[🌱04. Yeji marah🌱]

676 104 41
                                    

Yuna duduk di belakang mobil dengan posisi kepala tertunduk, dia tidak bergerak sama sekali. Yeji dengan ekspresi dingin menyetirkan mobilnya, dalam hatinya terdapat amarah besar.

Tidak tahu sedang marah kepada Yuna yang keluar rumah secara diam-diam atau marah kepada wanita itu.

Mobil berhenti di sebuah villa, baru saja berhenti. Pintu belakang sudah terdengar suara tertutup kencang. Bayangan kecil itu dengan cepat berlari ke dalam rumah, pintu utama didorong dengan keras.

Yeji turun mobil dengan muka marah. Pengurus datang menyamputnya, "Nona Muda, Yuna dia—"

"Kejadian hari ini, tidak boleh terulang lagi." Yeji berkata.

Tubuh pengurus bergetar, "Tapi Yuna suka sama Dokter Jisu."

"Jadi, dia boleh mengganggu kehidupan orang lain?" Yeji dengan dingin bertanya balik.

"Nona muda, mungkin ucapan saya selanjutnya tidak enak untuk anda dengar, tapi setelah kejadian itu. Dokter Jisu adalah orang yang selain anda yang mau Yuna dekati, ini pertanda baik."

"Kalau kamu punya pemikiran begini, kamu sudah boleh pensiun. Yuna akan aku carikan orang untuk menjaganya."

Yeji menatap dingin si pengurusnya, kemudian masuk ke ruang kerja di lantai dua. Pengurus melihat bayangan Yeji, dia dengan putus asa menghela nafas.

Yeji baru saja duduk di meja kerja, kemudian dia mendengar suara teriakan yang keras, juga ada suara barang dilempar.

Yeji menutup matanya sebentar, kemudian dia membuka pintu ruang kerjanya. Baru beberapa minit, ruang tamu yang rapi tadi sudah hancur lebur sekarang.

Semua barang yang bisa dilempar sudah hancur semua.

Yuna dengan kaki telanjang berjalan di lantai yang penuh kaca pecah itu.

Pengurus, pembantu dan lainnya mengikutinya di belakangnya, tidak berani menahannya.

Yeji dengan muka dingin, berdiri di lorong lantai dua, melihat Yuna. Dan ketika kaki putih Yuna terkena kaca dan berdarah baru dia teriak, "Hwang Yuna, kalau kamu mengacau lagi, juga nggak akan ada untungnya buat kamu!"

Yeji hanya saat marah, akan memanggil nama penuhnya. Tubuh kecilnya bergetar, kemudian dia segera mendorong sebuah vas kuno yang lebih tinggi darinya.

Duaarr!

Suara vas kuno itu terpecah di lantai. Vas dengan harga miliyaran pun terbang begitu saja.

Yuna berdiri di semua kekacauan itu, dengan wajah kecil yang tegas, dengan tatapan menantang menoleh ke Yeji. Yeji mengernyitkan dahinya, dan berjalan turun ke bawah.

Tubuh Yuna gemetaran, tapi tetap tegas berdiri di sana, membiarkan darah terus keluar dari kakinya, dan juga tidak mau menyerah.

Yeji duduk di sofa, melambaikan tangan ke pengurus dan pembantu untuk meninggalkan mereka berdua. Ruang tamu yang besar itu, sekarang tersiksa mereka berdua saja.

Yeji melihat kakinya yang terus terkucur darahnya, "Katakan apa yang kamu mau?"

Yuna dengan kesal mengeluarkan tablet kecilnya, mengetik kata.

"Dia nggak mau aku!"

"Dia juga bukan gila, mau kamu buat apa?! Kalau kamu bukan anak ku, aku juga nggak mau kamu!" Baru selesai berbicara, telinga Yeji langsung penuh dengan teriakan yang sangat kuat.

Yeji langsung menarik Yuna ke dekat kakinya. Yuna mencoba membangkang.

Yeji menatap anaknya, "Sebelum membantah denganku, coba pertimbangkan dulu apa yang kamu punya."

Miss Yeji's Flash Wedding Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang