10

863 108 6
                                    



"Peluklah aku selama yang kau butuhkan. Aku akan ada disampingmu. Selalu." Ujarnya. Ron dan Mionie menghampiri kami.

"Mereka..berciuman!" Teriak Ron kepadaku dan Harry. Mionie memukul tangannya.

"Kau tidak apa Y/n?" Tanya Mionie yang duduk disebelahku sambil memelukku.

"Maaf membuat pesta kalian seperti ini. Tapi, izinkan aku sendiri." Kataku sambil melepas pelukanku dan menyeka air mataku.

Mereka mengangguk dengan prihatin dan meninggalkanku.

Aku mencari tempat yang sepi. Menangis sendirian. Memaki diriku sendiri

"Bodoh."

Kukira hari ini menjadi sangat indah dan aku akan melupakannya. tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Hatiku terasa sesak lebih sesak dari sebelumnya.

"Oh lihat teman teman. Ada wanita cantik disini." Seorang anak laki laki dengan sekelompok teman temannya. Agak tidak asing, tapi aku lupa siapa.

"Flint." Katanya sambil mendekatiku. Mereka semua terlihat menyeramkan.

Aku mulai berdiri menyeka air mataku dan mundur.

"Kumohon jauhi aku." Aku perlahan berjalan mundur. Rasanya ingin menangis sangat keras.

"Wanita lemah. ayo ikut dengan kami."

"Ah." Tanganku ditariknya secara paksa dan membuatku terjatuh.

"Jauhi dia!" Teriak salah satu lelaki yang tiba tiba muncul dibelakang pintu. Ia menodongkan tongkatnya. Memakai jas berwarna hijau. Dengan, rambutnya yang pirang.

"Ayolah, Malfoy. Sudah terlalu sering kau ikut campur dengan kami. Sekarang waktunya kami melakukan sendiri tanpamu anak manja." Teriaknya.

"Incarcerous!"

  "Kau yang seharusnya ikut campur Flint! Dia wanitaku. Jangan sekali kali kau melukainya sedikitpun!" Ujarnya sambil menodongkan tongkat ke arah mereka yang sudah terikat dengan tali.

  
  Dia menarikku kebelakang bahunya
"Jangan jauh jauh dariku."

"Ikut aku." Ajaknya.

Ia mengajakku ke sebuah tempat dengan banyak pohon. Aku menarik pergelangan tanganku.

"Apasih!"

"Aku ingin menjelaskan semuanya denganmu."

"Tidak usah. Lebih baik kau urus saja pacarmu itu." Kataku dingin lalu berputar balik.

"T-Tapi itu bukan kemauanku." Teriaknya dengan wajah menyedihkan.

"Oh ya? Aku tidak peduli lagi denganmu." Ujarku balik kearahnya.

"I-Ini kemauan Dad.." Katanya sambil menjatuhkan dirinya ke tanah dan menangis.

Aku menyuruh Malfoy berdiri.

"Aku sudah tidak percaya bualanmu, Malfoy."

"Aku tidak membual.."

"Aku tidak akan berbohong kepadamu. Aku bisa ceritakan semuanya." Katanya dengan mata sembab. Ia menduduki pohon yang paling besar dan menyuruhku untuk duduk disebelahnya.

Aku tidak duduk disebelahnya. Melainkan pohon yang lain, didepan pohonnya. Aku sedang tidak percaya apa apa yang keluar dari mulutnya.

"Dad.."
"Mungkin kau sudah tahu dia tidak suka dengan muggleborn. Pansy, dipilihnya sendiri untuk menjadi pasanganku. Aku sudah menolaknya berulang kali, sungguh. Tapi Dad tidak mendengarkanku."

Aku tidak menjawabnya melainkan hanya melihat bintang. Aku membendung air mataku agar tidak tampak lemah didepannya.

"Aku membuatkan ini untukmu." Sebuah boneka rajutan kecil dengan wajahku. Ia tersenyum lemah. Aku tidak bisa membendung air mataku dan menangis. Aku sangat merasa bersalah didepannya. Tampaknya ia sangat tulus sekali.

Malfoy menghampiriku dan memelukku, "Anak kecil jangan menangis. Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa apa apa didepan Dad." Katanya dengan nada mengecil dan lembut.

   Aku memeluknya lebih kuat, "Seharusnya aku yang minta maaf, Malfoy." Aku menangis sangat deras. "Aku tidak tahu yang sebenarnya, Aku minta Maaf."

  Malfoy tersenyum, "Ini untukmu, bukan buatanku. Tapi peri rumahku. Aku tidak bisa membuat ini."
Aku menerimanya dan memeluk boneka rajut itu.

  Malfoy memainkan rambutku dan menyeka air mataku, "Jangan sedih lagi ya."

  Sekarang kami duduk disatu pohon yang sama, pohon yang Malfoy duduki. Aku sedang memeluk bonekanya dan Malfoy sedang melihat bintang.

  "Benar katamu, melihat bintang sangat menyenangkan. Saat kau tidak mau bertemu denganku bahkan berbicara. Aku selalu melihat bintang, indah. Sepertimu. Aku selalu memikirkanmu saat melihat bintang. Rasa cemasku mulai berkurang saat melihatnya." Ujarnya lalu menengok padaku.

   "Dulu saat aku punya masalah juga sepertimu, melihat bintang."

    "Aku juga mencintaimu anak kecil." Katanya. Aku mengerinyitkan dahi. "Apa?"

"Waktu itu kau bilang mencintaiku. Aku juga mencintaimu." Aku pura pura tidak mendengar dan mengangguk. Tetapi Malfoy masih memandangku.

Tiba tiba satu titik air mendarat dipipiku. Sudah hujan. "Hujan sudah turun Malfoy. Sebaiknya kita balik ke asrama." Kataku sambil berdiri membersihkan gaunku. Malfoy tidak berdiri sama sekali. Masih dengan posisi duduknya yang sama sambil melihatku.

"Kenapa?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Katanya.
Aku berpikir sedikit.

"Ya. Kau mencintaiku aku sudah tahu." Jawabku lalu menarik tangan Malfoy agar berdiri. "Tidak. Bukan itu maksudku."

"Iya." Jawabku mengasal agar dia ingin pergi.

"Ayo." Aku mengangguk mengapa tidak daritadi saja. Malfoy menggenggam tanganku. Tangannya besar sekali. Aku bahkan tidak bisa memegang semua tangannya.

Pansy melewati kami. Sepertinya ia kewalahan mencari Malfoy. "Kemana saja?" Tanyanya dengan poni yang basah keringat. Malfoy melihatku.

"Bersenang senang dengan pacarku." Jawabnya. Mataku terbelalak. "Tidak." Kataku kaget.

Raut wajah Pansy berubah sangat merah. Ia marah sekali. "Kau pacarku Malfoy." Ujarnya sambil menepis tanganku. Ia menggenggam tangan Malfoy tetapi Malfoy langsung menarik tangannya.

"Apaansih kau. Menjauh dari pacarku." Tegurnya dengan wajah yang sedikit marah. Malfoy menggenggamku lagi mengajak menjauh dari Pansy.

"Tanganmu tidak apa apakan?" Aku menggeleng. "Benar benar perempuan itu."

"Kita tidak pacaran Malfoy." Kataku memberhentikan jalanku. Malfoy menghentikan jalannya juga. "Menurutku jawaban iya-mu berartikan kau menerimaku."

"Tapi—" Malfoy menutup mulutku dengan jarinya. "Jangan membantah anak kecil." Ujarnya. Ia berlari. Aku mengejarnya seperti kucing dan tikus.

"Malfoy, kau tahu kan teman temanku membencimu, jadi jangan terlihat seperti pasangan didepan mereka. Maksudku—"

"Ya aku sudah mempertimbangkan ini. Tidak masalah mereka tidak tahu. Yang penting kau milikku." Jawabnya tersenyum sambil menggenggam satu tanganku.

   Kami balik keasrama masing masing.

   Harry, Mionie, dan Ron memperhatikanku dengan tajam. Jantungku berdegup kencang.

   "Gaunmu basah dan ada boneka ditanganmu, dari siapa?" Tanya Ron.

___________________________________

hai temen temen akuuu
maaf yaaa alurnya beda gt dari novel atau film karena takut kalian bosen kl sama persis filmnyaa. Jadi aku agak kurangin masalah hogwarts. Pasti udah liat filmnya yaa jadi mudah ketebak dan bakal keskip sama kaliaan.

aku menerima kritik dan saraan💗

want you (draco x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang