Jimin telah mengantisipasi segala kemungkinan yang ada, dari memberikan pelacak pada ponsel seulgi, memberikan jam tangan khusus sebagai panggilan darurat dan telah memberitahukan rekannya tentang tanda yang baru saja ditemukan, ia menjadi lebih khawatir, bahkan ketika mereka sedang berada diluar rumah sakit untuk menjemput seulgi, ia kerap memperhatikan setiap orang yang berkemungkinan dicurigai...
Namun pandangannya kemudian tertuju pada dua orang lelaki diujung sana, tampak seorang pemuda sedang menggendong pemuda lainnya dipunggung, yang digendong tampaknya sedang sakit, terbukti dari perban yang ada di kakinya, pemuda yang mungkin lebih muda itu sepertinya sedang merajuk dengan wajah yang ditekuk, sedang yang lebih tua terkekeh pelan.
Jimin terpaku disana, hatinya menghangat, sekaligus sakit di saat yang bersamaan, bahkan ia tak menyadari jika seulgi dari tadi memperhatikan titik fokus kekasihnya itu
"jim....noe gwencana ?"
"jim...jiminnnn" seulgi menepuk pundak jimin, jimin seketika membuyarkan lamunannya kemudian tersenyum singkat
"ye...na gwencana"
Seulgi menarik nafasnya pelan, ia tahu pasti isi pikiran dari kekasihnya itu, seulgi paham, jika jimin menyimpan perasaan bersalah hingga detik ini, seulgi juga mengerti, bahwa ia bukanlah satu satunya yang dicintai oleh jimin.
"kalau kau rindu, kenapa tidak bertemu ? bukankah sekarang kita sudah ada di seoul ? aku tahu kau merindukan Taehyung jim" lirih seulgi
"dia pasti membenciku seulgi-ah, siaapa yang mau bertemu dengan kakak yang bisa bisanya meninggalkan adiknya bersama ayah pemabuk dan memilih ibunya yang telah menjanjikan kemewahan hidup ?"
"aku adalah kakak yang buruk, aku meninggalkan adikku dalam bahaya"
Seulgi menggenggam tangan jimin, menatap kedua bola matanya
"kau bisa memperbaiki semuanya kan jim ? mulailah dari awal, temui taehyung, minta maaf dan berusaha untuk hidup bersama, aku tidak sanggup lagi melihat keadaanmu begini, dengarkan aku sekali lagi jim, ayo mulai dari awal, aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan membantumu"
"tapi mungkin dia sudaah baik baik saja tanpaku seulgi-ah, kaalau aku datang, mungkin dia tidak akan senang"
"tidak ada yang baik baik saja, aku yakin, dia pasti menunggumu"
Seulgi tersenyum lega saat anggukan itu didapatkan, jimin kemudian menenggelamkan kepelanya di leher seulgi, mecoba mencari perlindungan dan kekuatan.
..............
Jimin membuka pintu itu secara perlahan, mencoba menangkap kembali kenangan kenangan masa kecilnya yang buram, rumah itu masih sama, tiada yang berubah, hanya saja, jimin sadari, tiada satupun foto keluarga di setiap sudut rumah, hati jimin terluka....
Rumah ini terasa sepi, seolah tak bernyawa, namun jimin tahu, taehyung ada disana, jimin mencoba menjelajah lebih jauh, ada banyak lukisan abstrak yang tergantung indah di dinding rumah, daari yang berukuran besar hingga yang seukuran foto, bahkan ketika jimin membuka salah satu pintu, ruangan itu penuh dengan lukisan dan segala peralatannya, jimin terpaku sejenak, memandangi karya tersebut, ia tersenyum dan bergumam pelan
"kau masih suka melukis ya tae, indah sekali"
Jimin pelan pelan mendekatkan diri pada lukisan itu, bahkan hingga menyentuhnya, melihat dengan teliti sudut sudut lukisan, hinggakemudian senyuman jimin menjadi kaku, ia melihat dengan lebih dekat, dan tanggannya terhenti tepat di sudut lukisan, sebuah tanda kepemilikan yang ukurannya kecil disnaa
Tanda yang sama yang jimin temui dalam kasus pembunuhannya, tanda V terbalik, dan segala kemungkinan kemungkinan yanga da di dalam pikirnya ia hempas jauh jauh
KAMU SEDANG MEMBACA
About Our Friendship (VMIN)
Fanfictiontaehyung mungkin dikenal sebagai social butterfly, punya teman dimana mana, tapi tetap satu nama yang terbersit dalam ingatnya jika sudah diminta menyebut perihal siapakah teman seumur hidupnya, sahabat terbaiknya, dan park jimin namanya.. jimin men...