TINGGAL di bangunan lama seperti ini membawa sensasi tersendiri. Jika biasanya Katlyn waswas karena debt collector, kali ini ia waswas dengan penampakan terutama di lorong-lorong gelap dan sudut-sudut rumah yang tidak dipasangi lampu.
Sejak ia melihat anak-anak di rumah ini tampak tidak peduli dengan hal-hal mistis, barulah Katlyn merasa lebih tenang. Ia yakin hantu dan sebangsanya lebih suka muncul untuk mengerjai anak-anak. Namun selama tinggal di sini, anak-anak yang ia jaga justru lincah seperti tak terusik, apalagi Noir, bocah tunanetra adik Marko. Walaupun tidak dapat melihat sekeliling, Noir suka sekali berlarian ke sana kemari dengan Timothy. Katlyn sampai harus ikut berkejaran dengan mereka demi memastikan Noir tidak mematahkan lehernya karena membentur dinding atau jatuh dari tangga.
Katlyn lega adiknya betah tinggal di sini. Semoga dalam waktu yang lama jika debt collector tidak menemukan mereka.
Langkah Katlyn berhenti di undakan ketiga anak tangga. Ia heran melihat Jagad, anak bungsu Bu Ika, sedang berdiri membelakanginya di ujung tangga.
"Jagad?" Katlyn turun ke bawah untuk menepuk pundak bocah itu. Jagad masih bergeming. "Kamu kenapa?"
Bukannya menjawab, Jagad malah berjalan menjauhinya. Setelah beberapa langkah barulah ia berhenti.
Katlyn mengernyit karena tingkah Jagad yang aneh. Ia melihat sekeliling, mencari-cari sosok Angkasa, kakak Jagad. Biasanya Jagad dan Angkasa tak terpisahkan.
Katlyn memekik tertahan ketika Jagad menjatuhkan diri ke lantai. Kedua tangannya menopang tubuh dari belakang. Bocah itu kayang! Bukan hanya itu, kedua matanya juga melotot dengan lidah yang dijulurkan. Mengerikan.
Ia hampir pingsan. Kelihatannya bocah itu kesurupan. Kedua kaki Katlyn terasa lumpuh, membuatnya terduduk di lantai, tak mampu lari ke mana-mana. Wajahnya pucat pasi saat melihat Jagad bergerak ke arahnya dengan gerakan ganjil dan ekspresi menakutkan.
"Astaga, Jagad!" Pekikan nyaring seorang wanita yang baru keluar dari dapur mengagetkan mereka. Memang bukan hanya Katlyn yang kaget, melainkan Jagad juga. Bocah itu langsung bangkit dan kabur ke atas di mana Angkasa sudah menunggu sambil terpingkal.
Tawa dua setan kecil itu berdengung di telinga Katlyn. Tubuhnya masih lemas bagai agar-agar.
Wanita yang tadi memekik buru-buru menghampiri Katlyn dengan segelas air di tangan. "Aduh, maaf-maaf. Anak-anak saya pasti bikin kamu jantungan terus selama saya tinggal pergi."
Katlyn menggeleng pelan, meminum air yang diulurkan. "Bu Ika?"
Wanita di depannya tersenyum. "Iya. Saya ibunya Jagad sama Angkasa. Kamu Katlyn, penghuni kamar sebelah Marko, 'kan?"
"Iya, Bu." Katlyn berdiri dengan bantuan Bu Ika. "Baru kali ini saya dikerjai mereka. Kemarin-kemarin mereka anteng, Bu."
Bu Ika mendecakkan lidah. "Jangan percaya keantengan mereka! Ndableg banget mereka itu! Nakal! Saya aja nggak ngerti waktu kemarin hamil mereka ngidam apa kok sampe gedenya jadi begitu," omelnya pada bayangan anak-anak yang sudah menghilang ke kamar di atas. Suara tawa mereka masih terdengar sampai bawah. "Kamu nggak ada penyakit jantung, 'kan? Maaf, ya, Katlyn."
"Nggak apa-apa. Namanya juga anak-anak. Panggil saya 'Kat' aja, Bu."
Bu Ika mengangguk. "Saya belum kasih penyambutan buat kamu. Nanti saya masakkin makanan enak, deh. Hari ini pulang jam berapa?" Ia mengamati penampilan Katlyn yang amat rapi.
"Pukul delapan malam, biasanya. Saya berangkat kerja dulu, ya, Bu. Mau ngejar bus." Katlyn buru-buru berpamitan.
"Hati-hati di jalan." Bu Ika melambai dengan senyum lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
C.R.T Vol. I [Published by Karos]
Mystery / Thriller"Kapten lihat cewek rambut putih yang di sana itu?" tunjuk Tea. "Katlyn?" Dia mengangguk. "J membunuh mamanya, menjebloskan papanya ke penjara, dan membuat hidupnya jungkir balik dalam satu malam. Sekarang? Mereka suami istri di Kartu Keluarga." Kat...