Mobil Rubicon itu akhirnya tiba di sebuah gedung panti asuhan di pinggir kota Bandung. Jauh dari keramaian manusia.
Jevano Lee menoleh ke sampingnya. Mendapati Nadisa yang kini tertidur dalam posisi memeluk lututnya.
"Nona Disa?" Panggil Jevano dengan lembut. Tangannya dengan hati-hati menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Nadisa. Menampilkan paras sang gadis yang sudah memucat. Lelah karena tak henti-hentinya menangis dan enggan untuk makan. "Kita sudah sampai, Nona."
Nadisa pun membuka mata. Sedikit terkejut melihat wajah Jevano yang dekat dengan wajahnya. Kemudian memilih untuk memalingkan muka.
Jevano Lee dengan cekatan keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk sang Nona Muda.
"Ayo, Nona."
Maka kedua muda-mudi itu berjalan perlahan. Menuju pintu utama bangunan panti asuhan. Dimana ada dua lelaki yang tersenyum riang. Gembira menyambut kedatangan Jevano Lee.
"Yo, Jevano Lee!"
Itu Harsa Pratama. Lelaki dengan kaos putih berlapis jaket hitam. Ia langsung menjabat tangan Jevano Lee dengan gaya khas lelaki.
"Gue kira lo udah lupa sama tempat ini, Jev. Gak pulang-pulang lo udah kayak Bang Toyib, anjir."
Jevano meringis karena sindiran Harsa.
"Maaf, gue terlalu sibuk sama kerjaan. Jadi gak sempat datang."
Feri Nuril yang berdiri di samping Harsa melirik ke arah belakang Jevano. Dimana Nadisa bersembunyi. Hanya memunculkan sedikit kepalanya dari samping lengan Jevano.
"Saha itu, Jev? Cewek lo?" tanya Feri dengan cengiran lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life || Jeno Lee
RomanceMalam itu menjadi titik balik dari kehidupan Nadisa yang amat sempurna. Malam di mana orang yang ia cinta justru memilih untuk mengkhianati keluarganya. Membuat Nadisa Tirta Sanjaya kehilangan ayahnya dan seluruh kekayaannya. Pun hanya menyisakan sa...