13 | LOONEY

6.2K 1.2K 254
                                    

HAL yang dilakukan Katlyn sebagai bentuk adaptasi di tengah gurun adalah terbiasa menggunakan air bersih dalam jumlah seminimum mungkin untuk berhemat. Walaupun berkeringat, ia menahan diri untuk tidak mandi, begitu pula dengan buang air kecil. Katlyn harus pergi ke tempat yang agak tersembunyi berbekal sekop kecil dan tisu basah. Tea bilang, Katlyn harus mengeruk tanah dengan sekop dulu sebelum buang air, baru kemudian menguburnya setelah urusan selesai.

Dengan jatah air sebaskom mungil, Katlyn hanya bisa menggunakannya untuk sikat gigi, mencuci wajah dan ketiak, serta tangan dan kaki. Ia memperhatikan semua orang juga melakukan hal yang sama.

"Aku nggak lihat dia dari tadi." Katlyn membalik telur di atas wajan seraya mengamati sekeliling.

"Ada urusan." Tea menjawab singkat, langsung tahu siapa yang dimaksud.

Semua orang berkumpul di meja makan untuk sarapan, kecuali J. Laki-laki itu sudah menghilang sebelum matahari terbit. Entah kenapa Katlyn merasa waswas mengetahui J tidak ada di sekelilingnya. Walaupun ada Miranda yang notabene satu-satunya keluarga di sini, Katlyn tetap merasa gelisah.

"Dia bakal balik besok. Hari ini, kita ke Omaruru tanpa dia." Tea memberikan sebuah alat komunikasi pada Katlyn. "Pasang di telinga. Komando hari ini ada di Bagas."

"Apa rencananya?"

"Kita ke rumah sakit Omaruru buat ngumpulin sampel dari pasien." Tea menunjuk ke luar tenda. "Kontainer mininya udah siap."

Kontainer yang dimaksud tidak bisa disebut mini karena seukuran truk kontainer yang biasa Katlyn temui di jalanan Surabaya. Permukaannya berwarna putih dengan simbol PMI berwarna biru. Katlyn tidak ingat organisasi mana yang punya simbol semacam itu.

Miranda menepuk pundak Katlyn dari belakang. Ia membawa cangkir berisi kopi mengepul. "Kita butuh banyak sampel."

Katlyn langsung mengangguk.

"Kita berangkat sepuluh menit lagi." Bagas memasukkan senjata ke dalam rompi khusus di sekeliling tubuhnya. Selain itu, ia juga mengalungkan tanda pengenal dari WHO ke leher.

Tea memberikan tanda pengenal serupa kepada mereka semua termasuk Challa.

"Bagas will do the talking." Tea memasukkan sepotong sandwich ke dalam mulut sekaligus. "Looney, awasi Challa, ya?" lanjutnya dengan mulut penuh.

Looney menghabiskan sereal dalam mangkuknya sampai tandas tak bersisa. Ia buru-buru bangkit untuk mengambil remote kontrol drone di atas meja Tea. Mumpung J sedang tidak ada, ia bisa main drone sepuluh menit sebelum berangkat.

"Looney, pake rompi lo!"

Looney meraih lapisan baju zirah tipis dari atas meja, lalu keluar dari tenda.

"Itu rompi antipeluru?" Katlyn mengernyit.

"Looney suka nekat, sering nantangin peluru. Kalau nggak pake itu, dia udah mampus dari lama."

Katlyn meringis membayangkannya.

***

Rumah Sakit Distrik Omaruru menjadi satu-satunya rumah sakit di wilayah Erongo, Kota Swakopmund. Berlokasi di dekat sungai besar Omaruru yang memisahkannya dengan kota padat penduduk terdekat, tempatnya agak terisolasi dari keramaian sehingga memudahkan para pekerja rumah sakit membangun tenda darurat tambahan untuk menampung para pasien yang membludak.

"Owanangala po nawa!"

Dokter Bronson agak terkejut dengan kedatangan lima orang berpakaian hazmat ke rumah sakit. Hazmat mereka tidak memiliki logo dari perusahaan atau organisasi mana pun.

C.R.T Vol. I [Published by Karos]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang