Gombalnya minta ampun

37 3 0
                                    

Guru komputer itu adalah kekasihku.

Part 3

"Sind... Besok jumat latihan pramuka soalnya kita ada murid baru kelas satu siap-siap buat ngampu ya." Mba Desti mengingatkanku untuk datang latihan pramuka hari jumat besok.

"Ya Mba Des, insya Allah hadir," jawabku.

Aku memang mengikuti extrakulikuler pramuka dari kelas satu, posisiku sebagai bantara mungkin diperlukan untuk ngampu anak-anak baru. Sebenarnya agak sungkan melanjutkannya karena engga ada Nita disitu.

Aku sudah terbiasa sama Nita, tapi Nita anti banget sama kegiatan yang berpanas-panasan dia terlalu takut kulitnya menjadi gosong terpapar sinar matahari. Nita adalah teman baikku, aku pertama mengenalnya sewaktu kami mendaftar di sekolah ini, kebetulan kami mengikuti tes masuk bersama, tapi waktu itu Nita lupa membawa pensil 2B untuk mengisi lembar jawaban, dan waktu itu aku meminjamkannya walau aku belum mengenalnya. Sejak saat itulah kami menjadi akrab satu sama lain hingga sekarang.

Dia gadis yang baik, ceria, tergolong anak orang kaya, kedua orang tuanya memiliki usaha pembuatan tauco yang sudah terkenal di kota ini, dan tentu saja orang tuanya selalu menuruti apapun kemauan Nita.

Nita seorang gadis yang manis, perawakan mungil dengan kulit sawo matang yang eksotis. Ia juga memiliki bulu mata yang panjang. Sangkin akrabnya kami banyak yang bilang seperti upin dan ipin, kadang aku merasa takut, suatu saat aku melakukan kesalahan dan ia akan sangat kecewa padaku meninggalkanku. Selama ini aku sangat bergantung padanya. Aku tidak banyak menerima kasih sayang dari kedua orang tuaku, dan Nita lah orang yang selalu ada buatku kala aku susah dan senang.

"Woy... nglamunin apaan?" Nita mengagetkanku dari arah belakang.

"Nglamunin kamu lah, Ta," jawabku jujur.

"Bohong pasti nglamunin Pak Teguh ya?" ledeknya lagi.

"Ah sial kamu, Ta. Bikin mood ku jadi jelek aja setelah denger nama itu," jawabku kesal.

"Engga boleh gitu lho Sind, Pak Teguh orangnya baik lho!" serunya.

"Dari mana kamu tau dia baik, namanya laki-laki mah semua sama kalau ada maunya," bantahku.

"Uluh-uluh sok berpengalaman, memangnya udah pernah pacaran?"

"Belum sih," jawabku sambil meringis.

"Sind, aku udah engga sabar pingin cepet-cepet sore."

"Why? Memang mau kemana?"

"Lho kamu ini lho, ini hari apa?"

"Kamis."

"Hari ini kita ketemu Pak Adias Sind."

"Oh..."

"Oh doang?"

"Iya sayongg, hari ini kita ketemu Pak AA, kamu dandan yang cantik ya?"

"Pak AA siapa itu?

"Adias Ardhana disingkat AA kan?"

"Oh iya kamu emang pinter ya Sind. Mulai sekarang kita panggil pakek sebutan itu ya."

Tiba-tiba di dalam kelas ramai dan gaduh. Akupun mencari tahu penyebabnya.
Ternyata Rima temanku kehilangan ponsel miliknya. Rimas terisak, katanya ia takut dimarahin Ibunya. Semua anak sibuk mencari-cari namun tak ada rimbanya. Ada yang mengusulkan untuk meminta bantuan paranormal.

"Rim, di desa aku ada simbah-simbah yang bisa nerawang, kalo ada warga yang kehilangan dia bisa tau pelakunya," usul Rifai menyarankan kepada Rima.

"Yang bener Fai, tapi kalo feeling aku pelakunya ya temen sekelas kita  sebab dari tadi kita engga kemana-mana karena Bu Eni sedang rapat dan kita hanya mengejarkan tugas di kelas,"
sambung kepala suku

Guru Komputer itu adalah kekasihku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang