Tiga minit kemudian.
Jisu melihat gadis kecil yang duduk di kakinya, sedikit bingung kenapa dia dan Yeoreum bisa duduk di mobil Maseratinya Yeji.
Dan si Yuna seperti menempel di tubuhnya, sedikitpun tidak mau melepaskannya. Jisu melihat tatapan Yeoreum yang bingung, dia tidak mau bergosip dengannya di situasi begini.
Sudah sampai di tempat tinggal Yeoreum, Jisu meletakkan Yuna ke tempat duduk di samping dan bersiap turun dengan Yeoreum.
Yeoreum malah menutup pintunya, "Di rumahku kan nggak ada kamar kosong, ngapain kamu ikut turun?"
Saat itu, Jisu ingin mencekik si wanita ini. IQ dan EQ nya sudah hilang sepertinya. Dia mengintip ke arah Yeji dan ternyata Yeji juga melihat ke arahnya.
"Takut aku?" Yeji berkata dengan pelan.
Jisu memutarkan matanya malas, "Kamu kebanyakan pikir." Katanya kemudian melihat ke arah luar jendela.
"Alamat rumahmu?" Jisu juga malas basa-basi, setelah memberi tahu alamatnya, dia kembali mengalihkan tatapannya ke jendela. Kepala Yuna tertidur di pahanya.
Sesampainya Jisu di rumah, di kepalanya tidak berhenti berputar adegan tatapan sindiran Yeji tadi, dia sedikit kesal, tapi tidak tahu kenapa hatinya juga berdetak cepat.
Hari ini bertemu Yuna dan Yeji, apakah ini sebuah kebetulan? Dan fakta membuktikan, ternyata bukan kebetulan.
......
Akhir pekan. Jisu ingin terus tidur, tapi malah terbangun oleh suara ketukan pintu yang tidak berhenti.
Jisu menarik rambutnya, dengan kesal dia turun dari rajang. Setelah membuka pintu, dia melihat ibu Ong berdiri di depan pintunya.
"Aku bilang ke kamu ya, kamu gimana sih jadi seorang mama? Walaupun anaknya bersalah, kamu juga nggak boleh mengeluarkannya di cuaca sedingin ini, kalau kenapa-napa, mau nyesal pun sudah telat."
Ibu Ong tidak bisa menahan dirinya ketika melihat Jisu. Jisu bingung sekarang, "Bu Ong, sebentar. Anak dari mana?"
Ibu Ong dengan tatapan kesalnya ke arah Jisu dan melangkah ke samping dari belakangnya muncul seorang gadis kecil. Dan ternyata itu Yuna.
Dia memakai baju yang tipis, dan kakinya memakai sandar rumahan. Pipi dan hidungnya kedinginan sampai memerah, terlihat lucu namun kasihan juga.
Jisu melihat Ibu Ong yang ingin marah lagi, segara menarik Yuna ke dalam, "Bu Ong, terima kasih." Setelah itu, dia menutup pintu kamarnya.
Dan menarik nafas dalam-dalam. Sambil mukanya bisa memunculkan senyuman manis, baru dia berbalik, "Sayang, kamu ke sini sendirian?"
Yuna menggosok tangannya sambil menundukkan kepalanya, dia tidak merespon.
Jisu melihatnya, tiba-tiba teringat masa kecilnya. Dia membungkuk dan mengendong bulatan kecil itu dan meletakannya di sofa, dan menyelimutinya dengan selimut tebal.
Yuna melihat ke Jisu dengan mata besar bersinarnya seperti boneka kecil yang siap dimainkan oleh Jisu. Selucu itu sampai bisa mencairkan hati orang.
Jisu sebetulnya ingin bertanya bagaimana dia tahu alamat rumahnya, terus bagaimana dia bisa ke sini.
Sambil memegang pipinya kedinginan, dia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Jisu memastikan tidak ada tangan dan kaki yang keluar dari selimut, kemudian sambil tersenyum, "Lapar? Kakak buat kamu sarapan ya?"
Yuna mengangguk.
"Mau makan apa?" Tangan Yuna meraba-raba di dalam selimut. Jisu tahu dia lagi cari apa, kemudian dia mengambil kertas dan pena dari laci dan memberikan ke Yuna.
Yuna dengan serius menulisnya, dan memberikan ke Jisu. Tulisan di atas cukup sederhana.
'Telur tomat, daging ikan.'
Tulisannya walaupun kecil tapi rapi. Dari tulisan ini bisa dipastikan, IQ Yuna tidak ada masalah, malah bisa dibilang lebih tinggi dari orang di sekitarnya.
Anak umur lima tahun bahkan belum mengenal tulisan, apalagi langsung menulis. Tapi kenapa dia tidak mau berbicara?
Tidak mau berbicara, atau tidak bisa?
Jisu kembali khayalannya, sambil tersenyum, "Kakak nggak tahu ada bahannya nggak di kulkas, coba aku lihat dulu ya." Yuna mengangguk saja.
Jisu ke atas cuci muka dan ganti baju, baru ke dapur untuk mulai masak. Dua sayur dan satu sup dengan cepat disajikan, dia sengaja menghangatkan susu murni untuk Yuna.
Yuna dengan mata bersinar melihat makanannya, tidak perlu Jisu panggil. Dia sudah duduk di meja makan, melihat Jisu yang sedang sibuk.
Jisu mengambil nasi untuknya, kemudian mengambil sup untuknya. Yuna diam-diam sendok dan mulai makan. Jisu melihat dia makan dengan fokus, di hatinya banyak rasa bercampur.
Setelah Yuna selesai makan, "Sayang, kamu kasih nombor mama kamu atau nenek pengurusmu ke kakak ya?"
Raut wajah Yuna berubah menjadi tegang. Terlihat ada air mata yang siap mengalir keluar dari mata hitam besarnya.
......
Jisu melihat mobil Maserati yang semakin menjauh, hatinya juga belum bisa tenang. Terpikir raut wajah Yuna tadi, Jisu sendiri mengira dia telah melakukan kejahatan besar kepadanya, rasa bersalah di hatinya meledak.
Tapi dia merasa tidak ada salah dengannya. Dia menyukai hubungan dokter dan pasien yang sederhana.
Pasien masuk ke rumah sakit, dia akan menjadi dokter yang profesional; ketika pasien keluar dari rumah sakit, hubungan mereka pun berakhir. Berteman dengan pasien, dia tidak sungkan.
Dia juga menganggap tidak ada keperluan bertemu dengan mereka. Tapi air mata Yuna, malah membuat dia merasa bersalah.
Ketika Yuna mendengar Jisu meminta nombor Yeji, dia melemparkan kertasnya dan langsung berlari keluar. Setelah selesai menelpon Yeji, dia turun ke bawah, diam-diam sembunyi di sudut, melihat bayangan kesedihan Yuna.
Beberapa kali, dia ingin memeluk tubuh kecil itu, tapi sampai akhirpun tidak dia lakukan. Dia tidak berharap Yuna sering muncul di hidupnya, dia juga tidak punya waktu dan hati untuk mengurus seorang anak kerana kesibukannya.
Apalagi anak seperti Yuna yang butuh tenaga lebih lagi untuk menjaganya. Jisu kembali ke ruang tamu, kemudian mengambil buku patologi dan mulai membacanya.
Ting!
Belum lama, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Jisu mengambil ponselnya. Dia melihatnya dan ternyata ada yang meminta penambahan kontak instagramnya.
Ketika melihat nama Minho muncul di layarnya, dia tidak langsung menerimanya. Dia langsung menutup ponselnya dan kembali mencoba fokus ke bukunya, tapi dia tidak bisa lanjut baca.
Minho, apa yang dia mau?
Kembali ke kampung bertemu teman lama, atau ingin melihat dia hidup menderita seperti apa?
......
Di dalam mobil Maserati. Dua orang perempuan, satu kecil satu besar, satu duduk di depan, satu duduk di belakang.
Udara tipis di mobil ditambah ekspresi tegang mereka berdua, seperti detik selanjutnya akan segera meledak.
Minggu, 15 November 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Yeji's Flash Wedding Wife
Fanfic[On Going] Jisu seorang dokter yang hebat dan terkenal di rumah sakit. Sejak gadis kecil masuk dalam kehidupannya, ia sulit untuk bernapas ketika bertemu dengan nona kecil dan nona besar. Hwang Yeji, seorang presiden yang dingin, tetapi di depan ana...