Milan, Italia
Bunyi sepatu bot bertemu lantai marmer bergambar mozaik mengganggu keheningan khidmat di dalam katedral. Di bangku terdepan sudah berkumpul setengah lusin laki-laki berjas yang berdiri mengelilingi seorang lelaki tambun dengan kalung emas berbentuk tengkorak, seolah dia membutuhkan banyak pengawal untuk melindunginya saat berdoa.
J, si pemilik sepatu bot, menyusuri lorong kosong yang diapit bangku-bangku panjang jemaat sambil menyiulkan lagu Stand by Me. Satu tangannya mengayun-ayunkan jam saku ke depan dan belakang. Ketika bertemu pandang dengan para pengawal berjas itu, dia berhenti bersiul. Alih-alih ketakutan, J malah menyeringai tipis.
"You're late."
Laki-laki yang tadinya sedang khusyuk berdoa di depan altar langsung berdiri ketika J berada cukup dekat.
J menggenggam jam saku untuk memperhatikan waktu kedatangannya sebelum membalas, "Not at all." Ia sedikit tersinggung lantaran kredibilitasnya sebagai orang yang selalu tepat waktu diusik.
Laki-laki itu mengedikkan kepalanya sedikit, memberi isyarat kepada para pengawalnya untuk pergi. Hanya dua orang yang paling ia percayai tetap tinggal di sisinya.
"They're going to be on your team." Aksen Italia sangat kental dalam bahasa Inggris-nya.
Dahi J berkerut samar. "I always work solo, Alessandro."
Salah satu dari pengawal Alessandro itu menyalakan pemantik untuk cerutunya. "You will need them."
J mengamati mereka satu per satu. Lelaki tegap berwajah datar yang tadi menyalakan pemantik api memiliki tubuh besar dan kekar. J menyentuh bingkai kacamatanya seraya mendengarkan dengan saksama lewat alat komunikasi yang terpasang di telinganya.
"Jangan bergerak! Mau gue scan dulu mukanya lima detik." Suara statis terdengar selama Tea melakukan kendali jarak jauh. "Oke, dapat. Gigio Pioli, pernah jadi anggota pasukan khusus yang dikirim PBB ke Afganistan. Dinyatakan hilang setelah terbukti jadi bagian dalam upaya genosida desa kecil di Afganistan selama bertugas."
Kini, J beralih memandang seorang wanita berambut pirang di samping kanan Alessandro Scaroni. Gerakan kepalanya hampir tak kentara.
"Vittoria Belluci, mantan anggota kelompok sindikat kriminal di Sisilia. Kestabilan mentalnya dipertanyakan." Tea tertawa kencang sampai membuat telinga J berdengung sebentar. "Mirip kawan kita, si Maniak. Dia pernah ketangkep gara-gara ngerendem mantan bosnya hidup-hidup dalem tangki cairan asam!"
Selama Tea memberi informasi, perhatian J tak lepas dari sosok Alessandro Scaroni, klien yang membayarnya mahal untuk mencuri berlian langka aset negara. Alessandro adalah salah satu klien kaya raya yang rela membayar dengan harga tinggi demi mendapatkan berlian yang diinginkan istrinya.
"... you'll be handsomely paid after the work is done, My Friend." Alessandro menutup pidato yang tak sempat J hayati tadi lantaran terlalu sibuk menyerap informasi dari Tea.
"See you tomorrow at Milano Centrale, then."
Merasa cukup dengan basa-basi, J memutar tubuhnya menuju pintu keluar.
"Tea? Bu Ninja?" gumam J.
"Ya?" Balasan Tea dan Bu Ninja terdengar secara hampir bersamaan. "Saya di sini, J."
"Siap-siap. Ada perubahan rencana."
***
Kenapa Florence disebut Florence, sedangkan orang Italia sendiri menyebutnya Firenze?
KAMU SEDANG MEMBACA
C.R.T Vol. I [Published by Karos]
Mystery / Thriller"Kapten lihat cewek rambut putih yang di sana itu?" tunjuk Tea. "Katlyn?" Dia mengangguk. "J membunuh mamanya, menjebloskan papanya ke penjara, dan membuat hidupnya jungkir balik dalam satu malam. Sekarang? Mereka suami istri di Kartu Keluarga." Kat...