Chapter 17

446 40 54
                                    

"SHASYA!"

.
.

Plak.

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Shasya, betapa kagetnya ia saat kedua orang tua nya datang menhampirinya dengan satu tamparan yang membuat bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

Orion dan Feli pun ikut kagetnya, mereka diam mematung saat ayahnya Shasya yang tiba-tiba langsung menamparnya dengan begitu keras.

"APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN PADA GARA! INI SUDAH PASTI ULAH KAMU. IYA KAN?!" ujar Andre yang langsung membentak Shasya dengan suara lantang.

Shasya menggeleng sembari memegang pipinya yang terasa panas.

"Ngga pa, aku ngga ngapa-ngapain kak Gara. Aku-"

"Alah ngga usah bohong kamu! Kamu ingin balas dendam kan sama Gara! Karena kamu iri sama Gara dan juga Sam. Saya sudah tau persis seperti apa kamu!"

"STOP PA! AKU GAPAPA KALIAN BUANG! AKU IKHLAS NGGA KALIAN ANGGAP! TAPI AKU BUKAN SEPERTI APA YANG ADA DI PIKIRAN KALIAN. JADI STOP BUAT NYALAHIN AKU!"

Plak

Satu tamparan lagi mendarat di pipinya. Kali ini Alea mama nya yang menamparnya. Sudah cukup bagi Shasya tamparan itu tidak akan ada bandingnya dengan semua perlakuan mereka terhadapnya.

"Cukup! Cukup! Kalian ngga seharusnya ribut disini! Lihat Gara di dalam sedang mempertaruhkan nyawa nya, tolong pa jangan ribut disini. Dan buat kamu Shasya! Saya sudah benar-benar muak melihat kamu ada disini! Sekarang juga kamu pergi dari sini, dan jangan pernah kembali lagi. Karena saya tidak mau melihat kamu lagi."

Ucapan Alea sangat-sangat menampar jiwa Shasya, ia benar-benar sudah tidak bisa mengucapkan apa pun lagi. Dengan tangis nya yang pecah, ia berlari meninggalkan orang tua nya dan juga kedua teman nya disana. Namun sebelum pergi, ayahnya sempat berkata

"Kalau sampai terjadi apa-apa sama Gara. Kamu adalah orang pertama yang akan saya cari!" ujar Andre, tanpa menoleh Shasya langsung berlari menuju mobilnya.

"Shasya..." panggil Feli yang berusaha mengejar Shasya.

Sedangkan Orion masih berada di tempatnya, ia menatap kedua orang tua Shasya dengan lekat dan tangan nya ia gepalkan dengan erat.

"Kalian akan menyesal suatu hari nanti!" kata Orion lalu pergi mengejar Feli dan Shasya.

°°°°°

Kini Shasya sedang berada di mobilnya, dengan rasa kesal, sedih dan kecewa yang bercampur menjadi satu ia mengendarai mobilnya. Rasa nya ia ingin mengakhiri hidup nya sekarang.

"Arrrggghh!" Shasya kesal dan memukul-mukul setirnya sampai tangan nya memerah.

"Apa salah gue! Apa? hiks...hiks..."

"Kenapa kalian ngga mau dengerin penjelasan aku dulu pa, ma. Hiks..hiks.. Kenapa kalian langsung menuduh Shasya? hiks.. Shasya ngga ngelakuin apa-apa ma, justru Shasya yang bawa kak Gara ke rumah sakit.. Tapi kenapa kalian perlakuin Shasya selayaknya Shasya yang menyebabkan kak Gara seperti itu hiks..hiks.. Mau sampai kapan mama sama papa benci Shasya kaya gini... Shasya ngga kuat ma, Shasya ngga kuat ngejalanin ini semua.."

Untungnya Shasya bukan lah tipe orang yang nekat, walaupun begitu ia tidak ingin mengakhiri hidupnya dengan begitu saja. Ia masih tetap dengan pendirian nya yang akan berjuang sampai di titik kebenaran itu ada.

Sedangkan di depan rumah sakit, Feli nampak kebingungan karena kehilangan jejak Shasya. Ia sangat mengkhawatirkan teman nya itu.

"Shasya mana fel?" tanya Orion gusar.

"Gue kehilangan jejak Shasya yon, kita harus kejar Shasya sekarang."

Mereka pun berjalan ke arah mobil Orion dan sebelum itu Orion menyuruh Feli untuk menghubungi teman-teman nya agar ikut mencari Shasya. Setelah itu baru lah Orion mengendarai mobilnya meninggalkan area rumah sakit.

"Sya lo dimana, please jangan buat gue khawatir" gumam Orion sambil menyetir mobilnya dan matanya melihat ke kanan, kiri.

"Kita coba langsung ke apartemen Shasya yon, siapa tau dia pulang kesana." sahut Feli. Orion yang mendengar itu pun mengernyitkan dahinya.

Tiba-tiba Orion menepikan mobilnya, lalu ia menatap ke arah Feli. Ia ingin penjelasan dari perkataan nya barusan.

"Pulang ke apartemen? Apartemen siapa?" tanya Orion dengan wajah serius.

"Mampus, gue pake keceplosan lagi." batin Feli.

"Jawab fel! Kenapa lo diem aja!"

"Em- i..itu a-nu.." ujar Feli gugup.

"Itu anu apa! Ngomong yang bener, apa yang lo sembunyiin dari gue?"

"Gue bakal ceritain ke lo, sekarang kita ngga punya banyak waktu yon. Kita ngga tau keadaan Shasya di luar sana." ujar Feli dan Orion pun langsung menancap gas mobilnya.

Benar apa kata Feli, Shasya lebih penting sekarang di banding pertanyaan nya walau ia masih penasaran dengan jawaban Feli.

Dengan kecepatan penuh, kini mereka telah sampai di depan sebuah apartemen setelah itu Orion langsung memarkirkan mobilnya. Mereka pun masuk ke dalam apartemen, disana Feli menanyakan keberadaan Shasya pada salah satu pelayan disana.

"Maaf mba, non Shasya belum kembali ke apartemen sedari tadi." sahut pelayan itu.

Dengan wajah yang lemas dan putus asa mereka meninggalkan apartemen lalu melanjutkan mencari Shasya ke seluruh tempat yang ada.

Waktu demi waktu pun berlalu, matahari yang sedari tadi bersinar dengan indah kini sudah tertutup  dengan awan. Jam pun sudah menunjukan pukul 21.30 malam namun gadis itu belum juga di temukan.

Dan disini lah gadis itu berada, di sebuah club yang sering ia dan teman-teman nya kunjungi jika sedang ada masalah. Ini lah tempat yang dapat menenangkan nya saat ini.

"Tambah satu gelas lagi," sahut gadis itu.

"Ngga! Stop sya, lo udah habis beberapa botol." ujar pelayan disana, ya pelayan disana juga termasuk teman Shasya, jadi ia sangat mengenal gadis itu.

"Sekarang gue anter lo pulang." ujarnya lagi.

"Jangan sentuh gue! Gue masih mau disini." ucap Shasya dengan mata nya yang sayu dan merah akibat minum minuman beralkohol disana.

"Sya, lo ngga boleh kaya gini. Lo harus sadar, ini tempat ngga bagus buat lo! Lo boleh dateng kapan aja kesini, tapi please jangan dateng pas keadaan lo lagi kacau kaya gini."

"Berhenti buat nasehati gue gil, kalo lo ada di posisi gue. Gue yakin, lo bakalan ngelakuin hal yang sama kaya gue,"

"Dan buat apa lo peduli sama gue! Mereka, kakak, nyokap, bokap gue aja ngga ada yang peduli sama gue gil. Jadi percuma gue hidup ngga ada guna nya, hidup gue udah hancur! Hidup gue gelap ngga ada cahaya titik terang nya. Dan syukur-syukur sekarang gue masih hidup." kata Shasya menatap depan kosong.

Ragil, pelayan sekaligus temannya itu pun turut prihatin dengan keadaan Shasya. Ia tak bisa menyalahkan jika gadis di hadapannya itu seperti ini, ia pun sempat berfikir jika ia ada di posisinya akan melakukan hal yang sama seperti yang gadis itu lakukan.
Miris memang, tapi ia juga tak bisa melakukan apa-apa sekarang.

°°°°°

Gak ngebayangin deh kalo ada di posisi Shasya😭

Bakal ada apa lagi setelah ini?
Tunggu part selanjutnya.

Vote dan komentar jangan lupa💙
See u💋

SHASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang