Selamat Membaca
Hari-hari yang dilalui Safira hanya dengan sekolah, latihan dance, lalu pulang.
Tidak membosankan karena itu mengisi waktu Safira, hanya saja itu terlalu melelahkan, apalagi latihan dance memerlukan waktu 2-3 jam karena selain membuat gerakan dan menghapal gerakan, mereka juga membuat properti.
Untuk properti yang besar mereka menyerahkan semuanya ke Crew dance, dari 3 orang crew, Jauzan menjadi bagian dari salah satunya.
Awalnya Safira tidak mau Jauzan yang menjadi Crew, tapi karena crew ini yang memilih tim basket jadi mereka tidak bisa apa-apa.
Karena terlibat menjadi sebuah tim, Jauzan dan Safira juga menjadi sering komunikasi, tapi hanya sebatas membahas tentang properti dan apa saja yang diperlukan tim dance.
Seperti saat ini Safira dan teman-temannya sedang berlatih gerakan baru dilapangan voli, sedangkan dilapangan basket ada anak basket yang juga sedang latihan.
BRUK!
"Aduh!" Safira meng-aduh kesakitan karena kakinya sedari tadi berulang kali mencoba loncat langsung split, rasanya kakinya mau patah, nyeri dimana-mana.
"Ulangi! Gerakan kamu terlalu lambat Safira" tanpa mempedulikan Safira yang kesakitan, coach dance mereka terus menyuruh berlatih.
"Kak boleh enggak istirahat sebentar?" Dengan wajah memelas Safira memohon agar diberi waktu istirahat, karena teman-temannya juga terlihat lelah apalagi mereka sudah latihan 2 jam lamanya.
"Kamu ini gimana sih? Disuruh latih gerakan yang sulit supaya bisa menyesuaikan malah minta istirahat! Kamu kira kakak juga enggak capek apa berulang kali ngelatih gerakan kamu yang salah terus?" Semuanya terdiam mendengar omelan coach mereka.
"Kamu ini leader Safira! Seharusnya bisa lebih cepat hapal gerakan dan menguasai gerakan supaya bisa melatih anggota lain yang lambat, tapi gimana kamu mau latih mereka kalau kanu aja lambat menguasai gerakan?" Ucapan coach dance membuat Safira murung, jelas itu membuat Safira down apalagi dia ditekan karena menjadi leader.
"Kalau gitu kita akhirin sampai sini aja latihannya, latih lagi gerakan kalian yang belum bisa, besok harus sudah bisa semua!"
"Siap kak!" Semua anggota tim dance menjawab dengan serempak, coach mereka pun pergi pulang dan menyisakan semua anggota tim dance yang terduduk lemas.
"Gila pelatih baru kita terlalu keras, kaki gue sakit semua gara-gara latihan sekeras itu" gerutu Jema salah satu anggota tim dance.
"Asli, pengen keluar aja rasanya, tapi tinggal 10 hari lagi lombanya" sahutan Hana membuat semuanya menghela nafas dengan berat.
"Sudah hampir maghrib guys, ayo kita pulang, tetap jaga kesehatan jangan lupa minum vitamin, semangat guys! Kalian hebat!" Ucapan Safira membuat mereka yang tadinya lelah menjadi sedikit bersemangat karena akhirnya mereka pulang juga.
"Siap bu ketu!!" Semuanya mulai membubarkan diri dan pergi pulang kerumah.
Sedangkan Safira berlari pergi ke toilet, sesampainya ditoilet ia menangis.
Menumpahkan semua yang sudah ia tahan sedari tadi.
Benar, dari awal tidak mudah menjadi leader karena konsekuensinya besar, semua hal yang Safira ataupun anggotanya lakukan harus Safira yang mempertanggung jawabkan.
Semuanya menyalahkan Safira entah apapun masalahnya.
Mulai dari coach dance, guru, bahkan teman dancenya juga ada yang menyalahkannya tanpa yang lain ketahui.
Selama ini Safira mencoba menahan semuanya tapi nyatanya hari ini sebab omelan coachnya membuat dirinya merasa semua tindakan yang dilakukannya adalah hal yang salah.
"Safira... kalau lo masih disitu keluar, jangan pendam semuanya sendirian" itu suara Jauzan.
Mendengar suara Jauzan, Safira tiba-tiba teringat kalau crew masih ada disekolah.
Safira memang sempat meloloskan air matanya sebelum pergi ke toilet, mungkin Jauzan melihatnya sehingga mengikuti kemana Safira pergi.
"Lo pergi aja gausah peduli" suara Safira terdengar serak, mungkin akibat menangis.
"Gue tau lo jaga jarak sama gue, tapi kalau lo sampai nangis begini dan gue tetep diem itu lebih bikin gue keliatan brengsek" Jauzan duduk menyenderkan diri di dinding samping pintu toilet.
(Ket: jadi kalau kalian masuk pintu toilet itu langsung ada tempat wastafel, baru ada beberapa sekat pintu untuk ke dalam wcnya.)
"Lo bisa enggak sih jangan ganggu hidup gue dulu? Cukup gue nikmatin sendiri rasa sedihnya tanpa diganggu orang lain. Gue enggak perlu rasa simpati lo, kalau pun gue perlu tempat cerita, gue masih punya Arsen"
"Saf... Arsen cuma laki-laki yang lo kenal selama 7 bulan, sedangkan gue sudah kenal lo selama lebih dari 10 tahun, apa bisa pertemanan kita yang lama itu dibandingkan sama orang baru?" Perkataan Jauzan hanya mengundang amarah Safira.
Bagaimana bisa Jauzan membandingkan dirinya dengan Arsen? Safira tahu bagaimana sifat asli Jauzan, mau sebaik apapun Jauzan, tetap lebih baik Arsen.
"Lucu ya lo Zan, lo enggak bisa bandingkan diri lo sama Arsen. Hanya karena lo lebih lama bareng gue, itu enggak bisa lo jadikan patokan buat hubungan kita. Gue selalu menghargai lo sebagai teman gue, tapi gue jaga jarak juga karena gue menghargai perasaan cewek lo" tanpa Jauzan dan Safira ketahui, ada Arsen yang mendengarkan percakapan mereka.
Karena sedari tadi Arsen didalam toilet pria yang bersebelahan dengan toilet wanita.
"Oke kalau itu mau lo, gue ngerti apa arti pertemanan kita selama ini, emang kayaknya enggak seberharga itu buat lo Saf" Jauzan pergi meninggalkan Safira yang masih berada didalam toilet.
Perasaan Safira semakin kacau karena percakapannya dengan Jauzan.
Tangisannya masih berlanjut.
Sampai sekitar 5 menit berlalu, Arsen mengetuk pintu toilet.
"Kak Saf... pulang yuk sudah mulai adzan, setannya mulai kumpul di toilet, takutnya malah nempelin kakak" begitu berakhir berbicara, Safira membuka pintu toilet sambil tersenyum kearah Arsen.
"Hehe ayo pulang" Arsen membalas senyuman Safira, kemudian mengambil alih tas yang digendong Safira.
Keduanya berjalan keluar area sekolah dengan tangan saling menggenggam satu sama lain, tanpa ada percakapan yang menemani keheningan diantara mereka.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone (Revisi)
Teen Fiction(Proses Revisi) Local, non baku "Kita cuma temen." ft. Jungwon Enhypen&Junghwan Treasure Start: 27 Agustus 2020 Finish: 12 Desember 2020 Remake © DyeraSM, 2020