11 | PENGINTAI

6.9K 1.2K 94
                                    

KATLYN jadi orang pertama yang bangun pagi itu. Setelah bersiap-siap, ia turun untuk menyiapkan sarapan. Isi dapur itu sangat lengkap. Kulkas penuh dengan bahan makanan, kabinetnya juga. Katlyn mengocok sepuluh butir telur dengan mayones seraya menyiapkan roti panggang. Ada banyak sosis di kulkas, jadi ia berniat memanggangnya juga.

"Masak apa, Kak?"

Jantung Katlyn hampir copot saat mendapati Luna sudah rapi dengan pakaian hitam-hitam, berdiri di samping countertop. Rambut Luna diikat ekor kuda seperti biasa. Yang membedakan hanyalah sebuah rantai besi kecil yang digulung di pinggangnya. Di sisi satunya tersimpan belati dengan gagang hitam. Tak hanya itu, kedua tangan Luna juga sudah terlindung sarung tangan berwarna senada.

"Sarapan." Katlyn tak tahu lagi harus merespons apa. Ia merasa canggung sekaligus takut.

"Boleh request rotinya agak gosongan dikit? Biar krispi." Luna menarik kursi di depan Katlyn sebelum mengambil sebutir apel dari atas meja. "Maaf, ya, Kak."

Katlyn mengangkat kepala, tak paham dengan maksud Luna.

"Kami nggak bermaksud membodohi Kakak. Saking nyamannya tinggal di rumah itu, aku sampai ngerasa lagi nggak berpura-pura," lanjut Luna sambil mengunyah apelnya.

Katlyn hanya mengangguk.

"Kalau kita pulang ke Surabaya hidup-hidup, rumah itu akan dibalik nama buat Kakak."

Kocokan telur di tangan Katlyn terhenti.

Luna mengangguk yakin. "Rumah itu boleh buat Kak Kat sama Timmy. Kami akan pergi dari hidup Kakak begitu misi ini selesai." Dia tersenyum lebar, memamerkan barisan giginya yang berderet rapi.

"Kenapa kalian ngelakuin ini?" Akhirnya, Katlyn menyuarakan rasa penasarannya.

Luna terdiam cukup lama. "It's just a job."

"Tapi, kamu masih terlalu muda terlibat ini semua, Lun."

"Usia nggak menentukan pengalaman, Kak."

"Jadi, kalian ngelakuin ini karena dibayar?" tanya Katlyn. Luna mengangguk. "Siapa yang bayar kalian?"

"J."

"J? Janesa?"

Luna mengangguk lagi. "Dia mempertaruhkan banyak bitcoin untuk misi ini. Kalau kami berhasil dan kembali hidup-hidup, semua bitcoin yang dia punya dibagi rata ke anggota tim."

"Istilahnya, dia lagi kerja bakti ngurusin umat manusia," timpal Tasya yang baru turun dari lantai dua. "Kalau gue jadi dia, sih, bodo amat mau dunia ngadain perang. Gue tinggal rebahan di bungker bawah tanah tahan nuklir sambil nungguin masa depan." Berbeda dengan Luna, Tasya mengenakan kaus dan celana training seperti hari-hari biasanya saat di rumah.

"Kenapa dia ngelakuin itu?" Katlyn masih tak paham.

Luna dan Tasya saling pandang sebelum sama-sama menatap Katlyn yang bingung.

"Menurut Kakak, kenapa?"

"Nggak tahu! Risikonya terlalu besar buat kalian."

"Dia ngelakuin ini biar bisa balikan sama lo." Tasya menunjuk dada Katlyn. "Jangan ngeremehin berapa derajat gesernya otak Joker. Bagi gue, dia lebih sinting dari kakaknya. Kalau udah bucin, tolol banget." Cewek itu tertawa kecil, memandangi Katlyn dengan tatapan dingin. "Jadi, kalau gue kebetulan tahu lo memperalat kelemahan dia, gue jamin lo nggak bakal bisa ketemu Timothy selamanya."

"Did you just threaten her?" Luna memiringkan kepalanya sambil menahan senyum.

Tasya mengedikkan sebelah bahu.

C.R.T Vol. I [Published by Karos]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang