11

791 81 4
                                    



     "Itu.."
  "A-Aku kerumah Hagrid tadi. Saat ingin balik ke asrama, tiba tiba sudah turun hujan." Jawabku gugup tanpa memandang mereka.

  Ron menyipitkan matanya,
"Benarkah? Tapi boneka itu?" Sambil menunjuk boneka rajut dengan wajahku yang sedang  memakai baju berwarna biru muda.

"I-Ini dari orangtuaku. Mereka mengantarnya bersamaan dengan gaunku. Tadi aku balik kesini sebentar untuk meredakan tangisanku." Kataku mengangguk meyakinkan mereka.

"Baiklah." Ujar Hermione kembali tersenyum. Ron masih agak curiga, sementara Harry sepertinya juga sama sepertinya. "Benar teman teman. Aku melihat Y/n mendapat kotak berukuran besar. Tidak mungkin jika orangtua Y/n hanya mengirimkan gaun dengan kotak sebesar itu." Tegas Hermione meyakinkan. Aku mengangguk janggal karena Mione tidak pernah melihat kotak dari orangtuaku dan mereka memberikn kotak yang kecil. Mereka memalingkan pandangan mereka keperapian.

Hening sekejap.
Tiba tiba Harry membuka percakapan, "Bagaimana kencanmu, Ron?" Tanya Harry dengan sedikit tertawa dan melihatku. Aku ikut tertawa. Hermione yang pipinya memerah langsung memukul kepala Harry dengan bukunya.

"Ah. Maaf. Hanya bercanda." Katanya tetapi masih dengan wajah menahan tawa. "Mau cokelat
Y/n?" Tanya Hermione mengalihkan pembicaraan. "Hermione cantik sekali tadi. Aku sebelumnya tidak menyadari bahwa dia wanita. Tetapi hari ini dia terlihat seperti wanita. Yang sempurna." Jawab Ron dengan agak malu. "Aku setuju." Kataku dengan mulut yang penuh coklat.

"Kalian cocok jadi pasangan." Tambahku. Mereka berdua melihatku.

"Mulut bodoh." Batinku memukul mulut.

"Tapi benar kata Y/n. Kalian cocok jadi pasangan." Setuju Harry.

Ron langsung salah tingkah,
"Kau sendiri bagaimana dengan Y/n? Kulihat lihat kalian sangat dekat hari hari ini. Kau, juga suka menceritakannya saat ingin tidur." Ceritanya. Aku tersentak dan sedikit tersedak cokelat. Harry langsung melempar cokelat ke wajah Ron lalu memberi kode, sepertinya ada sesuatu yang rahasia. Hermione mengangguk dengan tersenyum.

"Aku—"
"Aku membicarakanmu karena kau wanita yang hebat Y/n." Katanya sambil mengacungkan jempolnya. "Kau juga." Pujiku balik.

"Hagrid sangat romantis dengan Madam Maxime tadi." Kata Mione tiba tiba. "Tapi aku tidak yakin hubungannya akan bertahan lama dengan wanita setinggi pohon itu." Timpal Ron. "Kau masih menyukai Fleur, Ron?" Tanya Harry. "Tidak." Katanya bergidik. Mungkin dia masih trauma, karena saat dia mengajak Fleur berpasangan, bukannya diterima tapi ditolak mentah mentah.

"Kalian tidak tidur?"
Tiba tiba Professor Mcggonagall mendatangi kami dengan matanya yang mengantuk dan memakai piyama tidur berwarna ungu dan putih kotak kotak. Kami saling bertatap satu sama lain. "Sudah larut sekali. Cepat tidur." Perintahnya. "Maaf Professor kami terlalu asyik bercerita tadi." Ujar Mione dan kami langsung memasuki kamar masing masing.

Kami berbaring diranjang masing masing.

"Y/n."
Aku menatap Mione yang memanggilku.

"Kau—masih dengan Malfoy kan?" Tanya Mione.
Aku langsung duduk dan melihat Mione serius. "Kau tahu?" Tanyaku, sebenarnya aku sudah tidak kaget karena tadi Mione membuat buat ceritanya. "Ya. Dari awal kau bercerita aku sudah curiga. Karena saat aku balik ke ranjangku tadi, aku melihat kotak kecil. Kurasa itu kotak berisi gaun dari orangtuamu." Ujarnya lalu duduk.

"M-Malfoy menceritakan semuanya kepadaku tetapi itu semua hanya salah paham." Kataku dengan menunduk sambil memainkan selimutku. "Ceritakan padaku. Aku tidak ingin mencampuri urusanmu sebenarnya. Tapi aku tidak mau kau sedih seperti tadi lagi." Katanya dengan nada khawatir.

Aku menghela napas panjang dan menceritakan semuanya kepada Mione. "Betulkan keputusanku Mione? Aku hanya salah paham." Mione masih berpikir. "Aku tidak tahu yang dikatakan Malfoy benar seperti itu atau hanya dibuat buat. Tetapi jika ada lelaki yang seperti itu kepadaku, aku akan sepertimu. Memaafkannya." Katanya dengan menyilangkan tangannya.

"Tapi kau harus hati hati juga Y/n. Tahu kan ayahnya siapa? Jangan main main dengannya." Aku mengangguk cepat. "Mione, kumohon jangan beritahu Harry dan Ron. Sepertinya mereka akan membenciku. Apalagi Ron, Ia selalu membicarakan Malfoy setiap hari." Kataku khawatir.

"Pasti."

___________________________________

Hari ini kelas Professor Trewlawney, Seperti biasa Mione yang membenci pelajaran yang menurutnya tidak masuk akal ini menatap Professor Trewlawney dengan jijik. Begitupun Harry, Setiap mengikuti pelajaran ini ia selalu diramal akan mendapat malapetaka. Tapi aku tidak percaya, toh dia juga anak yang hebat.

Hari ini kami hanya harus memegang bola sihir dan Professor Trewlawney yang akan meramal.

"Harry, Nak. K-Kau akan mendapat malapetaka yang amat besar dengan seseorang yang sangat menyeramkan." Kata Professor Trewlawney dengan bergidik mengerikan lalu melihat Harry. Harry melepas pandangannya dari Professor Trewlawney. Dia sudah biasa diramal dengan hal hal yang buruk olehnya.

"Ron, Kau akan kehilangan salah satu keluargamu. Kau akan mengikuti perperangan sama seperti dia." Ia menunjuk Harry. Kali ini Ron tampak agak takut. Aku menenangkannya dan mengatakan tidak akan terjadi apa apa.

Giliranku. "Mrs. Y/n. Tiba saatnya kau akan sangat kebingungan. Dua orang terdekatmu akan memiliki jalur hidup yang berbeda. Kau harus hati hati dalam memilihnya. Kau juga akan mengikuti perperangan. Tidak, tapi kuharapkan kau tidak akan mengikuti salah satu dari mereka." Katanya sangat ngeri dengan menatapku dengan tatapan ketakutan. Aku kebingungan dan tidak tahu siapa yang dimaksudnya.

"Mrs. Granger, Kau sedang jatuh cinta dengan seseorang ya? Oh ini, kau juga akan mengikuti peperangan dengan mereka berdua. Orangtuamu akan kehilangan ingatannya tentangmu dan karenamu. Kepintar—" Tanpa basa basi Mione langsung berdiri dan menjatuhkan bola sihir itu lalu meninggalkan kelas dengan keadaan marah.

"Permisi Professor, Mungkin Mione membutuhkanku." Ujarku. "Oh ya silahkan nak, kuperingati sekali lagi jangan mengikuti salah satu dari mereka." Bisiknya. Aku yang sedikit agak risih sekarang juga meninggalkan kelas mencari Mione.

Dia ada di perpustakaan. Sudah kuduga, semarah apapun dia. Pasti hanya akan diperpustakaan, membaca buku. Menurutnya buku adalah penenang.

"Mione, kau tidak apa?" Tanyaku.
"Orang itu sinting Y/n. Kau dengar kan tadi? Dia meramalkan kita yang tidak tidak. Tidak masuk akal." Katanya dengan agak melepas emosinya. Aku mengangguk.

"Mendengar ramalan orang itu kepadamu aku jadi sedikit berpikir."

"Sebaiknya kau agak memberi jarakmu dengan Malfoy, orangtuanya seorang pelahap maut. Bisa bisa dia mengajakmu kejalurnya. Tapi aku tidak percaya dengan wanita sinting itu." Ujarnya dengan memegang tanganku. "Aku tidak akan mengikutinya, sungguh." Kataku sebetulnya tidak percaya jika orangtua Malfoy pelahap maut.

"Bolehkah aku bercerita kepadamu Y/n?"

"Tentu saja. Berceritalah." Ujarku semangat. Karena sejujurnya Mione jarang menceritakan apa apa kepadaku. Dia suka memendamnya sendiri.

"Aku sedang jatuh cinta." Katanya dengan tersenyum malu. Aku terkejut, Kupikir Mione orang yang hanya memikirkan pelajaran saja. Ternyata dia juga masih bisa suka dengan orang.

"Siapa?"

"Ya ini akan terlihat tidak masuk akal karena aku tidak pernah berpikir tentang cinta sebelumnya, tapi—" Aku menunggunya menyambung kalimatnya.

"Tapi Ron." Mataku terbelalak. Tapi masih berusaha berpikir positif. Mungkin Ron saat dia sekolah muggle.

"Weasley?" Tanyaku.

"Weasley."

want you (draco x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang