Jisoo mengunci pintu kamarnya. Ia meringkuk disamping tempat tidurnya. Tak lama terdengar isakan tangis Jisoo. Gadis itu menangis dalam diam. Hatinya benar-benar terasa sakit. Selama ini ia sudah cukup menderita tapi sekarang penderitaannya bertambah.
"Kenapa? Kenapa harus aku, Tuhan? Hikss... Dari sekian banyaknya orang didunia kenapa kau memilihku untuk kau beri penderitaan seberat ini? Hikss..." Jerit Jisoo dalam hati.
Selama ini gadis itu masih bisa menahan semua rasa sakit yang diberikan ibunya, tapi kini ia juga harus bisa menahan sakit fisik yang ia derita. Apalagi ditengah kondisinya sang ibu tetap membencinya.
Jisoo berusaha menghentikan isak tangisnya. Ia berdiri dan berjalan menuju meja belajarnya. Setelah itu ia mengambil sebuah buku yang bertuliskan 'MY DIARY'. Perlahan ia membuka buku itu. Buku itu berisi setiap curahan hatinya selama ini. Semua kesedihan yang ia rasakan ia tuliskan di buku itu. Dengan ditemani air mata yang setia menetes, Jisoo menulis curahan hatinya hari ini.
__________
Hari berganti pagi, seperti biasa Jisoo sudah berada dikampus meskipun masih sepagi ini. Ia berangkat lebih awal karena ia merasa lebih nyaman dikampus dari pada dirumah. Aneh memang, jika biasanya orang lebih nyaman berada dirumah dan tidak terlalu suka diluar tapi Jisoo justru sangat tidak nyaman jika harus berada dirumah.
Alasannya tidak lain karena sikap sang ibu padanya. Sengaja berangkat lebih pagi untuk menghindari omelan dari Jianli. Bukannya Jisoo kesal dan marah dengan ibunya, hanya saja ia sudah terlalu lelah untuk berdebat dan membela diri. Bagaimanapun keadaannya ia pasti akan selalu salah dimata sang ibu.
Jisoo nampak termenung di taman kampusnya. Ia melamun dengan mata yang terlihat berkaca-kaca. Siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau Jisoo sedang sedih.
"Apa takdirku benar-benar sekejam ini, Tuhan? Apa kesalahanku dimasa lalu sampai-sampai aku harus menderita seperti ini?" Batin Jisoo.
Saat fokus dalam lamunannya tiba-tiba seorang menepuk pundak Jisoo. Sontak Jisoo terkejut dan spontan menoleh kearah orang tersebut. Jisoo segera merubah raut wajahnya kala tahu orang yang berada disampingnya adalah Lee Yeong.
"Apa yang kau pikirkan, Jisoo?" Tanya Lee Yeong. Namun hanya dijawab gelengan pelan dari Jisoo.
"Kau tak perlu menyembunyikan apapun dariku, Jisoo! Jika kau ingin berbagi rasa sakitmu, aku siap menerimanya, aku akan lakukan apapun untukmu." Ucap Lee Yeong sembari menangkup lembut pipi Jisoo.
Jisoo tertunduk, ia berusaha agar tak bertatap mata dengan Lee Yeong karena ia takut jika nanti ia menangis. Namun Lee Yeong memaksa Jisoo untuk menatap matanya.
"Jisoo, tatap aku! Sekarang katakan apa yang kau pikirkan tadi?!" Tegas Lee Yeong.
"Apa kau sudah memberitahu ibu dan kakakmu tentang penyakit yang kau derita?" Tanya Lee Yeong.
Pertahanan Jisoo runtuh, tangis yang sedari tadi ia tahan kini pecah didepan Lee Yeong.
Melihat Jisoo menangis, Lee Yeong spontan memeluk Jisoo. Tangis Jisoo semakin menjadi di dada bidang Lee Yeong.
"Menangislah sepuas mu, Jisoo! Jika dengan menangis dapat mengurangi sedikit bebanmu, maka menangislah sepuasmu! Berikan tangisanmu padaku!" Ujar Lee Yeong.
"Lee Yeong, sebenarnya apa kesalahanku? Apa dosa yang pernah kuperbuat sampai Tuhan begitu tak adil padaku? Aku hanya ingin bahagia Lee Yeong, aku hanya ingin bahagia!" Ucap Jisoo ditengah isak tangisnya.
Lee Yeong hanya bisa diam mendengar pertanyaan Jisoo. Ia bingung harus menjawab apa?
"Lee Yeong, apa aku seburuk itu sampai ibu kandungku sendiri membenciku? Kenapa? Kenapa hidupku hanya dipenuhi dengan penderitaan? Aku hanya ingin merasakan sedikit kebahagiaan sebelum aku tiada, Lee Yeong! Sedikit saja!" Sambung Jisoo ditemani deraian air mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/247214186-288-k911063.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Chasing Love in My Past
Historical Fiction[Bukan novel terjemahan] Kim Jisoo, gadis cantik yang menjadi idaman banyak pria. Namun, kehidupan pribadinya tak seindah yang dibayangkan oleh banyak orang. Ia selalu dibenci dan disalahkan atas kesalahan yang tak ia lakukan oleh ibu kandungnya sen...