"Tidak ada apa apa.""Huh?"
"Aku saja tidak tahu kalau dia ada disebelahku." Kataku lagi dengan menaikkan bahu. "Ya kurasa dia sudah menemukan perempuan untuk ritual bersama keluarganya itu." Kata Ron mengasal.
"Oh ayolah berpikir positif, Ron."
Mione mendekati kami, ia melirik Ron sedikit dan salah tingkah sendiri. Tentu saja, ini pertama kalinya dia menyukai seseorang.
"Darimana saja kalian?" Mione melihatku. Aku tersenyum tipis.
"Kurasa kau perlu kuajari agar mereka tidak curiga denganmu." Usulku.
"Tidak bisa, Y/n. Itu secara tidak sengaja."
"Berusaha cuek Mione." Harry ikut bergabung.
"Sedang membicarakan apa?" Ia memegang bahuku dan bahu Mione. "Urusan wanita." Ujar Mione menepuk tangan Harry.
"Sudah lama tidak kerumah Hagrid." gumam Ron. Aku melihat remang remang rumahnya yang terlihat kotor sekali dari jendela.
"Maaf aku tidak bisa. Aku harus mengirim surat ke.." Harry menoleh memastikan tidak ada yang mendengar. "Sirius."
"Aku mau menemanimu saja, Harry." Kataku. Hari ini aku tidak ingin keluar asrama. Cuacanya dingin.
"Bye."
"Siapa menurutmu yang akan menangkap snitch besok? Kurasa kau." Kataku sambil menepuk bahunya. "Tidak juga."
"Siapa tahu."
"Lagipula kau pemain quidditch yang berbakat. Tidak pernah kulihat ada orang sebagus itu bermain quidditch." Harry tersenyum kepadaku. Anak yang cepat sekali salah tingkah.
"Besok dengan slytherin." Aku tersedak sedikit dan membuatnya menjadi batuk kecil.
"Dengan Malfoy."
"Kurasa harus lebih hati hati. Ia bisa melancarkan segala perbuatannya kepadaku.""Yeah.." Aku tidak pernah melihat Malfoy bermain quidditch. terakhir kali saat kami jatuh bersama.
"Kangen sekali ya dengan walimu? Tidak biasanya kau menulis surat sebanyak ini." Kataku mengangkat 2 lembar kertas dengan tulisan tangan yang kecil. "Jangan terlalu banyak, Harry. Hedwig akan kesusahan membawanya. Jangan membuat orang lain curiga." Harry mengangguk masih dengan pena bulunya dilembar ketiga.
"Bagus. Sudah selesai."
"Aku menceritakan semuanya ke Sirius. Kasihan dia hanya tinggal bersama kreacher yang hanya pandai memaki." Harry selalu antusias jika menceritakan apa apa tentang Sirius.
"Benar. Setidaknya dia sedikit terhibur dengan ceritamu. Aku belum mengirim surat sama sekali ke Mum dan Dad. Kurasa jika kukirim surat mereka akan menangis lagi." Ujarku.
"Akhir pekan kau dirumah?"
"Tentu saja memangnya kemana lagi."
"Akhir pekanku akan kuhabiskan dirumah Ron!"
"Sst.. Kau berteriak Harry." Lavender dan Parvati cekikikan melihat Harry berteriak.
"Mrs. Weasley juga mengajakmu dan Mione. Tapi aku tak tau kalian bisa ikut atau tidak."
"Sepertinya aku tidak bisa. Mum dan Dad pasti akan marah besar kepadaku. Mereka sudah mengirimiku surat dan terdapat bekas air mata. Jika aku meninggalkannya lebih lama.."
"Enak sekali punya keluarga yang perhatian."
"Memangnya keluargamu tidak khawatir?"
"Ah Dursley itu tidak pernah mengkhawatirkanku. Menoleh kearahku saat aku jatuh saja tidak pernah. Mereka pasti sedang membuat pesta saat aku tidak ada dirumah."
"Hey lihat ini teman teman." Ron memperlihatkan sebuah mangkuk kayu kecil yang berantakan. Ia dan Mione basah kuyup terkena hujan. Jubahnya basah hingga lutut.
"Keringkan dulu tubuhmu."
"Aku baru saja memahat dengan Hagrid. Seru sekali. Mione tidak bisa memahat karena ia tidak kuat."
"Apa kau." Pukulnya. Lalu duduk disampingku.
"Agak menyesal ikut kerumah Hagrid hanya melihatnya memahat saja. Membosankan." Gumamnya padaku. Aku tertawa kecil.
"Bicarakan apa?"
"Akhir pekan."
"Oh ya Mione. Kau bisa?" Mione mengerinyitkan dahinya. Sepertinya belum tahu apa apa.
"Mum mengajak kau dan Y/n kerumahku akhir pekan."
"Aku tidak bisa. Sorry Ron." Kataku.
"Yah baiklah."
"Aku juga tidak bisa sepertinya. Ayah dan ibuku belum mengizinkannya."
Fred dan George datang dengan membawa beberapa bungkus permen dikantongnya. Menawarkan kepada beberapa anak dan menghampiri kami.
"Hey Harry." Sapa George.
"Apa itu?"
"Nougat mimisan. Kami ingin menjualnya dengan harga murah. Berguna untuk bolos kelas." Jelas Fred.
"Penemuan yang hebat. Aku mau satu." Tentu saja itu akan digunakannya untuk bolos kelas Snape.
"Bagus Ron. Ini. Tawarkan kepada temanmu juga."
"Teknik marketing yang bagus sobat." Puji Harry.
"Ini akan berhenti sendirikan?" Tanya Ron agak curiga karena mereka menjual dengan harga yang keterlaluan murah.
"Tentu saja tidak. Kami belum menemukan penangkalnya. Itu akan membuatmu mimisan sampai kisut." Ujar George.
"Kau gila ya? Kembalikan uangku." Teriak Ron mengejar mereka.
"Tidak dapat dikembalikan Ron." Fred kegirangan masih berlari. Ia menyerah.
"Lebih baik kuberikan pada Mrs. Norris saja." Usul Ron mendengus.
"Kau sedang apa Mione?"
"Yah.. merancang SPEW."
"Organisasimu kurasa tidak akan berhasil. Mereka justru senang dipekerjakan seperti itu. Semua peri rumah akan menganggapmu gila, Mione." Kata Ron.
"Mereka seperti itu karena sudah terbiasa. Tapi jika aku berhasil mereka akan bebas. Tidak seharusnya mereka dijadikan seperti pembantu."
"Kurasa mereka harus dijauhkan." Kataku kepada Harry.
Harry menatapku lalu duduk disebelahku. "Besok kau datang untuk menonton quidditch kan?"
"Oh ya tentu saja.."
"Temanku yang hebat ini akan bermain quidditch. Bagaimana bisa aku melewatkannya.""Uhm.." Aku melihat Harry keheranan.
"Jika aku menang kuharap kau bisa menemaniku."
"Kemana?"
"Hanya jalan jalan malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
want you (draco x reader)
Romansa"Kupikir kau wanita yang berbeda. Kau wanita yang kucari selama ini. Izinkan aku masuk kedalam hidupmu y/n. Melewati semuanya bersamamu, untuk selamanya." Tahun ketiga dari film, Meminjam tokoh dari novel Harry Potter, J.K Rowling.