Yuk vote dan komen dulu!
***
Cahaya jingga dari mentari berhasil menerobos gorden di sisi kamar. Seakan memaksa Nadisa Tirta Sanjaya untuk membuka kedua matanya; terbangun dari tidurnya. Terlebih lagi, kini Nadisa merasakan sesuatu sedang menggenggam tangannya dengan hangat. Membuat Nadisa penasaran, siapa orang yang sedang bersamanya, juga menggenggam tangannya.
"Jevano...?"
Lirihan itu meluncur dari bibir Nadisa, tatkala melihat wajah Jevano Lee yang sedang tertidur dengan tenang di sampingnya. Dengan posisi duduk dan menumpukan wajahnya pada lengan. Jevano terlihat nyaman, meski hanya kepalanya yang menyentuh ranjang.
Nadisa ingin menarik tangannya, tapi takut Jevano terbangun dari tidurnya. Hingga Nadisa lebih memilih untuk menatapi plafon kamarnya.
Kemarin, benar-benar terasa seperti mimpi bagi Nadisa. Dari berjuta-juta tempat yang ada di dunia. Dari milyaran manusia yang ada di dalamnya. Dari sekian banyak waktu yang ada. Bisa-bisanya Tuhan tetap menggariskan takdir Nadisa untuk bertemu dengannya. Dengan lelaki bernama lengkap Narendra Sanjaya.
Dan Nadisa dapat melihatnya. Lelaki itu ... terlihat baik-baik saja.
"Jaga dirimu baik-baik, Disa."
Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Narendra. Tidak ada satu pun kata maaf. Atau penjelasan atas apa yang sudah diperbuatnya. Membuat Nadisa menyadari bahwa: Narendra sama sekali tidak menyesali perbuatannya. Dia bahagia, setelah menyingkirkan Nadisa serta ayahnya. Dia bersukacita, atas kesedihan yang Nadisa terima.
Jelas saja, Nadisa hanya akan membuang waktu apabila terpuruk karena Narendra.
Gret! Nadisa yang berusaha meredam emosi, tanpa sengaja meremat tangannya yang digenggam oleh Jevano Lee. Membuat sang lelaki Lee terbangun dari tidurnya.
"Nona?" panggil Jevano pelan. Satu tangannya mengusap mata, berusaha menetralkan kantuknya.
Panggilan tersebut membuat Nadisa sedikit terlonjak. Pun Nadisa segera melepaskan tautan tangannya dengan Jevano. Kemudian bangkit untuk duduk di ranjang.
"Anda ... sudah baikan, Nona?" tanya Jevano dengan khawatir. Tangannya hendak menyentuh bahu Nadisa, tapi gadis itu bergerak sedikit menjauhinya.
"Kenapa kamu bertanya begitu? Aku selalu baik-baik saja, Jevano. Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku." Nadisa berkata pelan seraya tersenyum paksa. Gadis itu kemudian berdiri dari ranjang. Di sisi yang berjauhan dengan Jevano Lee.
Sementara Jevano memandangi Nadisa dalam diamnya. Gadis itu bahkan menangis tanpa henti kemarin. Jadi bagian mananya yang dibilang selalu baik-baik saja? Jevano tentu saja sangat mengkhawatirkan kondisi Nadisa.
"Nona, yang kemarin--"
"Tidak ada yang terjadi kemarin, Jevano." Nadisa memotong pertanyaan Jevano. Lalu menoleh dan tersenyum manis ke arahnya. "Kita hanya berbelanja, lalu pulang bersama. Mengerti?"
Jevano sempat mematung di tempatnya. Tapi kemudian ia mengangguk kecil, mengiyakan. "Iya, Nona."
"Aku akan keluar untuk membantu Yara," kata Nadisa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life || Jeno Lee
RomanceMalam itu menjadi titik balik dari kehidupan Nadisa yang amat sempurna. Malam di mana orang yang ia cinta justru memilih untuk mengkhianati keluarganya. Membuat Nadisa Tirta Sanjaya kehilangan ayahnya dan seluruh kekayaannya. Pun hanya menyisakan sa...