BUNYI wiper yang bergerak konstan membersihkan kaca depan menjadi satu-satunya yang menyaingi deru hujan di luar. Usai mengantar Katlyn pulang, J menyempatkan diri untuk menemui Looney sekalian.
"It's gettin' worse," ujar J memulai. Ia mengulurkan satu tangan ke kursi belakang untuk mengambil tas hitam sebelum menyerahkannya pada Looney.
Looney mengecek isi tas yang ternyata punya bobot cukup berat.
"Krotos udah terang-terangan narget Katlyn."
Looney meliriknya sekilas. "Kamu lihat mereka dengan mata kepala sendiri?"
J mengangguk. "Dua orang dikirim untuk ngikutin kami sejak dari Seaworld. Mereka bersenjata lengkap. Untung aku nggak mampus ditembakin." Ia menyentuh rusuk kanannya yang nyeri, lalu mengangkat ujung kausnya untuk memeriksa. Ternyata benar. Memarnya hampir menutupi seluruh bagian rusuk sampai punggung belakang. Tubuhnya sempat dilempar ke lemari pendingin minuman hingga seluruh kacanya pecah.
Looney mengeluarkan paspor, visa, dan beberapa gepok NZD dari dalam tas. "Tiba-tiba? Apa pemicunya?"
Dia tak mengenal Krotos Enterprises sebaik J ataupun anggota komplotannya yang lain. Namun, ia tahu persis kalau perusahaan sebesar itu tak akan menyerang tanpa pikir panjang.
"Aku ngunjungin Revi semalem. She knows everything, termasuk soal kamu."
Ekspresi Looney berubah datar. Ia masih menghitung jumlah uang di dalam tasnya. "Udah kubilang kamu harus pindahin dia ke tempat lain. Rumah sakit itu nggak cukup aman dari penyusup Krotos."
"Tapi, aman darimu."
"Someday, she will be killed by my hands. You can do nothing to protect her." Looney masih tidak bisa mengenyahkan dendam yang bersarang di otak dan hatinya karena kematian omnya bertahun-tahun lalu. "Jadi, apa yang kalian obrolin semalem?" Selesai menghitung uang, Looney memasukkan kembali semuanya ke dalam tas.
J menghela napas. "Nggak banyak. In the end, aku malah memprovokasinya. Nggak sengaja. Sekarang Krotos benar-benar ngelakuin segalanya secara terang-terangan."
"Jadwalku ke Selandia dicepetin?"
Lelaki itu mengangguk. "Awasi Miranda. Kuusahain dalam waktu seminggu bisa nyusul dan bawa Katlyn."
"Dia udah tahu semuanya?"
"Yep, seperti rencana semula. Miranda satu-satunya kesempatan kita. Supaya Miranda percaya, kita butuh Katlyn dalam keadaan utuh. Kalau ke sana dengan tangan kosong, dia nggak akan mau kerja sama."
"Aku lagi nggak ngomongin misi," geleng Looney. J terdiam cukup lama. "Aku nggak sengaja denger obrolan Kak Tea sama Bu Ninja beberapa hari lalu tentang Kak Kat. Dia pernah keguguran. Anakmu?"
"It happened years ago. I couldn't do anything about it." Raut J dingin saat mengatakannya.
"Ah, pasti sulit milih antara pacar atau kakak sinting," sindir Looney.
"Fokus aja sama misimu."
Akhirnya, Looney mengangguk. "Aku butuh peralatan. Boleh bawa Kak Tea?"
"Aku juga butuh dia. Kamu bakal ditemenin salah satu orangnya Codet, ditambah satu lagi orang suruhan Phoenix."
Pupil Looney melebar. "Phoenix? Serius?"
"Iya. Kita butuh segala bantuan yang tersedia, Looney."
Looney bertepuk tangan antusias. Melibatkan Phoenix berarti J benar-benar serius melawan kakaknya. Orang sepenting Phoenix tidak setiap hari menawarkan bantuan secara cuma-cuma.

KAMU SEDANG MEMBACA
C.R.T Vol. I [Published by Karos]
Mystery / Thriller"Kapten lihat cewek rambut putih yang di sana itu?" tunjuk Tea. "Katlyn?" Dia mengangguk. "J membunuh mamanya, menjebloskan papanya ke penjara, dan membuat hidupnya jungkir balik dalam satu malam. Sekarang? Mereka suami istri di Kartu Keluarga." Kat...