
Cinta bisa membutakan!
Dan Gero udah lama dalam kebutaan!
-GivanoDanentaAda banyak anggota The Lion yang terdampar dengan bentuk abstrak di dalam markas. Mereka sedang dilanda kebosanan, dan keadaannya sudah sangat memprihatinkan nyaris mengenaskan.
"Woi tolong gue!" jerit salah satu anggota.
"Ngapa lo? Nggak mati kan?" sahut yang lain.
"Gue udah diambang kebosanan"
"Sama aja elah. Kita semua udah macam patung idup" keluh yang lain.
"Untungnya masih hidup beneran"
"Serius nih kagak ada kegiatan gitu?"
"Terlalu bosen tapi mager juga"
"Udah kita diem aja begini. Nyampek besok kita nggak bakalan kering juga"
"Ser--"
Brak!!
"Hiyaa!! Rean anak SMA Derlangga, si babang tamvan kambek!! Mana karpet kuningnya" Rean mulai berkicau.
"Dimana-mana yang digelar karpet merah goblok! Lo malah minta kuning! Aura kenajisan lo semakin meresahkan!" kesal Reza, kemudian berlalu cepat masuk ke dalam.
"Aqlan rindu rasanya sofa markas" ucap Aqlan cemberut.
"Lo aja yang jarang main ke sini! Jangan sering ngunci diri di kamar lo!" Vano berlalu masuk. Sepertinya ia sedang dalam suasana hati yang buruk.
"Eh? Emang Aqlan anak gadis apa? Vano kalau ngomong emang nyentil jantung" gumamnya jengkel.
Mereka yang semula seperti pengungsi yang kebosanan, kini seperti anak lima tahunan yang dibelikan jajanan.
"Wah boss kesini? Ada apa nih?"
"Siang bos" sapa yang lain.
Gero mengangguk tegas, memperjelas aura kepemimpinan di dalam markas agar lebih dominan. Ia bukannya memaksa mereka menunduk, ia justru ingin memberi ruang berlindung yang luas bagi mereka. Sudah Gero bilang, mereka adalah keluarga bukan?
Buk
Gero mendaratkan badan kekarnya di sofa ruangan khusus miliknya. Sedikit melakukan peregangan untuk mengurangi rasa pegalnya. Hari ini rasanya memang hari kebosanan se-geng The Lion.
---------
Vano mendengus keras di antara para anggota inti. Anggota lain yang mengerti suasana, memilih sesegera mungkin menyingkir dari wakil ketua mereka.
Reza yang paling tengil, adalah orang yang paling pengertian diantara mereka. Dia segera menegakkan punggungnya dan keluar dari game yang baru beberapa saat ia mainkan.
"Kenapa Van?" Reza mengerutkan kening.
"Gagal!!" Vano kembali mendengus.
"Hah?" Rean memasang tampang bingung.
"Ck! Rencana kita gagal total!! Paham?!" gertaknya dengan gigi terkatup. Ia mati-matian menjaga gejolak emosinya saat berada di dekat sang ketua. Tapi saat ini Gero sedang tidak ada di sini, dan inilah kemarahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGERO
Teen FictionTOLONG FOLLOW AKUN AUTHORNYA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN! Bagaimana jika kamu menunggu seseorang yang dianggap semua orang telah mati? Tahun demi tahun kamu jalani, menampik segala kebahagiaanmu sendiri. Akankah Tuhan mengerti dan membawanya kembali...