save me

351 27 0
                                    


"chim belhenti...tae capek"

"huft huft talik napas, hembuskan, talik lagi, tahannnnnnnnnnn huuuuffffff hembuskan hahahahaha"

"ihhhhhhhhh pipi chimm bulattttt ingin tae gigitt"

"ihh jangan dicubit cubit, sakit taetae"

"hhahahaa huhuhu enak tahuu puk pukk ihh gemess taetaenyaa"

"hiks hikssss tatae jangan tinggalin chim, nanti siapa yang mau main main dengan chim, siapa yang mau cubit cubit pipi chimmm"

"chimmm nnti kita beltemu lagi ya..tae tunggu saat sudah jadi olang besal, dadah chiminnya taaetae...muachhh" tatae kecil mencium pipi si kecil sambil menangis dan tak lama kemudian, mobil itu menghilang dari pandangan jimin

Jimin terbangun dari tidurnya, ia menghela nafas, meraup wajahnya dan meminum segelas air yng sudah ada semalaman di sana

"kapan mimpi itu berakhir, jangan datang lagi, kumohon, semua ini sangat menyiksa" lirihnya

Ia bangun dari kasur lipat yang sudah usang, membereskannya dan kembali duduk seraya membuka ponsel nya, satu satunya benda 'mahal' yang ia punya selain sepetak kamar sempit dan pengap itu, dia kemudian menonton sesuatu disana

"taehyung hyung, akhir akhir ini kau sering keluar bersama teman temanmu, aku berikan dua pilihan padamu, aku jeon jungkook atau temanmu Park jimin ?"

Jimin menahan nafas, apa apaan ?

Sorak penonton begitu terdengar melewati ponselnya, tanpa disadari, ia juga menunggu jawaban itu

Taehyung tersenyum, seorang pemuda berbahu lebar tertawa sangat keras disana, lalu taehyung menjawab pertanyaan itu dengan tersenyum

"tentu saja jeon jungkook"

Dan jimin dengan bodohnya tak mengakui jika hatinya nyeri saat ini

"Apa yang kau harapkan park jimin ?" lirihnya pelan

Ingatannya sekilas kembali pada kejadian sebulan yang lalu, kala itu ia memberanikan diri untuk unjuk wajah di depan taehyung setelah berbelas tahun menahan diri, dengan berbekal kenangan manis dan penghaarapan tinggi, kenpa jimin tidak memikirkan jika semuanya sudah tak sama ? sekeras apapun ia mencoba, semuanya sudah berbeda, pun hubungannya dengan taehyung.

Mereka berasal dari panti asuhan yang sama, bersahabat dari kecil, bahkan dari sama sama merah, hingga taehyung harus pergi lebih dulu, meninggalkan jimin yang selalu bergonta ganti orangtua asuh, selalu menjadi korban kekerasan dgn tujuan eksploitasi anak.

Selama ini jimin menahan diri agar tak menjalin hubungan apapun dengan taehyung, jimin tahu diri, dia dan taehyung memiliki jarak yang sangat jauh, taehyung yang sukses menjadi harta negara bersama boy grupnya, dan jimin, yang bahkan selalu kedinginan di malam harinya.

Jimin hanya rindu, hingga ia melupakan segalanya untuk bertemu taehyung

Jimin ingat, bagaimana kakunya taehyung saat mereka bertemu, aneh, canggung dan rasanya-

Kosong-

Dulu mereka tak pernah absen memeluk satu sama lain, bahkan taehyung tak segan mencubit, menggigit dan mencium pipinya, dulu, taehyung pernah menangis saat ia dan jimin berpisah karna salah satunya demam, dulu...

Ah begitu rupanya

Hanya dulu...

Sekarang, jimin harus menahan tangannya agar tak memeluk taehyung, ia sadar diri, dia juga tak ingin merusak citra baik taehyung ataupun hubungan baik taehyung dengan teman temannya, terutama bocah manja itu, jeon jungkook !

Namun taehyung tetaplah taehyung, walau kaku, dia selalu berusaha untuk menemui jimin serta mencoba membangun kembali hubungan itu, bahkan taehyung mengajak jimin untuk tinggal bersama di apartemnnya, namun umpatan di media sosial yang ditujukan pada jimin oleh fans nya, membuat jimin semakin sadar diri

Bahwa ia

Bukan siapa siapa

Dan kenpa jungkook harus mengajukan pertanyaan seperti itu ?

Kenapa rasanya jimin yang menjadi orang asing ?

Ah atau memang sudah asing ?

Kenpa bocah itu harus mengajukan pertanyaan seperti itu ?

Seakan mendukung pernytaan jika jimin adalah pengganggu ?

Belum cukup rupanya hidup mempermainkan jimin

Hidup benar benar tak mengizinkan jimin memiliki orang lain

Kalau begitu, untuk apa hidup jika kau hanya punya dirimu sendiri ?

Taehyung hanya tidak tahu, apa yang sudah jimin alami ketika taehyung meniggalkan panti belasan tahun lalu

Jimin memeilih menghubungi taehyung, hanya ingin mencari setidaknya sedikit alasan agar ia mampu bertahan hidup hari ini

Sedikit perasaan

Jika ia

Masih dibutuhkan

Dering bergema di runggunya, dan tak lama suara terdengar

"halo jim ?"

"ah ne, taehyung kau sedang apa ?"

"oo aku sedang sedikit sibuk jim, waeyo ?"

Jimin terdiam sejenak, lalu menjawab

"malam ini ada waktu ? aku ingin bertemu"

Terdengar helaan nafas disana, dan sedikit keributan

"ahh mian jiminie, tapi malam ini seokjin hyungku ulang tahun, kami akan membuat party untuknya"

Jimin tersenyum miris, udara dingin malam ini terasa menusuk kulitnya

"ahhh begitu, yasudah tidak apa apa"

"maaf yaa, lain kali kita bisa bertemu, sudah yaa aku tutup, by jimin"

Jimin menghembuskan nafasnya

"aku tidak tau, 'lain kali' yang mana maksudmu tae"

................

Jam menunjukkan pukul 12 malam, dan jimin sedang berdiri di pembatas jembatan sungai han, melirik ponselnya dan kembali menatap pekatnya warna sungai

"sekaarang kau pasti sedang bersenang senang" lirihnya pelan

"tae, selama ini aku bertahan hanya untuk dirimu, kupikir aku tidak boleh mati sebelum bertemu denganmu, kupikir aku masih memiliki alasan untuk hidup, aku memegang janjimu saat kau pergi dari panti dulu, sekarang kita sudah bertemu saat kita sudah dewasa"

Jimin terkekeh pelan

"saat mereka membawaku kerumah, aku pikir aku akan segera dewasa dan bertemu denganmu, tapi mereka malah membawaku ke tempat terkutuk itu, mereka merusak hidupku, lalu saat ingin mati, aku ingat padamu, jadi aku hidup kembali, lalu saat dunia menolakku, aku juga ingin mati, tapi janjimu menyelamatkan ku, lagi dan lagi"

"aku rindu, bahkan saat bertemu denganmu, aku masih rindu, aku rindu, benar benar rindu, tapi siapa yang kurindukan aku pun tidak tahu, dan aku kembali bertahan"

"tapi mereka benar tae, harusnya aku sudah mati sejak dulu, kenapa aku tidak mati sejak dulu, jika saja aku mati, aku tidak akan mengalami semua ini, Tuhan sepertinya punya dendam padaku"

jimin kembali terkekeh, ia memandangi layar ponselnya, foto jadul yang menampilkan dua anka kecil yang sling merangkul..

"setidaknya, aku tahu kalau kau baik baik saja taetae-ahh...kau memiliki ornag orang baik disekitarmu, dan kau tidak butuh aku lagi, jadi semuanya tidak akan berubah, jika aku mati saat ini"

Jimin meletakkan ponselnya di pinggir pembataas, ia kemudian memaanjat pembatas itu dan sempurna berdiri diatasnya, warna warna kota nampak indah dari sini, jmin tersenyum dan memjamkan matanya

Hingga sedetik kemudian, tubuh itu melaayang di udara dan jatuh ke bawah pekatnya aliran sungai....

About Our Friendship (VMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang