12

730 79 5
                                    



    Aku yang tidak percaya langsung memajukan kursiku kehadapannya. "Kau sakit ya?" Tanyaku sambil memegang keningnya. "Tidak panas."

   Ia menepis tanganku dan marah, "Tentu saja tidak panas, aku sungguhan Y/n." Ujarnya dengan mata terbuka lebar. "Tapi kenapa?"

  "Oh ya.. Kau tahu kan kita sudah lama bersama. Tidak mungkin jika aku tidak punya perasaan kepada siapapun. Seharusnya sih tidak, karena aku tidak pernah berpikir seperti ini sebelumnya. Tapi Ron, aku juga bingung kenapa bisa dia. Lelaki yang lucu kadang juga menyebalkan." Jelasnya tersenyum sendiri. "Bisa bisanya kau dengan Ron idiot itu.." Mione menutup mulutku dan menggeleng. "Dia tidak idiot y/n, hanya terlihat idiot. Nilainya tidak jauh lebih baik dari Harry dan kau." Jelasnya sekali lagi.

   "Pujilah lelaki kesukaanmu itu Mione." Godaku. "Ah diamlah Y/n." Katanya salah tingkah. Mione menyenggol tanganku. "Apa?" Ia menunjuk seseorang dengan matanya. Aku menoleh.

  "Malfoy?" 
"Kau darimana saja anak k—" Ia memberhentikan omongannya ketika menyadari ada Mione disebelahku. "Aku sudah tahu." Katanya dingin. Malfoy melihatku dan aku mengangguk. Kami terlihat canggung dan menoleh ke Mione. Ia melihat kami berdua bergantian. "Oh baiklah." Ujarnya sambil membawa buku mantra dan keluar perustakaan.

  "Bagaimana dia bisa tahu?"
"Dia sudah curiga denganku dari awal." Jawabku. "Ini." Ia menyodorkan dua kotak coklat kodok kearahku. "Terimakasih." Aku memakannya diam diam.

  "Malam ini kau bisa bersamaku kan anak kecil?" Tanyanya, kali ini dengan nada manja. "Malfoy, tidak setiap hari kita bisa bertemu, teman temanku sudah mencurigai kita." Kataku. "Aku kangen kau sekali." Ujarnya sambil memelukku dengan wajah seperti anjing kecil. "Kita baru bertemu kemarin." Aku membelai rambut pirang anak itu.

  "wangimu seperti stroberi. Ini wangi kesukaanku." Aku melepas pelukan Malfoy. "Aku takut ada yang kesini."

  "Aku baru menyadari matamu sangat lelah. Kenapa?" Ia melihat mataku khawatir. "Oh.. Aku selalu tidur malam karena tidak bisa tidur." Ujarku. Malfoy mulai mencari sesuatu di rak. "Apa yang kau cari?" Tanyaku keheranan.

  "Bacalah setiap malam, atau aku saja yang membacakannya." Ia menyodorkan buku dongeng pengantar tidur berwarna kuning. "Buku yang Harry beri saja belum kuhabiskan, Malfoy." Kataku menggeleng.

  "Harry?"
"Ya. Dia memberiku buku dongeng beberapa hari yang lalu." Ujarku sambil membuka bungkus coklat kodok. Ia terlihat marah.

  "Kau tidak takut buku itu sudah terkena mantra?"
"Malfoy, Harry tidak mungkin seperti itu kepadaku. Dia lelaki yang baik." Kataku meyakinkannya. "Oh lebih baik dariku kalau begitu." Ia melirikku dan melihat meja yang kosong. Aku memegang tangannya.

   "Jangan menyamakan kau dan Harry. Kau pacarku sedangan Harry sahabatku." Ia mulai melihatku. "Tapi tidak mungkin ia tidak menyukaimu, kau sudah berteman lama dengannya." Aku menggeleng.
"Tidak. Percaya padaku."

    "Baiklah. Aku akan menceritakanmu dongeng."
"Aku tidak ingin perbuatanku kepadamu sama dengan Potter bau itu." Aku yang sudah biasa mendengarnya mengolok Harry hanya diam. "Ceritakan untukku."

   "Kau mau yang mana? Disini ada Putri Cinderella, Snow White dan cerita yang menjijikkan."

    "Cerita domba dan kelinci."
"Ceritakan aku yang itu saja." Ujarku antusias. "Pilihan yang buruk anak kecil."

    Ia mulai bercerita. Sementara aku melihatnya sambil tidur dimeja menindihi tanganku dengan posisi menyilang. Terlihat wajahnya yang terkena sinar matahari. Pucat sekali seperti mayat. Saat ia menoleh kepadaku aku pura pura sudah tidur. Ia mulai tertawa dan mengacak rambutku. "Tidur anak kecil. Bukan pura pura tidur."

   Aku sudah tertidur tapi masih setengah tersadar. "Lelah sekali ya mendengar ceritaku?" Tanyanya. Ia mulai membenarkan posisi tidurku dan meletakkan kepalaku di pundaknya. "Rasanya ingin sekali kucium. Tapi aku yakin kau pasti akan memukulku 2x lebih kencang dari biasanya." Ia mulai mengoceh sendiri. "Andai aku bisa menjadi anak anak normal seperti biasanya. Pasti aku akan bisa memamerkan kemesraanku denganmu. Tetapi karena ayahku dan ibuku yang seperti itu kita sangat terbatas untuk bertemu, aku takut ada yang mengatakan hubunganku denganmu kepada mereka."

   "Seperti itu bagaimana, Malfoy?" Batinku yang mendengar suaranya samar samar. Ia mulai mengelus pipiku lalu turun kedagu dan kebibir. "Cantik sekali."

   "Aku sedang mencari Y/n diamlah Ron jangan panik." Teriak Harry.

   "H-Harry."
"Lihatlah mereka." Tunjuk Ron kearah kami dengan kaget. Harry menoleh.

  "Mari berpura pura lagi anak kecil." Bisiknya.

   "Sedang apa kau, Malfoy?" Teriak Harry.
"Kau lihat wanita ini Potter? Ia tidur. Aku menemukannya. Lalu kuletakkan dibahuku. Harga diri sebagai lelaki." Ujarnya.

   Aku mulai bangun dan melihat Harry dan Ron dengan wajah kebingungan lalu menghadap kebelakang, Malfoy pastinya.

"Lihat ia bangun. Ambil saja perempuan ini. Aku saja tidak ingin bersamanya. Dasar muggle tidak berguna." Cemooh Malfoy kepadaku. Rasanya sangat sakit. Walaupun hanya membuat alasan dia sangat keterlaluan.

"Tidak seharusnya kau seperti itu dengan dia Malfoy." Ron menarik tanganku untuk kearahnya. "Ya. Walaupun kau berdarah murni mungkin saja ia bisa lebih baik darimu." Muka Harry marah sekali. Aku menenangkan mereka berdua. Ron menoleh kearahku dan bertanya, "Kau tidak bersamanya kan tadi?" Aku menggeleng ragu. "Bagus."

"Begitukah? Kau juga tidak pantas mengolok darah murni. Sedangakan kau hanya terkenal karena bekas luka konyolmu itu." Malfoy menjauhi kami tanpa menoleh.

"Kau tidak apa apa kan?" Tanya Harry. "Ya Harry. Aku tidak apa apa." Jawabku. "Aku takut kau diapa apakan olehnya." Aku menggeleng.

"Tapi aneh sekali Malfoy, Tidak mungkin dia memberi sandaran kepada seorang muggle yang dianggapnya seperti itu." Kata Ron agak curiga.

"Kau ada apasih dengannya?"

want you (draco x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang