41. M e l e p a s

149 16 0
                                    

"Bukannya aku tak mau berjuang tapi aku tak mau kita bertahan namun perasaan kita tak sejalan, yang kutahu melepas adalah cara terbaik untuk belajar ikhlas dari sesuatu yang tak bisa Kumiliki," -Arga

----------

Tubuh danial langsung membeku saat mendengarkannya. Hatinya sangat sakit saat mengetahui kebenaran walau belum terbukti.

"gue ngga tau pasti kenapa bisa seperti itu gue cuma tau itu doang,"perjelas irene.

"terus lo tau dimana rumah sakitnya?"tanya kania dan irene pun mengangguk sebagai jawaban.

Melihat hal itu danial langsung berbinar.

----------

Lelaki itu langsung beranjak pergi setelah mendapat informasi. Banyak pertanyaan yang menghampirinya. Tentang bagaimana kondisi gadis itu sekarang. Apa ia baik-baik saja atau terjadi sesuatu?. Rasanya sudah lama danial tidak merasakan perasaan ini.

Saat danial sampai dirumah sakit yang ia cari, lelaki itu langsung mencari ruangan gadis itu. Dengan langkah yang tergesa-gesa akhirnya danial menemukan ruangan yang ia cari. Namun langkah lelaki itu terhenti dikala ia melihat arga yang berada diluar ruangan. Tanpa pikir panjang danial langsung menghampiri arga.

Arga yang menyadari keberadaan danial pun langsung menatap tajam kearah lelaki itu. "lo ngapain kesini?"tanya arga dengan raut yang tak bersahabat.

"belum puas lo nyakitin namira hah?"ucap arga kembali dengan amarah.

"kalau lo datang cuma untuk nyakitin dia mending pergi deh,"

"lo tau kan pintu keluar dimana?"

"Btw lo baru sadar setelah apa yang lo lakuin selama ini? saat dia kaya gini baru lo sadar? "tanya arga membuat Danial bungkam.

"gue,"ucap danial terpotong.

Saat arga hendak membalas namun tiana keluar dari ruangan itu. "eh danial yaa?"sapa tiana ramah.

"iya tan,"balas danial ramah.

"mau jenguk yaa masuk aja,"ucap tiana saat mendengarkan hal itu pun danial langsung masuk kedalam ruangan.

Langkahnya terhenti mendadak saat melihat gadis itu terbaring lemah. Danial melangkah medekat kearah namira. Lelaki itu duduk disamping gadis itu. Ia menatap ia pada namira yang nampak terbaring lemah. Entah keberanian dari mana lelaki itu untuk mengusap kepala gadisnya.

"maaf,"lirih danial pelan.

Terlihat jika wajah gadis itu pucat pasi. Air matanya pun menetes tanpa ia sadari. Entah mengapa, ia sendiri juga tak tau.

"pasti lelah banget yaa?"tanya danial pada gadis yang terbaring lemah itu.

Danial tak bosan-bosannya mengusap kepala gadis itu. Ia juga sesekali mencium kening gadis itu. Arga yang melihat hal itu pun hanya diam dan bungkam. Ia tak bisa melakukan apapun, ia melihat dengan jelas bagaimana danial melakukan namira dengan sangat tulus. Rasanya ingin ia egois namun sisi lain dirinya mengatakan yang sebaliknya.

Ayah namira yang medapatkan kabar tentang putri bungsunya pun bergegas untuk menjenguknya. Beberapa hari yang lalu pak kasman memberitahu kepada tomi mengenai kondisi namira. Mendapat kabar itupun tomi langsung bergegas pergi dan mencari penerbangan yang cepat. Kebetulan saat danial sedang berada disana. Tomi membuka pintu ruangan itu. Tiana yang baru datang pun terkejut saat melihat suaminya itu berada disana. Tanpa aba-aba tomi langsung mendekap istrinya yang sudah ia tinggal sangat lama. Tiana langsung menghamburkan pelukannya pada tomi. Ada banyak hal yang belum selesai diantara mereka.

Damira (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang