43. Euphoria

164 13 9
                                    

"akan ada hari dimana bahagia serta tawa memihak pada kita, karena kita sudah melewati masa-masa terluka serta kecewa.  Euphoria ini membuatku ingin sekali memberhentikan waktu dan hanya ada aku dengan dirimu saja," Danial Putra Pratama.

----------

"kenapa sayang?"goda danial lagi.

"kaa ishhhh,"jawab namira sembari menutup pipinya yang bersemu sejak tadi.

"hahahaa lucunya gadis aku,"jaawab danial sembari mengusap kepala gadis itu.

Jangan ditanya bagaimana kondisi namira saat ini.

----------

Namira memutuskan untuk keluar dari ruang inapnya. Gadis itu melangkah sembari membawa impusnya keluar menuju taman yang ada dirumah sakit. Sesaat sampai ia langsung duduk dikursi taman yang ada disana. Pemandangan yang ia lihat adalah sebuah pantai. Rumah sakit bersama bertempat di luar kota yang berdekatan dengan pantai. Jarak antara rumah sakit itu sendiri dengan rumah Namira terbilang lumayan jauh. Gadis itu menghirup udara yang sangat sejuk. Angin yang sepoi-sepoi. Tidak begitu banyak pasien yang dirawat disana.

Tiba-tiba seorang anak kecil menghampirinya. Gadis kecil itu duduk disamping namira dan tersenyum lembut kepadanya. "aunty,"panggil gadis kecil itu dengan suara khas anak kecil.

"ada apa?"tanya Namira ramah.

"aunty cantik,"ucap gadis kecil itu membuat Namira sedikit malu sekaligus gemes.

"kamu juga cantik,"balas Namira seraya mencubit pipi gembul gadis kecil itu.

"aunty sendirian?"tanyanya.

"engga aunty sama bunda disini kalau kamu?"tanya Namira pada gadis kecil itu.

"sama mama tapi mama lagi bicara sama dokter,"ucap gadis itu yang umurnya sekitar enam tahunan.

"oh ya nama kamu siapa cantik?"tanya Namira.

"fia aunty,"katanya.

"fia kamu sudah sekolah?"

"udah aunty, fia punya banyak temen aunty,"

"temen fia siapa aja?"

"imel aunty,"

"oh yaa?"

"fia duluan ya aunty,"ucap gadis kecil itu saat ibunya memanggilnya.

"dah, hati-hati ya cantik,"sahut Namira lalu menyampaikan kedua tangannya dan dibalas oleh gadis kecil itu.

Beberapa saat kemudian sebuah tangan menepuk pundaknya secara perlahan.  Namira yang merasakan hal itu pun mengarahkan pandangan nya kepada Sang pemilik tangan itu. Namira terkejut saat mendapati Dinda dan Alissa yang berada di belakangnya. Kedua gadis itu tersenyum lembut kepadanya dan Namira hanya tersenyum simpul.

"raa boleh bicara?"tanya Dinda pada Namira yang terlihat bingung.

"emm bicara aja,"balas Namira.

"maaf Ra,"lirih Alissa dan Dinda secara bersamaan.

"maaf untuk apa?"Namira sedikit bingung.

"maaf banget Ra selama ini kita salah paham sama lo, Kita udah tahu siapa yang mebocorkan rahasia kita bertiga,"

"kita berdua udah tahu awalnya kita kira itu lo, karena yang tahu ini cuma lo doang, pas udah tahu kebenarannya ternyata kita salah, gue udah tahu ini semua dari Arga,"perjelas Alissa yang merasa bersalah begitu juga dengan dinda.

"ka arga?"tanya namira kebingungan.

"Lo nggak tahu gini gue ceritain, jadi Arga ngga sengaja melihat lo sama kania lagi bicara, arga juga ngga sengaja dengar percakapan kalian dari awal sampai akhir,"perjelas dinda.

Damira (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang