Kota Seoul, Rumah sakit Seoul.
Malam sudah larut, Choi Jisu tergesa-gesa berlari ke ruangan dia, dia dikagetkan oleh rombongan di depan ruangannya.
Awalnya lorong di rumah sakit ini lumayan luas, sekarang sekitar 10an pria berdiri di sana, semuanya berbadan tinggi, berjas hitam, kacamata hitam, bermuka garang semua seperti mau ketemu musuhnya.
Dokter dan perawat yang lembur melihat Jisu berjalan kemari, langsung menghela nafas, kelihatan ada sedikit air mata di mata mereka, salah satu dari mereka menghampiri Jisu, "Akhirnya kamu datang dokter."
Jisu angguk ke arah mereka, kemudian melihat ke arah orang-orang di lorong itu, "Silahkan semuanya pergi ke ruang tunggu dan tunggu di sana, kalau terlalu berisik bisa mempengaruhi pekerjaan dokter dan perawat di sini."
Selesai berbicara, Jisu tidak melihat mereka, langsung berjalan masuk ke ruangannya.
Klek.
Saat masuk, terlihat ruangannya begitu berantakan.
Bonsai, buku daftar pasien, pena, kertas, gelas, semuanya berselerakan di lantai. Di lantai juga terdapat noda teh dan kopi. Hanya sofa kecil yang terlihat lumayan bersih. Di atas sofa kecil itu, terlihat seorang anak kecil duduk membelakanginya.
Tidak usah menebak, Jisu juga tahu kenapa ruangannya bisa berantakan seperti itu. Hatinya mulai sedikit emosi, ingin memarahi si anak nakal ini.
Tapi ketika berpikir orang-orang berjas di depan tadi, dia segera mengubah ekspresi mukanya, "Halo, kamu namanya siapa? Bagian mana yang sakit, hm?"
Gadis kecil itu mendengarnya dan pelan-pelan membalikkan kepalanya. Josh dikejutkan lagi oleh muka yang halus bersih itu. Sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan mengalir di hatinya, membersihkan semua emosinya tadi.
Anak itu hanya diam-diam melihatnya, dan tidak berkata apa-apa. Dua bola mata yang begitu hitam bersinar.
Jisu menatap anak itu sambil melihat sekujur tubuhnya, dia menemukan anak itu mengepalkan tangan kecilnya dan menahannya di bagian perutnya.
Jisu dengan tersenyum manisnya, "Sayang, dokter itu bukan cacing di dalam perut kamu loh, nggak bisa menebak rasa sakit kamu hanya dengan ekspresi kamu, kalau kamu nggak mau ngomong, kamu tunjuk saja daerah mana yang sakit, boleh?"
Selesai berbicara, Jisu tersenyum ke arahnya. Anak itu bertatap mata dengannya. Di ruangan ini suasananya jadi diam dan tenang.
Saat Jisu merasa anak ini tidak akan menjawab pertanyaannya, gadis kecil itu kemudian mengulurkan tangannya yang kecil dan menunjuk ke arah perutnya.
Jisu mengikuti tangannya dan memegang perutnya, dari luar baju dia menekan pelan perutnya, "Perutnya sakit?"
Gadis kecil itu melihat ke Jisu, dan menatap tangan Jisu yang terletak di perutnya, dia mengangguk pelan.
Jisu berdiri, sebelum gadis kecil itu sempat bereaksi, Jisu sudah memeluknya ke arah ranjang di samping untuk melakukan pengecekan lebih lanjut. Gadis kecil itu dikejutkan olehnya, dan diam-diam bengong dipeluk olehnya.
Wajah gadis kecil itu begitu halus dan putih, sama sekali tidak ada ekspresi.
Pengurus gadis kecil itu masuk ke ruangan untuk melihat situasi, melihat gadis kecil itu diam-diam di pelukan oleh Jisu, dia pun kaget.
Gadis kecil itu selain dekat dengan nona besar, dia tidak pernah dekat dengan sesiapapun lagi.
Pengurusnya yang sudah menjaganya 5 tahun juga tidak pernah memeluknya sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Yeji's Flash Wedding Wife
Fanfiction[On Going] Jisu seorang dokter yang hebat dan terkenal di rumah sakit. Sejak gadis kecil masuk dalam kehidupannya, ia sulit untuk bernapas ketika bertemu dengan nona kecil dan nona besar. Hwang Yeji, seorang presiden yang dingin, tetapi di depan ana...